Disway Forum Mengakhiri Petaka Sepak Bola Indonesia (2): Suporter Minta Pengurus PSSI Mundur Serentak

Bagi Fim–sapaan karibnya– tragedi Kanjuruhan seperti mengulang kejadian meninggalnya Choirul Huda pada 2017 silam. Penjaga gawang Persela Lamongan tersebut mengalami benturan dengan kawan setimnya, Ramon Rodrigues. 

Itu terjadi pada laga Persela Lamongan menjamu Semen Padang FC di Stadion Surajaya. Akibat penanganan tim medis yang tak siap, nyawa pria 38 tahun itu pun tak tertolong setelah dilarikan ke rumah sakit.

“Setelah kejadian itu, akhirnya penanganan tim medis lebih bagus,” katanya. Maka Fim juga berharap hal yang sama setelah tragedi yang memilukan di Stadion Kanjuruhan. Sistem pengamanan harus lebih baik dan manusiawi lagi. 

Rivalitas memang menjadi bumbu dalam sepak bola. Suporter berharap sepak bola benar-benar menjadi hiburan yang menggembirakan. Bukan malah menjadi tempat menakutkan hingga bisa menelan korban jiwa. “Kami sepakat rivalitas hanya 90 menit. Di luar itu, kita semua saudara,” kata Husin Ghozali, koordinator Green Nord, salah satu elemen suporter Persebaya.

Pria yang karib dipanggil Cak Cong itu berharap semua elemen di sepak bola melakukan evaluasi total. Dari suporter, federasi, panpel, operator liga, hingga broadcaster. Tragedi Kanjuruhan harus bisa menjadi momentum bersatu demi kebaikan.

Untuk itu, katanya, harus ada pihak yang bertanggung jawab. Secara hukum dan moral. Menurut Cak Cong, yang paling pantas bertanggung jawab adalah federasi dalam hal ini PSSI. “Semua sepak bola itu di tangan federasi. Meski yang mengelola liga adalah operator,” katanya.

Bahwa Tragedi Kanjuruhan adalah bukti kegagalan federasi melindungi anak bangsa. Sepak bola tidak lagi menjadi hiburan. Malah menjadi ajang taruhan nyawa. Ia meminta PSSI tidak lepas tangan. “Kalau bisa moratorium. Potong satu generasi di pengurus PSSI. Mundurlah semua. Yang gak kompeten gak usah lagi mengurus,” tandasnya. (Tamat)

 

Sumber: