Dalam Tradisi Pernikahan Tionghoa Chio Thao, Ada Buku Tungsu saat Menata Rambut

Dalam Tradisi Pernikahan Tionghoa Chio Thao, Ada Buku Tungsu saat Menata Rambut

Kedua orang tua mempelai perempuan bertindak menyematkan kain hijau penutup wajah hingga nanti akan disingkap oleh mempelai laki-laki. --

BOGOR, HARIAN DISWAY - Budaya Chio Thao ternyata tetap lestari. Yakni tradisi pernikahan tradisional Tionghoa. Seperti yang tergambar dalam pernikahan Putri Dwi Lestari dan Alvian Phang. 

Putri Dwi Lestari tampak semringah. Dia duduk di kursi ruang dalam kediamannya. Di Desa Cibogo, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pakaiannya putih, rambutnya terurai dan terlihat goresan warna merah di kening. 

Siang itu, 25 Agustus 2022, adalah hari pernikahannya bersama Alvian Phang. Seperti layaknya pasangan yang menyambut hari pernikahan dia tegang dan was-was. Tapi di satu sisi perasaannya bahagia. 

Momen itu semakin istimewa karena pernikahan Putri dilakukan dengan menggunakan tradisi Tionghoa yang disebut Chio Thao yang artinya menyisir rambut. Jadi selain rambutnya dirapikan, pengantin perempuan dipercantik dengan dihias berbagai aksesori. Apalagi sangat sedikit warga yang melestarikan tradisi pernikahan Chio Thao.
Prosesi menggelung rambut mempelai perempuan yang sangat menentukan dalam tradisi Chio Tao. Lantas rambut akab diberi aksesori agar makin cantik. --

"Itu tak lepas dari sejarah pembatasan era Orde Baru. Segala hal yang berbau Tionghoa dilarang. Kalau pun ada yang merayakan pernikahan dengan tradisi tersebut, dilakukan secara diam-diam," kata Egi Melgiansyah, kerabat mempelai putri.

Jadi tak heran jika banyak warga keturunan Tionghoa yang melakukan pernikahan dengan tradisi lain. Seperti gaya wedding modern dan sebagainya. “Tapi beberapa kerabat kami masih melestarikan tradisi tersebut,” ungkap Egi.

Kini, Chio Thao masih bisa ditemui di kalangan warga Tionghoa yang tinggal di berbagai kompleks pecinan. Seperti masyarakat “China Benteng” di Tangerang atau beberapa di Bogor, seperti yang dilakukan para kerabat Egi. Beberapa lagi ada di daerah lain. 

Di Surabaya, tradisi itu sebenarnya masih sering dijalankan. Wen Shi Liem Tiong Yang, budayawan Tionghoa sekaligus pemuka agama Konghucu di kelenteng Delapan Jalan Kebajikan, menyebutkan bahwa di kalangan warga Konghucu, mereka tetap menjalankan upacara Chio Thao dan pernikahan secara agama. “Kalau Chio Thao di sini masih diterapkan. Tapi pakaiannya sudah modern. Tidak menggunakan pakaian tradisi,” ungkapnya. 

Tradisi tersebut konon berasal dari dataran Tiongkok yang diperkirakan berasal dari daerah Manchu. Berkembang dan dilestarikan oleh sebagian besar kalangan warga China Benteng di Tangerang. 
Mempelai perempuan diapit kedua orang tua yang telah mengenakan busana pengantin khas Chio Thao.--

Dari berbagai artikel, didapatkan cerita yang menyebut bahwa nenek moyang warga China Benteng berasal dari Hokkian. Datang ke Indonesia, kemudian menikahi warga setempat. Dari situlah budaya Tionghoa berkembang pesat, bahkan berakulturasi dengan budaya lokal. 

Chio Thao pun sedikit banyak berpengaruh terhadap eksistensi budaya lokal. Bahkan berakulturasi. Unsur ke-Tionghoa-an yang paling tampak dalam budaya Betawi, ada pada tari Yapong. Pakaian yang dikenakan penarinya mirip dengan busana pengantin perempuan dalam tradisi Chio Thao. 

Ada beberapa tahapan dalam melaksanakan upacara Chio Thao. Pertama, pihak orang tua mempelai masing-masing berdoa di altar Tuhan, mendoakan anaknya agar beroleh kebahagiaan dalam pernikahan mereka. Selain itu, untuk menghormati Tuhan, para Dewa dan leluhur. 

“Kemudian prosesi penghormatan terhadap pengantin. Dilakukan oleh adik mempelai perempuan. Misalnya Putri, adiknya masih balita. Dia dituntun memberikan hormat pada kakaknya yang hendak menikah,” ujar Egi. Setelah memberi hormat, adik perempuannya itu menyisir rambut kakaknya, didampingi kedua orang tua. 

Prosesi menyisir rambut menandai peralihan status Putri. Dari remaja menjadi dewasa dan telah siap menikah. Kemudian seorang perias menggelung rambutnya, menyematkan aksesori mahkota dengan beragam pernak-pernik berwarna emas. 
Mempelai pria menyingkap penutup wajah mempelai perempuan sebagai penanda bahwa telah sah menjadi istrinya.--

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: