'Menerbangkan' Tiga Buku, Elang Nuswantara Ingatkan Menulis Budaya dan Alam Indonesia dengan Sepenuh Rasa
--
Hedy yang juga pecinta budaya dan sejarah, hadir sekaligus menjadi narasumber bersama Yuli Maryani (Perpustakaan Nasional RI), Erwita Dianti (Kemenparekraf/Baparekraf), Dewi Yulianti (Kemendikbudristek), Rafita Meri (Balai Pustaka), dan Tukul Rameyo Adi (Yayasan Baruna Nusantara).
Yang membuat Kirana salut, para penulis tampil sebagai pengisi acara, panitia, dan merangkap EO. Padahal selama ini mereka koordinasi hanya lewat dunia maya dan baru bertemu H-1 sebelum acara yang dihadiri para Elang Nuswantara dari luar kota Jakarta dan komunitas dan pegiat literasi maupun budaya.
”Untungnya kami didukung penuh oleh Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek, Fibi Jewelry, Miya'z, Makeupuccino, Stunniverse, Benik, Gendis Cake, Pocari Sweat, SNRockerZ, Gramedia,” terang Kirana, writerpreneur, best selling author, dan produser film itu.
Dengan peluncuran ketiga buku itu, Kirana berharap karya-karya Elang Nuswantara yang dibentuknya bisa menjadi warna baru di dunia literasi tanah air. Utamanya untuk menambah cahaya literasi budaya yang mulai redup karena beragam pengaruh budaya luar NKRI.
Dari acara itu, tak lupa Kirana menyilakan siapa pun bergabung menjadi Elang Nuswantara dengan berkenalan melalyi Instagram @elangnuswantara. Syaratnya mudah. ”Asal mau menulis budaya dan alam Indonesia dengan sepenuh rasa. Mau mendengar, melihat, merasakan. Peka dan peduli. Itulah penulis sejati,” katanya.
Dijelaskan Kirana, Elang Nuswantara yang lahir pada 14 Maret 2022 itu adalah komunitas penulis pencinta budaya dan alam Indonesia. Komunitas itu beranggotakan para pejuang literasi Nuswantara dari Indonesia timur sampai barat.
Berlatar belakang beragam, mulai dari Gen Z, Gen Milenial hingga Gen X. Yang menyatukan para Elang Nuswantara adalah semangat untuk nguri-nguri budaya dan mencintai Nuswantara, menyampaikan pesan-pesan leluhur dengan cara kekinian.
Kirana Kejora (kanan), pengampu Elang Nuswantara dengan perwakilan Elang Merah, Elang Putih, dan Elang Biru.
”Dari Elang Nuswantara semoga akan lahir penulis-penulis pencinta kearifan lokal Nuswantara. Mau melahirkan buku solo, baik fiksi maupun non fiksi dengan kemasan bernas, kekinian, dan bermanfaat. Urip urup, pedoman penting seorang pelaku literasi budaya,” tegasnya.
”Semoga ini menjadi awal penerbangan Elang Nuswantara yang baik dan bisa menjadi inspirasi para penulis pejuang. Seperti moto Elang Nuswantara; menerbangkan karya, membuanakan jiwa dengan berkekasih semesta tanpa ketaksaan,” pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: