Alpukat dan Kelapa Hantar SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo Raih Medali Emas WICE

Alpukat dan Kelapa Hantar SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo Raih Medali Emas WICE

Kebanggaan dua tim dua tim SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo yang meraih medal emas dalam ajang World Invention Competition and Exhibition (WICE) di Malaysia bersama dengan pembimbing riset mereka Ali Sofyan.--

SIDOARJO, HARIAN DISWAY - Inovasi dengan alpukat dan kelapa mengantarkan dua tim SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo meraih medal emas dalam ajang World Invention Competition and Exhibition (WICE) di Malaysia. Apa sih kelebihan karya mereka tersebut dibandingkan dengan pelajar lainnya?

Alpukat adalah buah dengan rasa yang nikmat. Banyak yang menggemarinya. Termasuk tiga siswa SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo ini: Bradie Naradithya Rifiyansah, Rizqullah Kukuh Syah Nabiha, dan Aysar Riski Saguna. 

Dengan buah itulah, mereka melahirkan inovasi dengan memproduksi plastik dari bahan bijinya yang diekstrak. Darinya dihasilkan bahan dasar pati yang diolah dengan gliserol. 

”Padahal selama ini biji alpukat hanya dibuang begitu saja bukan. Nah kami terpikir untuk mengolahnya menjadi barang bernilai guna,” ungkap Bradie, juru bicara tim. 

Karena berbahan alami maka produk plastik itu tergolong ramah lingkungan. ”Apalagi gliserolnya dari minyak jelantah. Bukan gliserol kimia yang memiliki kandungan alkohol lebih tinggi itu lho,” ujar remaja 17 tahun itu. 

”Gliserol dari minyak jelantah itu juga punya kandungan alkoholnya tipis. Sementara alkohol dalam gliserol tinggi maka produk plastik yang menyampah pasti sulit terurai. Bahkan bisa merusak tanah dan unsur haranya,” tambahnya.

Sama dengan produk plastik umumnya, produk plastik dari biji alpukat itu dapat menjadi plastik bentuk apa pun. Baik plastik minuman atau makanan kemasan, plastik untuk keperluan rumah tangga, dan berbagai macam produk berbahan plastik lainnya.

”Kami berharap inovasi ini enggak hanya cukup memang lomba tapi diterapkan oleh  produsen plastik untuk beralih pada biji alpukat sebagai bahan dasar pembuatan produknya. Demi menjaga lingkungan karena sampahnya pasti akan mudah terurai,” ungkap Aysar.

Tim lainnya yang juga berjaya di ajang WICE itu adalah Siti Qalimatus Zahra, Arranib Zulfa Hamidah dan Leila Nur Amalia. Ketiganya berinovasi dengan memproduksi hidrogen yang dibuat dari bahan batok kelapa dan limbah alumunium kaleng. 
Semua tim yang berlaga foto bareng setelah dua tim SMA Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo yang berlaga dinyatakan memenangkan kompetisi dan meraih medali emas.--

Kata mereka, ide itu berawal dari keprihatinan terhadap bahan fosil sebagai bahan baku pembuatan hidrogen yang semakin menipis. Itulah yang membuat produksi hidrogen sebagai bahan utama pembuatan BBM jadi terhambat. 

Akibatnya stok BBM pun menipis. Hingga harga BBM pun meningkat dari waktu ke waktu. ”Karena itu yang perlu kita lakukan sekarang adalah mengoptimalkan produksi hidrogen dari bahan baku BBM selain fosil,” ujar Siti.

Belum lagi energi fosil sebagai bahan baku produksi hidrogen dan BBM sangat tidak ramah lingkungan. Sering kali yang dihasilkan dari sistem mekanismenya adalah emisi karbondioksida yang menyebabkan global warming atau pemasanan global. ”Berbeda dengan limbah aluminium kaleng dan batok kelapa. Lebih ramah lingkungan karena sulit terdekomposisi,” ungkap Zulfa.

Mekanisme kelistrikan yang dihasilkan melalui reaksi hidrolisis alumunium dapat menghasilkan daya yang dikombinasikan dengan air dan unsur panas. ”Jadi enggak menghasilkan emisi gas yang merusak lingkungan,” tambahnya. 

Dalam gelaran WICE pada 26-29 September yang berlangsung di Segi University, Kota Damansara, Malaysia, kedua tim sangat percaya diri dengan inovasi tersebut. Dalam kompetisi penelitian bergengsi tingkat internasional itu, mereka bersaing dengan ratusan peserta dari berbagai negara di dunia itu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: