Debut Juelina Arunika Azzahra; Dari IRT ke Aktor Film, Langsung 8 Judul Sejak Januari 2022

Debut Juelina Arunika Azzahra; Dari IRT ke Aktor Film, Langsung 8 Judul Sejak Januari 2022

Juelina Arunika Azzahra di samping poster film Bait Terakhir yang dibintanginya bersama Cahyaning Wahyu Gesit Ardhana.--

SEMARANG, HARIAN DISWAY - Mengklaim diri hanya ibu rumah tangga biasa, namun saat memasuki dunia keaktoran, Juelina Arunika Azzahra berusaha total menyelaminya. Sebab inilah cita-cita masa kecilnya yang terwujud. Apa bekal Jueli sebagai aktor?

Babad Wingking Griya. Kisah tentang dua ibu-ibu yang berseteru. Satu bernama Barokah, suka dengan kebersihan. Tetangganya, Minah, gemar memelihara ayam. Barokah sangat benci terhadap Minah. Sebab, ayam-ayam miliknya kerap masuk ke halaman dan membuat kotor. Nah Minah tak peduli itu.
Kemarahan Barokah memuncak ketika ayam-ayam Minah merusak camilan yang dijemur. Padahal itu untuk menyambut calon besan. Barokah lalu membuat pagar yang membatasi halaman rumahnya dengan rumah Minah. Sebab Barokah tak bisa menolerir tingkah ayam-ayam tersebut.

Tapi ayam-ayam Minah malah bertengger di atas pagar Barokah dan membuat halaman rumah semakin kotor. Tak terima, Barokah menegur Minah dan coba mengajak bicara. Namun judtru berujung pertengkaran yang tidak pernah selesai.
Poster film Babad Wingking Griya yang menempatkan Juelina Arunika Azzahra berakting sebagai ibu-ibu yang berseteru. 

Dari Babad Wingking Griya inilah, debut akting Jueli di dunia film dimulai. Disutradarai Mauliya Maila, Jueli tak menyangka akan terlibat dalam film yang menjadi garapan tugas akhir mahasiswa Program Studi Film dan Televisi (FTV) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS), Semarang. ”Barokah yang diperankan Bu Ithuk Arthayani itulah yang merekomendasikan saya untuk memerankan Minah,” kata Jueli.

Ithuk dikenal Jueli saat Ithuk mengikuti kelas pemberdayaan diri yang digagas budayawan Prie GS almarhum. Sebagai asisten Prie sejak 2017, Jueli mengenal Ithuk yang menjadi peserta kelas gurunya itu.
Ithuk, anggota Teater Lingkar Semarang, itulah yang tahu potensi Jueli di bidang seni peran. Saat muncul tawaran UDINUS, Ithuk teringat Jueli, sahabatnya itu. ”Bu Ithuk tanya; Mbak Jueli, ayo main film. Tapi sampeyan berani pegang ayam? Saya bilang saja bahwa saya berani. Padahal tidak punya pengalaman memegang ayam hidup," ujarnya, lalu tertawa.

Selain mempraktikkan ilmu dari Prie GS, Jueli berani berakting dengan berkat teater yang sempat dipelajarinya. ”Ternyata dunia teater dan dunia film sangat berbeda ya. Tak heran saat mengawali berkecimpung di dunia film, saya agak terkejut,” katanya. 

”Bagaimana enggak. Untuk syuting satu adegan saja, saya dikelilingi sekitar 20 orang. Ada tim lighting, sutradara, asisten sutradara, kameramen, audio, koordinator talent, banyak deh. Tapi saya merasa hepi,” sambungnya. 
Akting pertamanya itu dipuji. Terutama saat Jueli dan Ithuk beradegan berkelahi. Salah satu visual dalam poster Babad Wingking Griyo menunjukkan keduanya sedang saling menjambak satu sama lain.

Hingga datanglah tawaran berikutnya. Terhitung sejak Januari hingga Sepetember, jadwal syutingnya padat. 

Dari Babad Tanah Wingking, Jueli menjadi aktor dalam film pendek karya mahasiswa UDINUS lainnya, Maya dan Fatamorgana yang disutradarai Joshua. Menyusul menjadi aktor dalam film pendek untuk iklan PSDK UGM yang disutradara Tunggul Banjaransari.

”Saya juga terlibat dalam film pendek Ku Kira Film Ternyata Kisahku besutan sutradara Salas Anggobil yang akan ditayangkan dalam event Semarang Gawe Film,” ungkap perempuan 45 tahun itu. 
Juelina di lokasi syuting, di antara orang-orang yang terlibat dalam film Ku Kira Film Ternyata Kisah Hidupku.

Di film Bait Terakhir, Jueli berperan sebagai main cast dengan sutradara Krisna Bayu. Dalam karya tugas akhir mahasiswa Program Studi FTV UDINUS angkatan 2018 itu,  Jueli beradu akting dengan dalang cilik bernama Cahyaning Wahyu Gesit Ardhana atau Aya. ”Aya yang jadi Girban adalah cucu Mas Ton, salah satu punggawa Teater Lingkar Semarang. Saya jadi ibu Gibran yang sakit,” katanya. 

Dalam cerita, Gibran diwajibkan sekolah untuk mengikuti pentas seni. Namun di satu sisi, sakit yang diderita ibunya semakin parah. Bahkan jelang puisi Gibran selesai, kesehatan ibunya makin memburuk. ”Nah, apakah Gibran bisa mengikuti pentas seni? Menarik disimak. Tunggu saja ketika launching nanti,” ungkapnya. 
Pernah juga Jueli tampil sebagai cameo dalam film Cangkang Telur, besutan mahasiswa Prodi FTV UDINUS juga. Lalu menjadi supporting talent dalam film Penjaja yang Adiluhung. Film yang disutradarai Salas Anggobil itu akan dipentaskan dalam event Minikino Begadang. ”Yang terbaru, saya sedang terlibat dalam pembuatan film pendek untuk iklan layanan masyarakat," ujar perempuan asli Magelang itu.
Untuk sampai berakting di sejumlah film itu, Jueli mengawalinya dari kegemarannya pada seni teater. Menurutnya, modal berteater memudahkannya berkecimpung dalam dunia film. ”Kalau sudah mempunyai basic keaktoran teater, maka lebih mudah masuk dunia film. Apalagi ditunjang oleh cita-cita saya juga," ungkap pemilik nama asli Yuli Ernawati Diah Kartika itu.

Pada 2007, dia belajar teater di bawah bimbingan Untung Basuki, murid WS Rendra. Sejak itu rasa ingin tahunya pada akting makin bergolak. ”Dari beliau saya makin tahu tentang akting. Saat pindah ke Semarang sejak 2013, pada 2007 saya beruntung sempat belajar di kelas almarhum Pak Prie GS,” ungkapnya.
Namun Jueli hanya sempat bertahan setahun saja dalam dunia teater. Sebab tak ada support keluarga kepadanya. Selebihnya dia lebih banyak bermain sebagai aktor film. Pada 2020, dia mengikuti kelas akting online yang diampu oleh Eka Nusa Pertiwi.

Dengan delapan film yang dibintanginya sejak Januari 2022 itu, Jueli merasa perjalanannya menjadu aktor sudah terbuka. Malah dia ingin memotivasi ibu rumah tangga yang lain untuk melakukan apa saja yang diimpikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: