'Menerbangkan' Tiga Buku, Elang Nuswantara Ingatkan Menulis Budaya dan Alam Indonesia dengan Sepenuh Rasa

'Menerbangkan' Tiga Buku, Elang Nuswantara Ingatkan Menulis Budaya dan Alam Indonesia dengan Sepenuh Rasa

--

Tiga buku prosa budaya filmis berkonsep writerpreneur diluncurkan di Perpustakaan Nasional RI, pada 21 Agustus 2022. Ketiganya dihasilkan oleh para Elang Nuswantara yang selama kelas menulis diampu oleh Kirana Kejora.

Akhirnya pasukan Elang Nuswantara ’menerbangkan karya’. Bekerja sama dengan Miyaz Script Agency Dandelion Publisher, Elang Nuswantara menerbitkan buku Sang Mistikus Kasih karya 47 pasukan Elang Merah. 

Sementara bersama Karya Murni Publisher milik Srindaningsih, lahir Pesan yang Belum Sampai karya 18 pasukan Elang Putih. Dengan Ibu-Ibu Doyan Nulis, terbitlah Beri Aku Cerita yang Tak Biasa karya 28 pasukan Elang Biru. 
Bersama Miyaz Script Agency Dandelion Publisher, Elang Nuswantara menerbitkan buku Sang Mistikus Kasih karya 47 pasukan Elang Merah.

Menurut Kirana Kejora, pengampu kelas menulis pasukan Elang Nuswantara, nama masing-masing pasukan itu disesuaikan dengan atmosfer kelas dan kelahirannya. 

Eloknya, dalam masing-masing buku, ada kalimat pamungkas yang sangat berarti sebagai rangkuman seluruh cerita pendek yang terkandung agar mencirikan masing-masing karakter Elang Nuswantara.
Ibu-Ibu Doyan Nulis melahirkan buku berjudul Beri Aku Cerita yang Tak Biasa yang ditulis 28 pasukan Elang Biru.

Seperti Sang Mistikus Kasih yang menuangkan kalimat sakti; ”semesta tak pernah meminta. Dia akan senantiasa menjaga jika kamu mengasihi dengan hati nurani.”

Dalam Pesan yang Belum Sampai menayangkan kalimat pemikat: ”semesta mempunyai cara membalas kasih sayang kita kepadanya. Sementara Beri Aku Cerita yang Tak Biasa terselip kalimat elok: ”cinta bukan hanya sekadar, namun harus berujar dan berpijar.”

Yang istimewa penulis dalam ketiga buku itu ada yang masih duduk di bangku SMP. ”Di dalam pasukan Elang Putih, anggota Gen-Z-nya terbanyak. Ada enam orang. Salah satunya Jessica Cheryl Hartono dari NTT,” terang Srindaningsih.

Cheryl yang berusia 13 tahun itu mampu menulis dengan baik dan menghasilkan cerpen berjudul Merajut Cinta Bersama Tari Hegong. ”Dari cerpen Cheryl, saya jadi tahu bahwa di NTT ada tari hegong. Semacam tari penyambutan tamu,” tambah perempuan 58 tahun itu.

Dari peluncuran itu, Srindaningsih memuji arahan Kirana yang memilihkan tema budaya dalam ketiga buku. Demi sebuah pelestarian, ternyata banyak budaya atau tradisi lokal yang semakin terlupakan akan terselematkan melalui buku. 

”Jadi karena kami harus dituntut menulis cerpen berbasis kebudayaan, maka mau tidak mau para pasukan Elang Nuswantara yang akan menulis cerpen pasti mempelajari budaya lokal atau tradisi,” katanya.
Pasukan Elang Putih yang meluncurkan Pesan yang Belum Sampai terbitan Karya Murni Publisher milik Srindaningsih.

Dalam buku Pesan yang Belum Sampai, Srindaningsih menafsirkan pemilihan simbol burung elang yang dipakai Kirana. Baginya, penulis best seller itu sangat memahami filosofi burung elang. "Elang hanya akan bertahan hidup selama 40 tahun. Hewan itu bisa memperpanjang umurnya, tapi harus mencabuti seluruh bulu di tubuhnya,” ungkapnya. 

Ketika paruh elang mencabuti bulu-bulu di tubuhnya, maka tak dapat dibayangkan rasa sakit yang diderita. Namun semua itu harus dilakukan agar elang punya umur lebih. ”Sama seperti profesi yang lainnya, perjuangan penulis kerap menyakitkan. Demi berjuang agar tulisannya dapat menginspirasi orang,” pungkas ibu enam anak itu.

Selain berbincang dengan masing-masing perwakilan Elang Nuswantara yang melahirkan ketiga buku, acara berlangsung seru dengan pementasan pembacaan puisi, tari, monolog, teater dan live painting karya pasukan Elang Nuswantara. Termasuk lantunan lagu Kesaksian karya Hedy Rahadian sebagai penguat jalan mencintai budaya Nuswantara oleh Trio Elang Nuswantara. 
Erwita Dianti dan Hedy Rahadian, narasumber.

Sumber: