Peringati Bulan Hantu Lapar, Kelenteng Sam Poo Tay Djien Bagikan 3 Ton Beras

Peringati Bulan Hantu Lapar, Kelenteng Sam Poo Tay Djien Bagikan 3 Ton Beras

Tumpukan bingkisan sembako yang didoakan oleh Romo A Hong dengan ditandai percikan air suci dari bokor yang dibawanya.--

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Bulan Hantu Lapar bagi masyarakat Tionghoa, utamanya penganut Tri Dharma, tak identik dengan larangan-larangan atau cerita mistis. Kelenteng Sam Poo Tay Djien malah menandainya dengan sukacita. Membagikan sembako dan 3 ton beras untuk warga sekitar.

Di Kelenteng Sam Poo Tay Djien, peringatan Bulan Hantu Lapar digelar pada 28 Agustus 2022. Dipercaya pada ada hari tersebut, para hantu segala arwah berbondong-bondong turun ke dunia. Maka digelarlah upacara sembahyang arwah atau King Ho Ping.

Di altar utama, para pengurus kelenteng dan puluhan umat sudah berjajar. Berbaris menghadap altar Tuhan. Di samping kanan ruangan tampak kantung-kantung plastik merah berukuran besar. Itulah sembako dan 3 ton beras yang dibagikan untuk umat kelenteng dan warga sekitar setelah sembahyang. Di sampingnya ada ratusan kantung berisi buah-buahan.

Sembahyang yang dipimpin Romo A Hong, pendeta Buddha itu diikuti umat Tri Dharma; Konghucu, Tao, dan Buddha. Menurut Romo A Hong keikutsertaan beragam agama itu sudah sesuai dengan kisah-kisah yang berkutat seputar King Ho Ping.

”Sebagian besar berasal dari tradisi Buddhisme. Apalagi umat Buddha di tempat kami juga banyak. Maka tidak masalah sembahyang arwah ini saya pimpin sebagai pendeta Buddha,” katanya.

Dalam ritual awal King Ho Ping, umat di barisan paling depan diberikan lima batang dupa. Umat di belakang, masing-masing memegang satu dupa. Setelah mengucap doa, Romo A Hong membawa bokor berisi air suci. 

Ia berkeliling mengitari tumpukan sembako dan persembahan lainnya. Ia memercikinya. ”Supaya yang memberi dan menerima mendapat berkah. Serta menjadi amal baik kita pada masa sekarang, masa depan, dan di kehidupan selanjutnya,” tegasnya. 
Sembahyang King Ho Ping yang dilakukan umat Tri Dharma dipimpin pendeta Buddha Romo A Hong. Tampak di sisi kanan ruangan, sejumlah besar kantung plastik merah berisi bingkisan yang turut didoakan.

Ritual yang berlangsung sekitar satu jam itu disusul dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta lagu-lagu kemerdekaan. Bendera merah putih dibagikan pada tiap orang. 

”Kebetulan bertepatan dengan momen kemerdekaan. Kami menyanyikan lagu-lagu nasional sebagai ungkapan rasa hormat kami untuk para pahlawan,” kata Hartadi Tanuwijaya, ketua Kelenteng Sam Poo Tay Djien. 

Setelah sembahyang selesai, dimulailah bakti sosial. ”Pada Bulan Hantu Lapar, saatnya semua orang masih percaya dengan tradisi Bulan Hantu Lapar, kami ajak berbagi pada sesama. Kami juga menyambutnya dengan berbagai macam sajian,” katanya.

Apalagi semangat berbagi untuk mereka yang membutuhkan adalah salah satu amalan penting dari ketiga agama tersebut. Umat Buddha mengenal tradisi pelimpahan jasa. Yakni berbuat kebajikan sebelum memulai peribadatan untuk leluhur. Pahala dan amal dari perbuatan tersebut dilimpahkan kepada leluhur.

Tampak Haji Sulaiman, salah seorang yang menerima sembako dan beras dari kelenteng. ”Tiap tahun Kelenteng Mbah Ratu selalu memberikan paket sembako pada warga. Saya bersyukur selalu kebagian. Apalagi harga-harga barang kebutuhan pokok sekarang banyak yang naik,” ujar warga Jalan Demak itu.

Seorang warga Tionghoa Twan Nio yang mendapat bingkisan juga sangat bersyukur. ”Sebab mendapat bingkisan ini sama saja saya mendapat anugerah dan berkah dari para Dewa,” ungkapnya.

Dijelaskan Hartadi, Bulan Hantu Lapar jatuh pada bulan ketujuh dalam sistem penanggalan Imlek. Pada bulan itu pintu akhirat dibuka. Sehingga para hantu leluasa untuk turun ke bumi. Mengunjungi kerabat, anak-cucu dan menyantap beraneka sesaji yang diberikan oleh mereka. 

Sumber: