Europe Trip Sekeluarga ke Empat Negara (7); Terpana di Ketinggian Skywalk

Europe Trip Sekeluarga ke Empat Negara (7); Terpana di Ketinggian Skywalk

Kami di Skywalk. Sebuah world heritage view tersohor yang berupa platform runcing dibuat melampaui lereng gunung. Panjangnya 12 meter dari lereng. Setinggi 360 meter di atas tanah.--

CEKO, HARIAN DISWAY - Kereta dengan cepat melaju. Mengantar kami ke arah timur. Menuju sebuah desa tambang garam. Hanya 45 menit dari Kota Salzburg. 

Sempat tertidur di kereta, suami membangunkan saya. ”Yang. bagus banget. Lihat itu Gunung Alpen,” katanya. 

Mata saya terbelalak. Jika surga dunia itu ada, inilah kiranya. 

Di sana gunung. Depannya danau. Semua berwarna biru. Menenangkan. Keindahan ini semakin tampak setelah mendekati tujuan kami.

Namanya Hallstatt. Kota kecil dengan 800 penduduk. 

Dari stasiun, kami naik kapal. Saat kami naik, seorang kapten mengingatkan jadwal kepulangan dan keberangkatan kapal. ”Lihat jadwal ini,” ujarnya, sambil menunjuk kertas di dinding kapal.

Kami memoto jadwal itu. Supaya bisa mengatur kapan balik dengan kapal dan tak ketinggalan kereta pulang.

Di depan kami, tampaklah pemandangan terindah. Pegunungan Salzkammergut terlihat gagah. Bagian jajaran pegunungan Alpen Kapur Utara. Saking magisnya saya hampir menangis.
Suasaan di dalam kapal menuju Hallstatt. Dari sinilah, di depan sana tampaklah pemandangan Pegunungan Salzkammergut yang indah.

Setelah sepuluh menit berlayar, mulai terlihat perumahan penduduk. Atap-atap rumah berbentuk segitiga. Dengan banyak balkon. Teras menggantung itu dihiasi bunga merah merona. 

Dari jauh, rumah penduduk Hallstatt seperti bertumpuk. Bertingkat mengikuti ketinggian gunung.
Rumah penduduk Hallstatt dari jauh. Tampak seperti bertumpuk. Bertingkat mengikuti ketinggian gunung.

Begitu kapal bersandar, saya tidak sabar untuk secepatnya menyusuri jalanan. Biar segera mendekati Hallstatt. 

Beberapa rumah bersebelahan. Tapi tidak berjajar lurus. Mengikuti kontur gunung. Saya memperhatikan sebuah rumah ditumbuhi bunga mawar di balkonnya. Tanaman sulur menutupinya. Pohon pir yang dahannya menempel di seluruh dinding depan. Seperti rumah para peri. Ah jadi pingin sekali punya tempat tinggal seperti ini. ”Amin,” gumam saya.

Sekarang rumah penduduk menjadi pertokoan. Jadi warung, toko cinderemata, keramik, dan hotel. Desainnya masih asli. Kami menghabiskan waktu cukup lama mengagumi arsitektur rumah perdesaan Austria itu. 
Rumah-rumah cantik di Hallstatt, kota kecil dengan 800 penduduk.

Tiba-tiba, ”Mama, es krim,” ujar anak-anak. Kalau tentang itu, mereka pasti satu suara. ”Es krimnya satu scoop Mbak,” ujar kami ke penjual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: