Profesor Jepang Dengarkan Kisah Kampung Sayur Songo Simomulyo Baru

Profesor Jepang Dengarkan Kisah Kampung Sayur Songo Simomulyo Baru

Prof Shibata berbincang dengan warga Kampung Sayur Songo Simomulyo, Minggu, 11 September 2022.-Aisyah Amira Wakang/Harian Disway-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kunjungan pakar agrikultur,  Prof Shozo Shibata dari Universitas Kyoto, Jepang bersama mahasiswa bimbingannya Muhammad Amin Shodiq disambut hangat oleh warga Kampung Songo. Kampung sayur itu terletak di Kelurahan Simomulyo Baru, Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya. 

Tidak sulit menemukan kampung tersebut. Di gang lebarnya terhampar pemandangan hijaunya yang menawan. Sejauh mata memandang, kita akan disuguhkan sistem tanaman hidroponik, tasapot, tabulampot, dll. Jenis sayuran seperti tomat, cabai, selada air, kangkung, bayam, seledri, dan pokcoy seringkali dipanen dalam media tanam itu.

Keberhasilan Kampung Songo untuk menghijaukan area sekitar tidak terlepas dari ide Yaning Mustikaningrum selaku Koordinator sekaligus Ketua RT 9. Walaupun beberapa kali gagal panen, dia dan warganya tak pernah menyerah untuk berproses.


Warga Kampung Songo Simomulyo Baru berfoto bersama Prof Shibata dan mahasiswanya Muhammad Amin.-Aisyah Amira Wakang/Harian Disway-

“Iya, semua itu kita trial and error, karena kita juga bukan petani asli, tapi saya nggak nyerah” ujar Yaning pada Minggu, 11 September 2022.

Upaya tersebut pun didukung oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya yang diwakili Adi Candra. Ia adalah Pendamping Lapangan Urban Farming Surabaya.  Adi ikut mendampingi Prof Shibata serta Amin ke berbagai titik.

Di bawah langit sore yang sejuk, Yaning, Adi, para satgas Covid, dan warga kampung lainnya ikut mengiringi perjalanan Prof Shibata dan Amin untuk memperkenalkan Kampung Songo lebih jauh.

Mulanya, Shibata dan Amin diajak melihat hidroponik yang berada di depan rumah Yaning. Yaning mengatakan, bahwa pokcoy yang ditanam melalui hidroponik itu gagal panen karena mungkin terkendala cuaca atau kelebihan nutrisi. Namun, tanaman seperti cabai, tomat, kangkung masih aman untuk di panen.

Berbelok ke area sebelah, Shibata dan Amin disuguhkan dengan Taman Perisai Diri Erte Songo. Disana, lebih banyak lagi tanaman yang mereka lihat selain sayur. Karena beberapa tanaman hias seperti aloe vera, lidah mertua, sri rejeki, dll. Shibata juga sempat melihat kompos Takakura yang pernah dikembangkan oleh Universitas Kyushu. Bersama kameranya, tak lupa dia memotret pemandangan kampung yang dianggapnya menarik.

Berjalan lebih jauh, rombongan tersebut menemui bantaran sungai dekat Sekolah Pelayaran Bhakti Samudera. Adi bercerita bahwa untuk meminimalisir kondisi sungai yang kurang enak dipandang, warga desa akhirnya membuat mural bertema pemandangan. Tanaman gantung dengan pot warna-warni, hidroponik, serta papan slogan daur ulang, kembali menghiasi area pinggir sungai tersebut.

Setelah mengamati area sekitar, mereka kembali ke rumah Yaning untuk bercengkrama. Shibata sempat bertanya, mengapa mereka menggunakan media tanah dalam pot alih-alih masih memiliki lahan.

Now people say agriculture, but for me it is very difficult to understand, why they dont use direct to soil, why they use soil into pot,” ujarnya sekaligus bertanya pada Yaning dan Adi. Ia heram mengapa orang-orang tidak menanam di tanah. Mengapa mereka menggunakan tanah di pot?


Prof Shibata, M Amin, serta Ketua RT 9 Yaning Mustikaningrum di Kampung Songo Simomulyo Baru.-Aisyah Amira Wakang/Harian Disway-

Pertanyaan itu pun terjawab setelah mereka kembali ke Taman Perisai Diri, dimana di sana sering terjadi banjir cukup tinggi.

Sumber: