Kerasan dengan Modul Nusantara

Kerasan dengan Modul Nusantara

-Miftakhul Rozaq-

Menyambut 141 mahasiswa yang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Untag Surabaya memperkenalkan Untag Surabaya sebagai kampus merah-putih. Mereka yang berasal dari 47 PT di Indonesia itu diajak kampus tour.

Tari Jejer Jaran Dawuk yang dibawakan oleh anggota UKM Tari Rizka Afifa Salsabiila, Nada Salsabila, dan Hira’ Syaud Jawanta menyambut seluruh mahasiswa yang diterima di ruang pertemuan lantai 6 Gedung Rektorat Baru Untag Surabaya.


TARI Jejer Jaran Dawuk dari Banyuwangi yang ditarikan anggota UKM Tari untuk menyambut mahasiswa.-Miftakhul Rozaq-

Tari tradisional khas Banyuwangi itu biasanya dimainkan untuk memeriahkan pesta saat musim panen sebagai bentuk rasa syukur. Sekaligus biasa dijadikan sebagai tarian penyambut tamu. Tak heran jika tarian itu memukau para mahasiswa yang datang dari seluruh Nusantara itu. 

Persembahan tari itu membuat Novela Reskesia asal Padang merasa diterima dengan baik di Untag Surabaya. Mahasiswa Universitas Andalas yang mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka batch dua itu bahkan makin nyaman dengan keramahan masyarakat Surabaya. ”Langsung bikin kerasan di sini,” katanya.

Selain Novela, Muhammad Andre Safardiansyah juga amat terkesan dengan penyambutan Untag Surabaya. Mahasiswa asal Samarinda itu makin merasa tak sia-sia telah terpilih mengikuti Pertukaran Mahasiswa Merdeka yang digagas Kemendikbud Ristekdikti RI.


REKTOR UNTAG Surabaya Prof Dr Mulyanto Nugroho mengalungkan ID card kepada salah seorang dari 141 mahasiswa yang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka.-Miftakhul Rozaq-

Apalagi untuk bisa lolos, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur itu harus ber-IPK minimal 2,75. Yang lebih penting lagi lolos survei kebhinekaan. ”Survei itu merupakan tes kepribadian ketika menghadapi kawan yang berbeda agama, budaya, dan suku,” katanya. Juga diuji apakah seseorang itu lebih mementingkan dirinya sendiri atau kebersamaan.

Maka begitu dinyatakan berhasil, putra asli Sungai Dama, Samarinda Hilir itu senang bukan main. Inilah kali pertama ia menginjakkan kaki di Pulau Jawa. Menjadi pengalaman berharga karena selama empat bulan mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka ia harus meninggalkan keluarganya di Samarinda. ”Pertama kali juga meninggalkan bapak, ibu, adik, dan kakek nenek di rumah paling lama selama ini,” ungkap anak kedua dari lima bersaudara itu.

Walaupun dengan berat hati Andre harus meninggalkan keluarga di Samarinda, namun ia sangat bangga. Terpilih mengikuti program itu seperti hadiah dalam hidupnya. ”Kapan lagi bisa bertemu dengan teman-teman dari berbagai macam daerah? Semuanya akan saya jalankan demi pengalaman dan demi masa depan,” ungkap Andre.

Diakuinya, ia langsung berbaur dengan mahasiswa lain sejak kedatangannya di Surabaya, pada Kamis, 1 September lalu. Bahkan Andre sudah akrab dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang terpilih mengikuti Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Untag Surabaya.

Selama program, semua mahasiswa itu akan menempuh 20 SKS di prodi Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Ada 8 mata kuliah dengan total bobot 16 SKS. Kinematika Dinamika, Proses Pemesinan, Sistem Pembangkit Daya Air, Metode Elemen Hingga, Proses Manufaktur, Teknik Manajemen Perawatan, Teknik Pengelasan dan Etika Teknologi Informasi. Selain itu ada Modul Nusantara yang dihitung 4 SKS. 

Ketua Koordinator Pertukaran Mahasiswa Merdeka Untag Surabaya, Wiwin Widiasih, ST MT menjelaskan bahwa Modul Nusantara wajib diambil bagi mahasiswa. Modul itu terdiri dari empat seri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: