Para Peraih Penghargaan Nobel 2022 (1): Denisova Membuat Svante Paabo Menang
Kasus penemuan jasad berwujud tengkorak di Cinere, Depok, Jawa Barat akan ditangani Polda Metro Jaya. (Ilustrasi Tengkorak)-FRANK VINKEN-AFP-
Penelitiannya lama. Perjuangannya keras. Racikan keduanya membuahkan hasil yang luar biasa dahsyat efeknya. Karena itu penghargaan Nobel adalah impian seluruh peneliti di dunia.
SALAH satu nama muncul sebagai pemenang tahun ini adalah Svante Paabo. Ia diganjar penghargaan Nobel Kedokteran. Itu berkat penelitiannya yang begitu panjang. Tentang manusia purba. Yang membuka cakrawala baru tentang leluhur manusia.
Pria kelahiran 20 April 1955 itu mampu mengurutkan rangkaian genom dari Manusia Denisova, hominin yang ditemukan di Gua Denisova, Pegunungan Altai, Siberia.
Manusia Denisova adalah spesies manusia purba yang sudah punah. Mereka tersebar di Asia selama masa paleolitik.
Hasil temuan ilmuan asal Swedia itu digadang-gadang akan melahirkan bidang studi baru. Yakni, palaeogenomika.
Paabo tentu menyambut gembira penghargaan itu. Begitu juga rekan-rekannya di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology, Leipzig, Jerman. Begitu nama Paabo muncul sebagai pemenang, ia langsung digotong oleh para koleganya. Paabo langsung dicemplungkan ke kolam kampus. Tanda kegembiraan.
Paabo sendiri tetap kalem. "Dia kewalahan. Tidak bisa berkata-kata. Sangat bahagia," kata Thomas Perlmann, sekretaris Komite Nobel atau Kedokteran, yang menelepon Paabo soal berita itu.
Temuan Paabo memang cukup penting. Dengan mengungkap perbedaan genetis yang memisahkan manusia modern dengan manusia purba, penemuannya mendasari penelitian penting. Yakni menjawab pertanyaan ini: apa yang membuat kita menjadi manusia.
Penelitian Paabo sudah dilakukan sejak dekade 1990-an. Semuanya berawal dari pertanyaan-pertanyaan mendasar. Dari mana kita berasal? Apa yang membuat Homo sapiens berhasil bertahan sementara ’’kerabat’’ yang lain punah.
Paabo memang berhasil memecahkan kode genetik Homo neanderthalensis yang telah punah. Selain itu, ia juga menemukan kerabat jauh manusia, yakni Manusia Denisova.
Yang paling sulit dari bidang ilmu Paabo adalah meneliti dan mengurutkan DNA. Sebab, menemukan sampel genetik yang bersih itu sangat susah. Kebanyakan sampel genetik pada fosil itu sudah tercemar dengan gen kuman, bakteri, bahkan manusia modern.
Tetapi, DNA yang belum pernah ada sebelumnya itu akhirnya ditemukan. Yakni pada sepotong tulang berusia 40 ribu tahun.
Itulah DNA Manusia Denisova. Menurut Paabo, Manusia Denisova masih berkerabat dengan Neanderthal. Mereka berasal dari nenek moyang yang sama sebelum akhirnya ’’berpisah’’ pada 380 ribu-470 ribu tahun silam.
Sejumlah ahli menyatakan bahwa manusia Neanderthal punah sekitar 40 ribu tahun lalu. Tetapi, Manusia Denisova masih misterius. Kapan mereka muncul dan kapan mereka hilang tidak diketahui.
Yang terang, DNA mereka ternyata masih diwariskan hingga manusia modern saat ini. Artinya, Homo sapiens pada masa lalu ternyata sempat kawin-mawin dengan Neanderthal. Sekitar 1-4 persen DNA manusia modern ternyata cocok dengan Neanderthal.
Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, sekitar 6 persen DNA manusia modern berasal dari Manusia Denisova.
DNA lawas yang diwariskan itu punya kegunaan tersendiri tanpa disadari. Membantu tubuh mengatasi tingkat oksigen yang rendah atau membantu tubuh beradaptasi di daerah tinggi. Misalnya pada orang-orang Tibet.
Paabo dipandang sebagai salah satu pendiri disiplin ilmu Paleogenomik. Hadiah yang ia menangkan dari Komite Nobel adalah 10 juta krona Swedia. Kalau dirupiahkan sekitar Rp 14 miliar. Wow… (Mochammad Rafly Akbar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: