Peringati Bulan Hantu Lapar, Kelenteng Sam Poo Tay Djien Bagikan 3 Ton Beras

Peringati Bulan Hantu Lapar, Kelenteng Sam Poo Tay Djien Bagikan 3 Ton Beras

Tumpukan bingkisan sembako yang didoakan oleh Romo A Hong dengan ditandai percikan air suci dari bokor yang dibawanya.--

Selama Bulan Hantu Lapar, masyarakat Tionghoa tak akan menyelenggarakan hajatan. Baik pernikahan, perayaan ulang tahun dan sebagainya. Dipercaya, mereka yang mengadakan hajatan pada bulan itu akan beroleh kesialan. 

Sebab hantu-hantu dari alam arwah yang berkeliaran, turut pula menghadiri hajatan itu. ”Konon bagi yang percaya, hantu-hantu yang datang tak semuanya bersifat positif. Banyak pula yang negatif,” ungkap Hartadi.

Berbeda dengan tradisi Halloween, dalam perayaan Bulan Hantu Lapar masyarakat biasanya memperbanyak doa di rumah masing-masing. Lebih banyak berdiam diri di rumah dan tak melakukan aktivitas pada malam hari. 
Buah-buahan yang dipersembahkan oleh umat Tri Dharma dalam sembahyang King Ho Bing yang dibagikan dalam baksos.

Mereka percaya pada cerita mistis yang menimbulkan rasa takut. Bahwa siapa saja yang bepergian malam hari saat Bulan Hantu Lapar, ditakut-takuti hantu.

Namun di balik larangan selalu terdapat makna. Nenek moyang Tiongkok ribuan tahun lalu menulis tentang cerita tersebut dengan imbuhan kisah seram. Agar semua orang mau berdiam di rumah saat malam. 

”Logikanya, malam kan hening. Jadi waktunya kita untuk berdoa dengan khusyuk. Selama satu bulan penuh. Terlebih mendoakan leluhur. Itu sangat penting,” kata Haryanto Djajanegara, umat Kelenteng Sam Poo Tay Djien.

Sebagian lagi yang memegang teguh budaya turun-temurun akan membakar uang mainan, rumah, dan pakaian yang terbuat dari kertas.

”Biasanya saat berjalan, beberapa warga melemparkan uang koin atau uang kertas. Kepercayaan setempat, uang itu tidak boleh diambil. Karena dipersembahkan untuk arwah leluhur,” ujarnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: