Pameran Seni Rupa Jula-Juli Agustusan Rock:Klamasi Hasil Senggang 15 Musisi

Pameran Seni Rupa Jula-Juli Agustusan Rock:Klamasi Hasil Senggang 15 Musisi

Seorang pengunjung yang tengah asyik menikmati karya-karya Dita Saferina yang terpajang di bagian kanan. --

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Seniman yang bergulat dengan musik banyak yang asyik menggeluti kanvas dan berkarya fotografi. Seperti yang dilakukan 15 musisi ini. Mereka unjuk gigi bukan dalam kepiawaian bermusik namun dalam seni rupa bertajuk Jula-Juli Agustusan Rock: Klamasi. 

Bila ruang Daleri DKS di Balai Pemuda, dipenuhi ratusan karya seni rupa, sudahlah lazim. Namun karya yang berupa lukisan, foto, dan instalasi itu bukan dipersembahkan oleh perupa lho.

Tapi dalam perhelatan pameran yang dibuka pada 30 Agustus 2022, peserta pameran yang terlibat kali ini sangat berbeda. Sebab yang memajang karya-karya seni rupa itu adalah para musisi. 

”Selama kami menggeluti musik, tapi saat senggang, banyak dari kami yang melukis. Makanya lewat pameran ini kami berani memamerkan hasil kreativitas kami dalam seni rupa,” ungkap Andris Agvian, salah satu musisi penggagas event tersebut.
Karya para perupa dari komunitas Museum of Mind (MoM). Berupa instalasi dan lukisan seukuran post card. -JULIAN ROMADHON/Harian Disway-

Andris yang dikenal luas sebagai vokalis Crossover Band itu membawa dua karya berjudul Shaving dan Morning in Norland, Norway. Shaving berasal dari imajinasi Andris seputar perempuan. Menurutnya, kaum perempuan lebih complicated ketika berada di kamar mandi. ”Bisa menghabiskan waktu lama. Terutama saat bercukur, membersihkan bulu-bulu tipis di paha atau lengan,” ungkap musisi 47 tahun itu, lalu tertawa. 

Begitu pula Dita Saferina. Selama ini, dia dikenal sebagai vokalis Mr Jack. Dita yang biasa bersuara lantang di panggung, dengan power voice yang mumpuni, ternyata cukup lantang pula soal lukisan. ”Ada tiga. Let's Play, Einstein dan Fear is Stupid and So is Regret,” ungkap penyanyi yang pernah masuk 5 besar ajang Golden Memories di salah satu televisi swasta. 
Seorang pengunjung kanak-kanak di depan karya instalasi oleh Tania Meme.

Dalam lukisan Let's Play, ada gambar penyu yang dikaguminya. Binatang itu sejak menetas dari telur, berjalan menuju laut dan menghindari ancaman burung camar. ”Penyu sedari kecil berjuang untuk hidup. Tapi ketika sudah dewasa dan matang, penyu bisa berumur panjang. Hasil dari perjuangan itu adalah umur panjang,” ujar musisi 50 tahun itu. 

Lukisan itu dibuat menggunakan pewarna acrylic ink. Dita menggoreskan warna dengan tipis, sehingga tampak seperti bentuk lukisan cat air. 

Ada juga karya instalasi dari kelompok perupa Museum of Mind (MoM) yakni Wedar Gombrest, Slamet Gaprax, Gunawan Kriwul, dan Purwanto Becak. Mereka menyusunnya dari kayu berlapis kertas koran. 
Karya instalasi Museum of Mind (MoM) yang terletak di ujung Galeri DKS Surabaya. 

Di dalam ruang instalasi tersebut terpasang karya-karya para perupa MoM berukuran post card. Para pengunjung yang ingin melihat karya post card dapat masuk ke ruang tersebut kemudian duduk santai. 

Sedangkan karya fotografi yang dibuat oleh Gedhe Arsana mengusung tema kemanusiaan. Seperti foto dua anak kecil yang tertidur di halaman sebuah bangunan, foto tukang becak membawa penumpang serta petani yang memikul keranjang di pundak. 

Pameran itu bertajuk Jula-Juli Agustusan: Rock:Klamasi 2022. Paduan rock dan proklamasi. Sejumlah 15 musisi yang terlibat dalam pameran selama 30 Agustus hingga 3 September 2022 itu sebagian besar berlatar belakang sebagai musisi rock. 
Sejumlah karya fotografi yang dibuat oleh Gedhe Arsana.

Kata Proklamasi” diambil sebagai simbol kemerdekaan dan kebebasan dalam berkarya. ”Walaupun musisi, kami bebas berkarya dalam disiplin lain. Boleh dong musisi membuat lukisan atau karya foto. Bebas berekspresi. Apalagi masih berbau Agustusan, bulan kemerdekaan,” ujar Andris. 

Ke depan, Andris dan kawan-kawan berharap agar kegiatan tersebut dapat berkelanjutan. ”Kami sudah menghubungi para musisi di berbagai daerah di Indonesia. Ada yang dari Malang dan Jawa Tengah. Banyak dari mereka yang melukis. Jadi untuk selanjutnya pameran ini meluas. Tak hanya kalangan musisi Surabaya,” pungkasnya. (*) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: