Su Mingjuan, Sukses yang Berawal dari Nestapa di Poster

Su Mingjuan, Sukses yang Berawal dari Nestapa di Poster

FOTO MENYENTUH pada 1991 yang menggambarkan Su Mingjuan sebagai anak yang ingin sekolah tinggi.-China Daily-

Sudah lama poster itu terpampang di seluruh Tiongkok. Foto tua bertahun 1991. Di situ tampak gadis kecil yang miskin. Sorot matanya sayu seolah-olah meminta pertolongan. Ya, gadis itu ingin sekolah tinggi. Tapi tak mampu. Nama cewek ayu itu adalah Su Mingjuan.

 

SU Mingjuan sempat populer pada saat itu. Fotonya digunakan sebagai poster badan amal pendidikan paling berpengaruh di Tiongkok. Wajah memelasnya menggerakkan hati banyak orang.

 

Su lahir dari seorang keluarga petani miskin di Jinzhai, provinsi Anhui. Dia masih ingat, saat kecil, ada perwakilan dari Project Hope menyambangi sekolahnya. Su masih kelas 1 ketika itu. Sekolahnya kurang layak. Khas sekolah areal miskin.

 

Jepretan fotografer pada saat itu mengubah kehidupan Su 180 derajat. Terlebih, judul foto itu begitu menyentuh: Saya Ingin Sekolah. Foto itu pun menyebar ke seantero negeri. Di koran, majalah, atau papan iklan. Foto tersebut juga menjadi imbauan untuk masyarakat bahwa anak-anak diwajibkan belajar selama sembilan tahun.

 

Project Hope diluncurkan oleh China Youth Development Foundation pada 1989. Tujuannya untuk membantu anak-anak kurang mampu untuk dapat pendidikan layak. Hasil kegiatan mereka nyata. Selama tiga dekade terakhir, mereka membuat perbedaan. Kehidupan 6 juta siswa dari keluarga miskin berhasil mereka selamatkan.

 

Tak lama setelah foto dirinya terpampang, Su jadi tenar. Wajahya dikenal oleh seluruh masyarakat Tiongkok. Warga tergerak hatinya. Mereka menyumbang sebagian hartanya untuk pendidikan Su. Keluarga Su pun bersyukur. Mereka tak perlu khawatir tentang biaya sekolah gadis kecil itu.


PENAMPILAN Su Mingjuan sebagai delegasi kongres Partai Komunis Tiongkok di Beijing, 16 Oktober 2022.-China Daily-

 

Sekolahnya juga dapat imbas dari ketenaran Su. Gedung itu awalnya berdiri di atas kuil leluhur. Kondisinya sudah bobrok. Temboknya berlubang. Kini, sekolah itu menjelma menjadi gedung tiga lantai dengan ruang kelas yang luas. Komplet dengan komputer.

 

Bantuan dari orang-orang baik hati berhasil mengangkat Su dari keterpurukan.

 

Dan jalan hidup Su pun menjadi mulus. Dia diterima di Universitas Anhui pada 2002. Setelah lulus, Su menjadi karyawan bank industri dan komersial Tiongkok cabang Anhui.

 

Dan perempuan itu tak pernah lupa dengan masa lalunya yang serba kekurangan. Dia bertekad membantu anak-anak yang yang bernasib sama dengannya.

 

Gaji pertama Su di bank langsung diberikan untuk Project Hope. Seterusnya tiap bulan ia rutin menyumbang 1000 yuan atau sekitar Rp 2 juta. Uang itu untuk membantu pembangunan lima sekolah secara rutin.

 

Tahun ini, langkah Su menjadi makin menasional. Dia terpilih menjadi delegasi dalam kongres Partai Komunis Tiongkok. Dalam acara lima tahunan itu, Su menyerukan suaranya dengan lantang. Bahwa anak-anak Tiongkok tidak boleh lagi telantar pendidikannya. Seluruh negeri harus turun tangan membantu.

 

“Saya ingin orang-orang tidak terlalu memedulikan saya. Fokus saya sekarang hanya pada Project Hope. Merekalah yang harus dipedulikan,” kata Su. “Saya ingin membantu siswa miskin, hal yang pernah saya rasakan sebelumnya. Membantu mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan” tambahnya.

 

Dalam kongres itu, Su juga menyatakan bahwa Tiongkok telah membangun sistem pendidikan terbesar di dunia. Dan dengan kekuatan itu, kemajuan di masa depan pun akan bisa diraih dengan cepat. (Mochammad Rafly Akbar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: