Review 20th Century Girl: Film dengan Vibes 90an Kembali Memakan Korban
MASA-MASA INDAH SMA antara Na Bo-ra (Kim Yoo-jung, kiri) dan Poong Woon-ho (Byeon Woo-seok) dalam 20th Century Girl. -Netflix-
DRAMA dengan latar 90-an kembali memakan korban. Setelah Twenty Five Twenty One, kini ada 20th Century Girl. Polanya sama. Awalnya, memperlihatkan tokoh-tokohnya yang sudah dewasa. Menjalani hidup masing-masing. Kemudian, cerita bergulir dalam format flashback.
Film 20th Century Girl mengisahkan tentang persahabatan sepasang remaja putri, Na Bo-ra (Kim Yoo-jung) dan Yeon-du (Roh Yoon-seo). Yeon-du harus pergi ke luar negeri untuk menjalani operasi jantung. Namun, dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Pada lelaki yang diketahui bernama Baek Hyun-jin (Park Jung-woo).
Tak mau sang sahabat mengorbankan pengobatan demi cowok, Bo-ra mendorong Yeon-du untuk tetap pergi ke AS. Sebagai gantinya, dia berjanji mencarikan info tentang Hyun-jin. Dia akan mengikuti si cowok ke mana pun, termasuk aktivitas-aktivitas ekstrakurikulernya. Setiap informasi yang didapat soal Hyun-jin akan dikirimkan kepada Yeon-du melalui surel. Yeon-du setuju. Dan dia berangkat ke AS.
SEBAGAI second lead couple, hubungan Yeon-du (Roh Yoon-seo, kiri) dan Baek Hyun-jin (Park Jung-woo) cukup problematis dan menipu. -Netflix-
Namun, cara Bo-ra mengikuti Hyun-jin ketahuan oleh Poong Woon-ho (Byeon Woo-seok). Apalagi, ternyata dia malah membuat Hyun-jin tertarik, dan mengajak berkencan. Mengetahui bahwa hal itu tidak boleh terjadi, Bo-ra mengalihkan perhatian kepada Woon-ho. Keduanya semakin dekat. Dan, saat ketiganya berkumpul, Yeon-du memberi kejutan. Dia kembali dari AS.
Antara Cinta dan Persahabatan
Ada satu kata yang benar-benar mewakili perasaan penonton. Gemas. Interaksi Bo-ra dan Hyun-jin membuat mata betah. Apalagi, sinematografinya pas sekali. Setiap kali muncul di layar, mereka mampu meningkatkan mood dan bikin tersenyum. Seakan penonton ikut diajak bernostalgia tentang masa-masa indah di SMA. Saat masih lugu. Hanya tahu senang-senang. Dengan romansa sebagai bumbunya
By the way, Woon-ho dan Bo-ra sama-sama ikut klub broadcasting. Woon-ho sangat suka dengan kamera. Ia selalu mengabadikan setiap momen dengan kamera kesayangannya. Objek favoritnya? Tentu saja Bo-ra! Tapi, namanya juga film. Tak mungkin semua mulus-mulus saja, bukan?
Konflik dimulai saat Bo-Ra mengetahui bahwa orang yang disukai sahabatnya adalah Woon-ho, bukan Hyun-jin. Yap. Kerja keras dan usaha Bo-ra untuk mencari info untuk Hyun-jin sia-sia. Dia salah target. Nah, dari sini alurnya sudah bisa ditebak, kan? Seperti drama maupun film lainnya, Bo-ra memutuskan untuk mengalah. Sangat klise. Tapi, tetap bikin geregetan.
TIGA SAHABAT, dari kiri, Woon-ho, Bo-ra, dan Hyun-jin yang jadi dekat gara-gara misi yang dijalankan Bo-ra untuk sahabatnya. -Netflix-
Well, 20th Century Girl benar-benar menggambarkan masa-masa remaja. Dengan perasaan labilnya. Ini yang menjadi poin plus juga dari film ini. Selain menyenangkan dan menghibur, kisahnya juga terasa nyata. Penonton seakan diposisikan sebagai teman Bo-ra yang mengetahui fakta itu.
Bahkan, ketika Woon-ho pun ingin menyatakan perasaannya kepada Bo-ra. Tapi ditolak. Nontonnya antara kesel tapi juga bisa dipahami. Lagi, kita bisa memaklumi masa-masa labil anak SMA.
Vibes Twenty Five Twenty One
Banyak yang bilang, 20th Century Girl memiliki vibes yang mengingatkan penonton pada drama Twenty Five Twenty One. Yang dibintangi Kim Tae-ri dan Nam Joo-hyuk itu. Yang ending-nya-buat sebagian besar penonton-nyesek banget itu. Banyak penikmat drama yang masih tak terima dengan ending drama tersebut.
Lalu, muncul film yang diperankan Kim Yoo-jung ini. Sebelum resmi dirilis, banyak yang sudah mengira bahwa film ini akan berakhir sama dengan drama tersebut. Nyatanya, salah. Ini lebih parah nyesek-nya.
Diceritakan bahwa Woon-ho harus pergi ke luar negeri untuk tinggal bersama ibu dan adiknya yang berumur 5 tahun. Untungnya, sebelum Woon-ho berangkat, Bo-ra sempat mengutarakan perasaan dia. Namun, pertemuan mereka hanya berlangsung sangat sebentar. Sekitar 15 menit. Mereka bersepakat untuk masuk kampus yang sama di Seoul. Apakah mereka berhasil bersama? Tonton sendiri, deh…
Sebelum saya menonton, sudah banyak spoiler tentang film ini. Jadi, saya sudah tahu bagaimana ending-nya. Meski begitu, melihat bagaimana menggemaskan dan memorable-nya kisah mereka, saat menonton pun masih tersa nikmat. Nyesek-nya masih optimal.
Ending film ini juga agak mengganjal. Karena penonton dibuat bertanya-tanya tentang suatu kejadian mengerikan yang terjadi pada bagian akhir. Hal itu membuat film ini semakin membekas. Karena Bo-ra dewasa berkata kepada adik Woon-ho yang menemui dia. ’’Jika bukan karenamu, mungkin aku membencinya seumur hidupku.” Nyesek banget, bukan…
Bagi Byeon Woo-seok, ini adalah debutnya sebagai main lead sebuah film. Sebelumnya, ia hanya mendapatkan peran kecil di Midnight Runners dan Ashfall. Tapi, sekalinya jadi main lead, kok malah jadi korban vibes 90an sih… Tapi, film ini membuat penonton ingin Kim Yoo-jung dan Byeon Woo-seok kembali satu proyek. Tapi kalau bisa yang happy ending, aja ya. Mereka se-gemes itu soalnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: