Mural 24 Tokoh Asal Jombang Karya Yan Fathoni (2); Berkutipan, Gus Miftah Memuji

Mural 24 Tokoh Asal Jombang Karya Yan Fathoni (2); Berkutipan, Gus Miftah Memuji

Selama mengerjakan mural, ada banyak tantangan yang dihadapi Yan Fathoni. Namun 24 mural itu akhirnya semua bisa selesai setelah 35 hari.--

JOMBANG, HARIAN DISWAY - Perupa Yan Fathoni yang menggarap mural 24 tokoh kebanggaan Jombang, punya alasan mengapa ia menerima tawaran Polres Jombang. Sebagai seniman mural, ia dapat bersinergi membangun Jombang. Sebagai putra daerah, ia bisa memberikan sumbangsih dalam bentuk karya seni yang kini menghiasi Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Jombang.

Bila diamati, mural-mural itu makin menambah nilai estetika di luar ruang Mapolres Jombang. Menurut Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat, mural tersebut diharapkan menjadi inspirasi untuk anggota Polri agar menjalankan kewajiban sebagai aparatur negara dengan sebaik-baiknya. "Terutama dalam memberikan pelayanan terhadap bangsa dan negara untuk mewujudkan Polri Presisi," ujarnya.
Yan Fathoni dengan Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat. Mural tersebut diharapkan menjadi inspirasi untuk anggota Polri agar menjalankan kewajiban sebagai aparatur negara dengan sebaik-baiknya.--

Dengan mural tersebut, Nurhidayat berharap akan menambah wawasan warga Jombang tentang literasi sejarah. Terutama agar memiliki pandangan lebih luas tentang nasionalisme dan pluralisme. "Dengan mengeksplorasi ketokohan putra daerah Jombang maka akan tumbuh kebanggaan terhadap daerahnya. Ini fanatisme positif yang bisa membentuk persatuan warga yang itu merupakan concern kepolisian dalam menjaga harkamtibnas," ungkapnya.

Karena itu ia sangat mengapresiasi Yan sebagai seniman mural yang mewujudkan ide Polres Jombang tersebut. Mengingat penunjukan Yan menggarap media mural di dinding Mapolres Jombang itu berawal dari ketidaksengajaan. "Saya enggak sengaja melihat WhatsApp story salah satu anggota Polres Jombang bersama seniman Yan Fathoni. Disebutkan di situ bahwa ia juara 2 lomba lukis mural Kapolri Cup di Jakarta," ujar Nurhidayat.

Perkenalan dengan Yan itu pun berkembang menjadi ide untuk membawa ikon Jombang sebagai Kota Plurasime yang menjadi percontohan nasional. Bersama Yan, Nurhidayat makin yakin memilih media mural dibandingkan digital. "Memang dengan media digital, bisa lebih mudah menyebarkannya dan bisa lebih cepat. Tapi Polres Jombang memilih mural karena itu berarti kami memanfaatkan bangunan milik Polres yang kosong," jelasnya. 

"Sekarang kami perindah dengan wajah para tokoh yang tak sembarang tokoh. Paling enggak ketika ada kunjungan dari pihak luar baik masyarakat atau kedinasan, kami bisa menyajikan dan menunjukkan bahwa mereka inilah kebanggaan Jombang," jelas dia.

Selama mengerjakan mural, ada banyak tantangan yang dihadapi Yan. Pertama tentang media mural itu sendiri. Sebelum melakukan sketsa, ia memastikan dinding yang digunakan cukup kuat dan tidak rapuh agar lukisan bertahan lama. "Semula dindingnya kurang support. Saya minta direnovasi agar layak untuk dimural," jelas dia.

Tantangan kedua, ketika menyelesaikannya pada siang hari, sinar matahari menyengat sepanjang hari. Yan memang sengaja memilih mengerjakannya saat siang karena menurutnya hasil lukisan jadi lebih bagus daripada dikerjakan pada malam hari.

Dengan kuas lukis Eterna, Wika, Tallens, Lyra, Artemedia, dan V-tec, Yan bekerja dengan tekun. Mula-mula ia memberi cat dasar dinding dengan aquaproof. "Cat pendamping untuk blok awalnya Mowilex outdoor, pewarnaan utama saya cat Winshor acrylic, Marries, dan D'goya untuk mendapatkan warna yang tajam dan cemerlang. Terakhir dilapisi dengan aquaproof coating transparan, untuk menjaga kualitas gambar dan warna dari segala cuaca," paparnya.

Meskipun memampangkan wajah para tokoh namun mural yang dibuatnya tidak bisa begitu saja dianggap lukisan yang bisa disamakan dengan foto. "Lukisan jelaslah berbeda dari foto. Dalam lukisan pasti ada goresan yang tak bisa diulang, juga ada detail fine art yang tidak bisa dijangkau kamera meskipun diedit dengan software.

"Itulah yang membedakan gaya visual atau karakter lukisan antara seseorang pelukis dengan pelukis lain. Setiap seniman mempunyai alur goresan yang tak dapat ditiru oleh siapa pun meskipun bisa mirip tetapi rasa dalam visual tentu memiliki perbedaan," paparnya.
Sebagian tokoh-tokoh nasional asal Jombang yang dimural oleh Yan Fathoni. Di bawahnya ada disertai kutipan dari masing-masing tokoh yang menginspirasi. --

Yang menarik, dalam mural tergores kutipan-kutipan terpilih dari sang tokoh.Yan-lah penggagasnya. Ide itu disetujui pihak Polres. "Tak asal mengutip. Kami mendiskusikannya dengan keluarga dari setiap tokoh," ujar Nurhidayat. Tampak kutipan Jaksa Agung Singgih SH dalam bahasa Jawa yang berbunyi: Teklek kayu jati soyo tuwek soyo gemati.

Kutipan Bupati Jombang Pertama Raden Adipati Ario Soeroadiningrat berbunyi: Laku utama iku dedhasar prihatin, sabar, lan prasaja. Yang populer tentu saja kutipan Gus Dur; Tuhan tidak perlu dibela. Dia sudah Maha Segalanya. Belalah orang yang diperlambat tidak adil.

Kutipan dalam mural ini membuat Gus Miftah mengapresiasi. Menurutnya, karya ini mewujudkan adanya peran Polres atau Polri untuk menyatukan elemen masyarakat melalui lukisan atau mural. Karya ini juga wujud untuk mengikuti imbauan untuk jangan pernah melupakan sejarah. 

Selain penuh pesan, mural yang diresmikan pada 1 Juli 2022 tepat HUT ke-76 Bhayangkara ini menonjolkan sisi pluralisme. Nilai yang ingin diangkat oleh Polres Jombang itu membuat mural makin mendapat perhatian. "Ada slogan spirit of plurarisme, ya itulah yang ingin kami pupuk," ujarnya.

Melalui mural guru bangsa ini Yan berharap karyanya mampu memberikan wawasan atau pengetahuan pada masyarakat tentang tokoh nasional dari Jombang. Memupuk rasa cinta persatuan dan kesatuan kehidupan berbangsa dan beragama di Jombang.

Ia juga berharap agar literasi sejarah warga Jombang meningkat guna menanamkan semangat nasionalis kebangsaan anti-radikalisme di tengah kemajemukan masyarakat, serta selalu memegang nilai-nilai luhur tentang sejarah Jombang sebagai kota santri di Indonesia yang memiliki akar nasionalisme dan pluralisme yang kuat.

"Saya senang karena dengan mural ini bisa memberikan motivasi kepada generasi muda untuk meneladani ketokohan para guru bangsa. Selanjutnya mereka bisa memberikan kiprah yang positif agar berguna untuk Indonesia pada dan Jombang khususnya," katanya.

Buat Yan pribadi, kebanggaan menjadi pemural tersebut juga karena ilmunya telah memberikan sentuhan artistik tentang guru bangsa asal Jombang. Sebagai seniman, ia ingin mengedukasi atau memberikan pengetahuan bagi generasi muda milenial. "Dengan visual bisa lebih mudah dipahami dan diingat oleh generasi muda dibandingkan dengan teks," tegasnya. (Heti Palestina Yunani-Lestari Puji P) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: