Profesor Jepang Dengarkan Kisah Kampung Sayur Songo Simomulyo Baru

Profesor Jepang Dengarkan Kisah Kampung Sayur Songo Simomulyo Baru

Prof Shibata berbincang dengan warga Kampung Sayur Songo Simomulyo, Minggu, 11 September 2022.-Aisyah Amira Wakang/Harian Disway-

“Iya kalau banjir, segini mas (mengarahkan tangannya ke area lutut). Mangkanya tanaman ini biasa kita angkut di joglo,” jelas Yaning.

Amin yang juga melakukan penelitian S3 terkait urban farming menyarankan, agar diadakan edukasi kepada warga desa terutama pada generasi mudanya. Sebab semangat dari sumber daya manusianya memang sudah ada, namun edukasi ini penting agar perawatan pada tanaman dilakukan secara tepat.

“Kalau aku menyarankan perlu ada kelas khusus, pembekalan, pelatihan, entah itu didukung DKKP, atau self awareness, mungkin disini ada teman-teman yang sudah mahasiswa, atau anake: generasi muda,” ujar Amin.

Menurutnya, rasa kepemilikan dari generasi muda asli yang tinggal di sana memiliki potensi ketertarikan lebih tinggi untuk bertani, dibanding bekerjasama dengan mahasiswa di luar. Hal ini karena adanya kedekatan secara emosional.

Menanggapi hal itu, Yaning berujar bahwa kehadiran Shibata dan Amin sangat membuat dirinya senang dan termotivasi. Sebab, ia sendiri pun belum merasa puas. Berkali-kali mereka gagal, mencari banyak data, mencoba ulang, tetapi semangatnya tak pernah padam. 

“Kami ini nggak putus asa, kami ini kalau orang sini ngarani, petarung. Artinya usia saya sekarang 60 tapi semangat saya 45. Artinya apa? aku tidak akan pernah berhenti, selama masih bisa,” ujar Yaning menggebu-gebu.

Kini, enam kampung sudah yang Shibata dan Amin lalui untuk melihat kegiatan urban farming di Kota Surabaya. Perjalanan mereka berakhir di Kampung Ondomohen. (Aisyah Amira Wakang)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: