Hexa-Mbah Yit Terjemahkan Relief Candi dalam Lukisan

Hexa-Mbah Yit Terjemahkan Relief Candi dalam Lukisan

--

Usaha penerjemahan yang menarik dihasilkan Hexa atas relief-relief yang ditemukan di Candi Mleri, Blitar. Menurutnya, relief-relief di situ menceritakan dengan gamblang perihal masa kecil Ken Angrok, raja pertama Singhasari. 

Berikut citraan petani mencangkul sawah, seperti tampak dalam lukisan berjudul Bopo Gugur Gunung.

Dalam sastra Jawa Kuna, Negarakretagama tak menjelaskan asal-usul Ken Angrok. Satu kitab yang menjelaskannya adalah Pararaton. Dalam konteks sastra, Candi Mleri adalah Pararaton. Reliefnya menjelaskan seluk-beluk Ken Angrok.

Lukisan Bopo Gugur Gunung, menurut Hexa adalah gambaran figur ayah Ken Angrok yang seorang petani. ”Raja Singhasari penerus Ken Angrok sengaja menempatkan relief itu. Agar kerajaan selalu ingat dengan asal-usul leluhurnya. Bukan dari kalangan bangsawan, tapi rakyat kecil. Jadi harus selalu ingat pada rakyat kecil,” terangnya.

Wujud lukisan relief Candi Mleri lainnya berjudul Kebo Ijo Kopidono. Terdapat dua figur pria saling berhadapan. Satu di antaranya memegang keris. Perutnya buncit. ”Saya terjemahkan pria itu sebagai sosok Kebo Ijo. Petinggi Tumapel, suka mabuk dan penggemar keris. Perutnya buncit tandanya ia suka mabuk,” ujar pria 53 tahun itu. 

Kebo Ijo menurut Pararaton adalah sosok yang menjadi korban fitnah Ken Angrok. Ia dipinjami keris, kemudian pada malam hari keris itu dicuri kembali oleh Ken Angrok dan ditusukkan pada Tunggul Ametung. Orang mengenal keris yang menancap di dada Tunggul milik Kebo Ijo. Maka ia pun dihukum mati.

Ada pula lukisan berjudul Rangga Tinggal Lunga. Figur seorang ibu dengan anak kecil yang duduk di pendapa. Keduanya diguratkan dengan ekspresi sedih. 

Menurut Hexa, lukisan itu menggambarkan kejadian saat ibu Ken Arok, Ken Endog, meninggalkan anaknya di pendapa. Kendala ekonomi serta kesulitan hidup, membuat Ken Endog terpaksa membuang Ken Angrok. Hingga ia diangkat anak oleh seorang pencuri bernama Lembong.

Berdasarkan penelusurannya ke Candi Kidal, pendarmaan Anusapati, Hexa menemukan relief garuda memanggul tirta amerta. Relief itu menurutnya adalah relief utama, menggambarkan kejadian pembunuhan Anusapati terhadap Ken Angrok, ayah tirinya.

”Anusapati dianggap sebagai garudeya. Dalam mitologi Hindu, garudeya mengambil tirta amerta untuk membebaskan ibunya. Sama seperti Anusapati yang membunuh Ken Angrok demi kebebasan ibunya, Ken Dedes,” ungkap dosen Teknik Industri, ITN Malang itu.

Lukisan-lukisan Mbah Yit sebagai aktualisasi ide Hexa, dipamerkan di Galeri Merah Putih, Balai Pemuda, Surabaya pada 26 Agustus 2022. 

Sebelumnya, 23 lukisan interpretasi relief itu dipamerkan di Gedung Balai Kota Malang pada awal Agustus. ”Setelah di Balai Pemuda, karya Mbah Yit akan dipamerkan di Grand Mulia Sakinah, Gempol. Tanggalnya menyusul. Ada rencana untuk pameran di Jakarta,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: