Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Mana Pohon Kelapa dan Nasi Kami? (39)
Keluarga baru Sumi Kasiyo dan Suyatmi yang semuanya orang Belanda. Dua bocah asal Trenggalek itu harus membiasakan diri dengan kehidupan di Eropa.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Sumi Kasiyo dan kakaknyi, Suyatmi, mengalami culture shock alias gegar budaya yang sangat ekstrem saat diadopsi ke Belanda. Kehidupan tradisional di pelosok pantai Trenggalek berubah jadi kehidupan Eropa di Belanda.
–
MASA kecil Sumi dan Suyatmi di Trenggalek begitu damai dan menyenangkan. Surga kecil di puncak bukit dikelilingi pepohonan kelapa dan aneka pohon buah. Dari atas bukit pemandangan pantai selatan Jawa yang menawan begitu memanjakan mata.
Yang dia rasakan adalah kebahagiaan penuh cinta di lingkungan kampung nelayan. Hari-hari yang begitu damai tiba-tiba berubah drastis. Mereka tercerabut dari akar aslinya (Mijn Roots).
Sumi dan Suyatmi dipaksa membiasakan diri dengan kehidupan Eropa ketika diadopsi ke Belanda.
Begitu menginjak Negeri Kincir Angin –sebutan Belanda– Sumi hanya bisa menangis. Dia kaget melihat sosok sang ayah yang menjemput ke bandara. Seumur-umur ia tak pernah melihat lelaki berkulit putih bertubuh besar.
Yayasan Kasih Bunda di Jalan Raden Saleh Jakarta, di tempat ini Sumi dan Suyatmi dititipkan sebelum diadopsi ke Belanda.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Dia seperti memasuki dunia lain setelah melewati beberapa bulan penuh trauma di tempat penampungan anak di Jombang dan Jakarta.
Hari pertama di Belanda, cuaca begitu dingin. Sumi yang terbiasa dengan iklim tropis pantai Trenggalek tak kuat dengan kondisi itu. Tubuhnyi menggigil seperti masuk ke lemari es.
”It took me a long time to get used to it (Aku butuh waktu lama untuk terbiasa, Red),” ujar Sumi, Minggu, 24 September 2022.
Untungnya, kedua orang tua angkat mereka begitu penyayang: Papa Durk de Vries dan Mama Pietertje Baukje de Vries.
Hari itu nama mereka juga diganti menjadi Pietertje Sumiatin de Vries dan Margriet Suyatmi de Vries.
”I really don’t like my Dutch name, that’s not who I am. So after my adoptive parents died (9 December 2008, father 2 July 2014) I used Sumi as my name. And Kasiyo is an honor for my Ayah,” tulis Sumi dalam pesan WhatsApp kemarin.
Pohon kelapa menjulang tinggi di Ngruno, tempat lahir Sumi di Trenggalek.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Artinya, aku sangat tidak suka nama Belanda saya, itu bukan diriku. Jadi, setelah kedua orang tua angkat saya meninggal (9 Desember 2008, ayah 2 Juli 2014), saya menggunakan Sumi sebagai nama saya. Dan Kasiyo adalah suatu kehormatan bagi mendiang sang ayah yang meninggal sebelum proses adopsi.
Kehidupan harus tetap berlanjut. Sumi harus membiasakan diri dengan keluarga barunyi. Dia memberikan senyum lebar ke mereka. Tapi, di dalam hatinyi, dia menangis.
Dia rindu dengan pepohonan rindang di kampung halaman. Tak ada pohon kelapa di Eindhoven. Pohon pisang, mangga, dan berbagai buah-buahan tropis berubah menjadi pemandangan yang lebih gersang.
Hutan dengan pepohonan tinggi jarang terlihat. Pemandangan yang mereka lihat kala itu adalah hamparan ladang yang begitu luas. Bagi Sumi, itu membosankan. Dia ingin pulang.
Nasi dengan lauk ikan tidak pernah disajikan. Hidangan yang mereka dapatkan adalah roti dan kentang.
Rasa rempah-rempah pada bumbu masakan yang dibuat ibu kandung juga tak pernah mampir di lidah. Selera orang Belanda tak cocok dengan lidah Jawa mereka.
Trauma Tak Hilang, Tidur Harus Menghadap Pintu. BACA BESOK!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: