Europe Trip Sekeluarga ke Empat Negara (7); Terpana di Ketinggian Skywalk
Kami di Skywalk. Sebuah world heritage view tersohor yang berupa platform runcing dibuat melampaui lereng gunung. Panjangnya 12 meter dari lereng. Setinggi 360 meter di atas tanah.--
Anak-anak menyantap es krim di bangku kayu. Usai menyuapi, giliran saya yang haus. Pas sekali ada dua buah air mancur. Aliran airnya jatuh dalam wadah batu berbetuk cekungan kapal.
Inilah mata air tersegar yang pernah saya rasakan. Masyaallah. Putih, bersih, dan dingin. Langsung semua botol minum saya isi penuh.
Hari yang panas membuat Rayhan dan Hamzah minta es krim lagi. Saya ulurkan koin 2 euro. Katanya sih es krimnya resep Italia. Saya cicip tetap lebih enak di tempat aslinya. Hehehe.
Usai menikmati pusat desa, waktunya keliling Hallstatt. Sepanjang mata, kami memandang danau biru. Banyak yang menyewa kapal kecil untuk mengarunginya. Ada yang berbentuk angsa.
Setiap setengah jam, harga sewa kapal elektrik 300 W adalah 17 Euro. Satu jam ”hanya” 22 euro. Yang angsa 15 euro per jam. Sama dengan kapal pedal manual.
Kapal-kapal angsa yang bisa digunakan untuk berkeliling danau biru di Halstatt. Harag sewanya 15 euro per jam.
Kami melanjutkan kelana menuju atas bukit. Untung trotoar cukup luas.
Semakin menanjak, tampak rumah-rumah di atas bukit. Banyak restoran yang buka. Tujuan kami bukan makan. Tapi stasiun funicular. Kereta gunung yang mengantar kita ke titik tertinggi. Hallstatt Skywalk ”Welterbeblick”.
”Wih harganya satu orang 20 euro, anak-anak 10 euro,” ungkap saya kepada suami. Total, kami membayar 41,50 euro. Ini pakai tiket family. Dua orang dewasa dan satu anak. Bayi di bawah empat tahun gratis.
Tiket 20 euro hanya untuk pulang pergi funicular. Kalau mau masuk tambang garam di atas gunung, harganya menjadi 36 euro. Kami tidak memilih opsi ini lantaran anak di bawah empat tahun tidak boleh masuk pertambangan.
Saya sudah tidak sabar sampai di puncak. Dari stasiun funicular, kami naik lift. Lalu menuju jembatan panjang arah Skywalk. Ini dia world heritage view tersohor itu.
Skywalk berupa platform runcing dibuat melampaui lereng gunung. Panjangnya 12 meter dari lereng. Setinggi 360 meter di atas tanah. Di sini, saya banyak menyebut nama Allah. Saya terpana. Sungguh kuasa Tuhan menciptakan pemandangan seindah ini.
Kami saling mengantre dengan turis lain untuk berfoto. Beruntung ada seorang bapak membantu kami memotret berempat.
Andai tidak karena terbatas waktu, saya pengin berlama-lama menatap gunung, danau, dan desa yang tampak mengecil. ”Ayo ke sana,” ajak suami menunjuk jalan setapak. Saya pun ikhlas meninggalkan ’jembatan langit’ itu.
Saatnya menuju kawasan salt mine. Tambang ini ada sejak ribuan tahun lalu. Bagi yang memiliki tiket bisa masuk tambang, bisa melalui terowongan berkilo-kilometer jauhnya.
Lantaran membawa bayi, kami tidak masuk tambang. Namun ada yang lain yang tak kalah menarik; bangunan seperti museum mini. Di dalam ada tengkorak manusia. Sebelahnya sosok berkain mumi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: