Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Aku Menemukanmu, Tim (49)
Sumi dan Tim van Wijk dalam sesi foto mengenakan batik.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Takdir mempertemukan Sumi Kasiyo dengan Tim van Wijk. Mereka merajut cinta dari kesamaan nasib. Sama-sama anak adopsi dari Jawa yang sedang menelusuri sejarah hidup mereka di Nusantara. Dalam tiga tahun terakhir, mereka saling menguatkan.
–
BADAI kesedihan itu hadir bertubi-tubi sejak 2014. Setelah sahabat sekaligus mantan suaminyi meninggal, Sumi Kasiyo ditinggal sang ayah angkat. Dua tahun setelahnya, giliran Suparti, kakak kandung yang selalu menggendong Sumi ketika kecil, juga kembali ke ribaan Ilahi.
Pada Oktober 2018, Sumi pergi ke Indonesia dengan seorang sahabat bernama Hester. Kakaknyi, Suyatmi, seharusnya ikut pulang kampung. Itu akan menjadi perjalanan pulang kampung pertama dengan sang kakak. Selama ini mereka selalu pulang sendiri-sendiri.
Sayangnya, Suyatmi mengalami serangan jantung pada Agustus 2018. Jadi, Sumi hanya berangkat dengan Hester.
Hester mengalami gegar budaya (culture shock). Di Belanda mereka hidup dalam masyarakat yang selalu terburu-buru. Sebaliknya, di Jawa semuanya lebih selow.
”Saya bangga menunjukkan kepadanya di mana akar saya berada,” kata Sumi kepada Harian Disway, 28 September 2022. Sumi lahir di cuilan ”surga” di selatan Trenggalek. Pemandangan samudra dan pegunungan tropis yang masih alami begitu memanjakan mata.
Tersapu deburan ombak pantai Trenggalek saat Sumi pulang kampung.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Seusai pulang kampung, Sumi juga mengalami serangan jantung. Tepatnya 17 Desember 2018. Nah, sejak saat itulah Sumi lebih sering di rumah. Arsitek jebolan ArtEZ University of Arts yang juga fotografer dan penulis itu tak bisa bekerja seperti biasa.
Dia lebih banyak di rumah dan berselancar di internet. Pada Februari 2019, Facebook menyarankan beberapa pertemanan. Salah satunya seorang pria bernama Tim van Wijk.
Mata Sumi terpaku ke foto profil Tim: seorang pria dengan wajah Indonesia dengan rambut panjang yang menawan. ”Ada sesuatu di matanya, dan sesuatu yang ingin saya ketahui. Jadi, saya mengirimkan permintaan pertemanan, dan ia menerimanya,” ucap Sumi.
Dia sangat penasaran dengan sosok Tim. Namun, ada rasa sungkan untuk memulai pembicaraan.
Sosok pria idaman Sumi ada padanya. Tipe Sumi banget! Kulitnya kecokelatan, rambut panjang, senyumnya lebar, dan sangat maskulin.
Menurut Sumi, ucapannya mungkin terdengar sangat dangkal. Namun, setiap orang boleh mengharapkan apa yang ditawarkan alam semesta, bukan? Pria idealnyi harus memiliki faktor wow. Dan, Tim punya itu.
Beberapa bulan kemudian, Sumi memberanikan diri dan mulai mengirim pesan lewat FB messenger. Sumi tak bisa menahan rasa ingin tahunyi. Dia penasaran dengan perjalanan Tim ke Kosta Rika dan tentu kisahnya sebagai anak yang lahir di Indonesia. Ada satu lagi yang menyatukan mereka: tato.
Keduanya terus berbicara dan berbicara. Tim menyukai cara saya menggambar dan menginginkan gambar untuk tato di punggungnya, seekor burung phoenix.
Tim juga mengirimkan video dokumenter yang dibuat saudara laki-laki Belanda-nya tentang keluarga campuran mereka. Hati Sumi hancur saat menonton video itu. Rasa sedih tersebut juga dia rasakan dari tatapan mata Tim.
Dia sangat berharap bisa bertemu dengan orang tua kandungnyi di Indonesia. Sumi tahu bagaimana rasanya tercerabut dari akar dan dipaksa hidup di benua lain yang serba-asing.
Menalir darah Indonesia di tiga anak adopsi yang dibawa ke Belanda: Sumi Kasiyo, Tim van Wijk dan Suyatmi de Vries.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Sumi juga mengirimkan video tentang perjalanan hidupnyi. Jadi, Tim tahu bahwa mereka memiliki kisah yang sama.
Perlahan ikatan antara keduanya makin kuat. Tim pun ingin bertemu dengan Sumi setelah melalui percakapan virtual yang begitu panjang.
Pada 7 Desember 2019, mereka bertemu di Haarlem, tempat Sumi tinggal. Dia menjemput Tim dari stasiun kereta. ”Tim mengaku ke saya sebulan yang lalu: saat saya memegang tanganmu, aku merasa bahwa kita ditakdirkan bersama,” kata putri bungsu dari enam bersaudara tersebut.
Hari itu keduanya pergi ke Zandvoort dengan kereta api. Tommy, anjing Tim, tidak pernah pergi ke pantai. Ia berlari seperti anjing kesetanan. Ia begitu menyukai lautan.
Mereka melakukan banyak hal menyenangkan di akhir pekan dan makin mengenal satu sama lain. Perlahan cinta bersemi.
Lebah yang kesepian akhirnya menemukan bunga yang sedang rapuh. Mereka saling menguatkan. Dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA), itu disebut simbiosis mutualisme. (Salman Muhiddin)
Telepon dari Mijn Roots. BACA BESOK!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: