Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Aku Memeluk Ibu andai Tak Ada Pandemi (22)
Ibu Tim van Wijk: Elya Rosani Tim Hiraeth semasa hidup.-Bud Wichers/Harian Disway-
Tim pencari dari Yayasan Mijn Roots berhasil menemukan orang tua kandung Tim van Wijk pada Desember 2019 di Semarang. Pandemi Covid-19 mulai meledak di Tiongkok. Tiga bulan kemudian, virus itu sudah merebak ke seluruh dunia. Tim tak bisa terbang ke Indonesia.
–
Salah seorang pendiri Yayasan Mijn Roots yang menetap di Surabaya, Ana Maria van Valen, punya beberapa pasukan pencari orang tua kandung di Indonesia. Mereka orang-orang lokal yang membantu misi kemanusiaan: menemukan orang tua kandung.
Pencarian tak semudah yang dibayangkan. Sebab, banyak dokumen yang dipalsukan pada 1973–1983.
Misi pencarian bisa berjalan dalam hitungan hari. Kadang juga sampai bertahun-tahun tak ketemu. Ketika mereka berhasil menemukan alamat orang tua kandung anak adopsi di Belanda, Ana langsung meluncur untuk memastikan kebenarannya.
Ana mengungkapkan bahwa menemukan ”akar” bagi anak-anak adopsi sangat penting. Dia bersyukur sudah bertemu orang tua kandungnyi di Bogor. Rasa syukurnyi diwujudkan dengan membantu 3.040 anak-anak adopsi yang mayoritas belum bertemu dengan keluarga kandung. Hingga kini Mijn Roots baru berhasil mempertemukan 60 keluarga.
Ana juga pergi ke Semarang untuk menemui orang tua Tim. Dia mengajak sang kekasih, Bud Wichers, yang juga anak adopsi dari Indonesia. Pertemuan baru bisa digelar September 2020. Semuanya serbamolor karena pandemi. Penyekatan di berbagai wilayah membuat mobilitas terbatas.
”Aku juga merasakan kebahagiaan yang sama ketika ada yang berhasil menemukan orang tua atau keluarga kandungnya,” ujar mantan atlet renang Belanda yang juga seorang model itu.
Ana menyaksikan, pertemuan Tim dengan ibunya berlangsung sangat haru. Dia ikut larut dalam suasana itu. Tangisan pecah dari kedua pihak. Termasuk Tim yang ada di Belanda.
Pertemuan virtual Tim van Wijk dengan ibundanyi dibantu pendiri Mijn Roots Ana Maria.-Bud Wichers/Harian Disway-
Mereka tidak bisa berkomunikasi secara lancar karena ada kendala bahasa. Keluarga besarnya tak bisa berbahasa Inggris, apalagi Belanda. Sementara itu, Tim belum menguasai bahasa ibunya: Indonesia. Ana yang sudah bisa berbahasa Indonesia menjadi penerjemah.
Ibu Tim bernama Elya Rosani Tim Hiraeth. Dia memakai kemeja biru dengan motif garis oranye. Wartawan perang, Bud Wichers, membantu proses pertemuan virtual itu. Ia juga mendokumentasikannya melalui foto dan video.
Budi, panggilan akrab Bud Wichers, membawa peralatan lengkap yang biasa dibawa ke medan perang. Sangat totalitas. Semua demi Tim.
Tripod, lampu, mikrofon, dan kabel-kabel tertata di ruang tamu yang sederhana itu. Lantainya masih plesteran semen. Pertemuan tersebut terjadi pada 12 September 2020. Nyaris setahun setelah penemuan pertama.
”Aku ingin bertemu ibuku, tetapi aku tidak dapat visa karena pandemi. Ketika dia meninggal, aku baru mendapatkan visa,” ucap Tim yang diterjemahkan dari bahasa Inggris saat ditemui di Restoran Kayyana di Surabaya, Sabtu, 6 September 2022. Sang ibu meninggal pada 21 Maret 2021.
Tiba-tiba Tim terdiam. Ia tak kuat melanjutkan ceritanya. Atlet kick boxing itu menghela napas panjang. Tak terasa, buliran bening mengalir dari kelopak matanya.
Andai tak ada pandemi, ia sudah memeluk sang ibu. Namun, begitulah takdir. Tak bisa ditebak dan dipilih. Tim harus belajar menerima kenyataan itu.
Ia lepas dari dekapan hangat sang mama ketika masih bayi. Tim diadopsi pada usia 6 bulan. Sejak saat itu jarak sejauh 11.646 kilometer memisahkannya dengan sang ibu. Tim berada jauh di Benua Biru: Eropa.
Tak terasa, air mata saya juga ikut mengalir. Sekujur tubuh merinding mendengar kisah Tim. Cepat-cepat saya hapus air mata itu dengan tangan agar Tim tak makin larut dalam kesedihan. Kami memberinya waktu untuk menenangkan diri.
Sumi Kasiyo yang juga hadir di Kayyana sangat tahu perasaan Tim. Ia memotret raut wajah Tim saat kali pertama ia tahu bahwa orang tuanya sudah ditemukan.
”On that day, December 9, 2019 he got a call from Christine from Mijn Roots that his mother was found. You can see his anger in his eyes (Pada hari itu, 9 Desember 2019, Christine dari Mijn Roots menelepon dan memberitahukan bahwa ibunya ditemukan. Anda bisa melihat kemarahannya di matanya, Red),” ungkap Sumi kemarin, 8 September 2022.
Tim van Wijk dipotret seusai tahu bahwa orang tuanya telah ketemu pada 2019.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Sumi adalah fotografer. Itu adalah foto pertama yang dibuat untuk Tim di penghujung pekan itu. Foto monokrom tersebut memperlihatkan sorot mata tajam Tim. Kepalanya agak menunduk sehingga rambutnya yang panjang jatuh terurai.
Beruntung, Tim memiliki Sumi. Dia adalah sosok penyeimbang yang bisa menenangkannya. Susah senang dilalui bersama. (Lady Khairunnisa-Salman Muhiddin)
Kisah Masa Kecil Tim. BACA BESOK!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: