Dedikasikan Buku untuk Laut, Desi Resdiyanti Tanam Bakau di Beltim
Desi Resdiyanti dengan buku biru yang pada cetakan pertama, sebanyak 100 buku, menyusul cetak ulang kedua sebanyak 200 eksemplar dan kini memasuki cetak ulang ketiga. --
Dengan dasar itu, maka pesan–pesan tentang kepedulian lingkungan digambarkan Desi dalam cerita-cerita menarik dan menyentuh. Dilatarbelakangi posisinya terapis dari murid-murid spesialnya, semua foto terangkum dalam galeri kreasi sampah yang penuhg pesan.
Soal memanah yang dimaksud Desi, Kirana menyebut penulis didikannya itu sebagai sang pemanah sampah. Itu lantaran dia melihat kesetiaan Desi memungut sampah demi menahannya agar tak sampai ke laut. ”Itu juga yang menjadi dasar judul buku biru ini,” katanya.
Juga latar belakang Desi sebagai terapis sejati untuk anak-anak istimewa, membawanya jadi guru sekaligus IRT yang ramah bumi. ”Apa yang Desi lakukan adalah bentuk nyata cintanya pada semesta terutama laut,” puji Kirana.
Sebagai pengampu menulis, Kirana juga bangga karena di tengah kegetiran yang sempat melanda dalam proses penulisan buku -saat suaminya dr Dede Agung Priatna- terbukti Desi tetap bisa menuntaskan penulisan.
Bersama mentor dan pengampu menulis yang paling menginspirasi Desi Resdiyanti, best selling author dan writerpreneur Kirana Kejora.--
Kirana lebih bangga lagi karena Desi mengikuti jejak Kirana. ”Dia ikut menanam bakau dari hasil penjualan buku. Sudah ada 600 bibit di Belitung Timur yang penanamannya dititipkan lewat seorang nelayan sahabat saya dari Komunitas Akar Bakau Belitung Timur. Posisinya enggak jauh dari saya pula,” beber Kirana.
Diakuinya, sejak menulis buku biru, semangat Desi makin tumbuh. Menulis dianggapnya sebagai proses healing yang sangat berdaya. Padahal pernah Desi hampir tak jadi menulis. Tapi akhirnya buku biru itu luncur pada 18 Agustus 2022.
Bahkan responsnya membuat dia senang. ”Setelah cetakan pertama, sebanyak 100 buku, habis terjual dalam waktu tiga hari open PO. Eh enggak lama menyusul cetak ulang kedua sebanyak 200 eksemplar dan sekarang sedang cetak ulang ketiga,” ujarnya.
Begitu berartinya buku biru ini untuknya, Desi mengungkapnya dalam kata-kata puitik. Air yang menggenang di belakang mata, membentuk tiga telaga. Untuk laut, untuk seorang pelaut, dan untuk kepergian separuh raga.
”Ya didukung Mbak Kirana, saya mendedikasikan buku biru ini untuk laut. Ini saya lakukan bersama almarhum suami saya. Dalam doa saya selalu berharap semoga buku biru ini menjadi amal jariah saya dan dia yang sudah tiada,” pungkasnya. (Heti Palestina Yunani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: