Wisata Dolly, Malam Jumat di Gang Dolly (7); Terganggu, Masjid At Taubah Dilempari

Wisata Dolly, Malam Jumat di Gang Dolly (7); Terganggu, Masjid At Taubah Dilempari

Gang menuju Masjid At Taubah. Masjid yang memiliki dinding keramik berwarna hijau. Beberapa orang memanfaatkannya sebagai tempat mengaji. --

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Di kawasan prostitusi terbesar se-Asia Tenggara, ada masjid yang letaknya cukup dekat dengan deretan rumah bordil. Terletak di ujung gang sebelah kiri. Masjid At Taubah itu menjadi saksi bisu geliat Dolly pada masa lalu.

Azan Isya terdengar di bekas kawasan prostitusi Dolly. Kami saat itu berada di lapangan bermain, yang berdiri di atas lahan yang dulu digunakan sebagai rumah bordil. Yakni Wisma Gaza dan Wisma Madonna. 

Lampu kubah masjid menyala. Terlihat bagian atas masjid tersebut, menyembul di antara pemukiman-permukiman.

Masjid At Taubah, namanya. Didirikan pada dekade ’90-an. Belum ada yang tahu pasti tahun pembuatannya. Namun masjid tersebut didirikan dengan susah payah.

”Banyak pertentangan dari warga, utamanya para pengusaha prostitusi. Kan rasanya enggak pantas, ada masjid berdiri di dekat rumah bordil,” ujar Mustofa Sam, salah satu guide tour Malam Jumat di Gang Dolly.
Masjid At Taubah yang suara azannya berebut dengan bau dupa dan suara desahan, berada di gang sempit sebelah utara gang Dolly. -JULIAN ROMADHON/Harian Disway-

Namun justru salah satu donaturnya adalah Abah Saka. Pemilik rumah bordil terbesar di Dolly: Wisma Barbara. Baginya dosa, surga dan neraka adalah urusannya dengan Tuhan. Ibadah harus tetap jalan. Fasilitas untuk memenuhi kebutuhan spiritual warga harus didirikan. Siapa tahu ada individu dari industri tersebut yang masih butuh salat atau ingin bertobat. Tinggal datang ke masjid itu.

Tak lekang dalam ingatan Jarwo Susanto, salah satu guide yang juga bekas pedagang kopi di kawasan Dolly. Ia masih ingat betul, bahwa azan Magrib berbunyi, seiring dengan munculnya bau dupa dan kemenyan di sepanjang gang.

”Dulu kan para pengelola rumah bordil pakai ilmu mistik. Tiap Magrib, tak hanya bau wewangian dari parfum para PSK. Tapi juga bau dupa dan kemenyan,” ujarnya. 
Setelah dari Wisma Barbara, peserta terus jalan kaki keliling menikmati wisata Malam Jumat di Gang Dolly menuju ke arah Masjid At Taubah. Beberapa mucikari dan PSK pun kadang-kadang terlihat salat di masjid itu. -JULIAN ROMADHON/Harian Disway-

Sekitar jam 7 malam, usai azan Magrib, kawasan Dolly dahulu mulai bergeliat. Para hidung belang berbondong-bondong datang. Tak pernah sepi barang satu hari pun. Maka tak heran bila sebelum mereka datang, dupa dan kemenyan dinyalakan sebagai sarana penglaris dan pengasihan. Supaya para hidung belang bisa lengket dengan PSK.

Masjid At Taubah, yang suara azannya berebut dengan bau dupa dan suara desahan, berada di gang sempit sebelah utara gang Dolly. Letaknya berhimpitan dengan rumah-rumah warga. 

Menengok ke dalam, posisi ruang imam masjid bersebelahan dengan rumah bordil. ”Jadi betapa anehnya salat di sini waktu itu. Harus tetap khusyuk, meski suara di luar enggak karuan,” kenang Jarwo.

Masjid itu memiliki dinding keramik berwarna hijau. Beberapa orang memanfaatkannya sebagai tempat mengaji. Salah satu warga ke luar rumah, mengamati kehadiran kami, para peserta tour Malam Jumat di Gang Dolly. 

Jarwo sempat bercakap tentang kegiatan hari itu padanya. Orang itu tersenyum. Kemudian kembali masuk rumah.

Warga setempat pun pasti punya pengalaman ketika Dolly masih eksis. Juga masjid At Taubah. Beberapa mucikari dan PSK pun kadang-kadang terlihat salat di masjid itu. Tentu dalam hati, tak ada satu pun dari mereka yang rela bekerja di dunia hitam. Mereka masih ingat Tuhan dan berharap dapat bebas. Mendapat pekerjaan yang lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: