Fasilitas Nuklir RS BDH Masih Angan-Angan

Fasilitas Nuklir RS BDH Masih Angan-Angan

KONDISI depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Darma Husada, Jl. Raya Kendung No. 115-117, Surabaya.-David Ubaydulloh-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- PROYEKSI APBD Kota Surabaya pada 2023 mencapai Rp 11,247 triliun. Sebanyak 23 persen akan terserap untuk kesehatan. Rencananya, sekitar Rp 202,89 miliar dari total anggaran kesehatan akan dialokasikan untuk pembangunan fisik.

Tahun depan Pemkot Surabaya fokus membangun rumah sakit di Surabaya Timur, tepatnya Gunung Anyar. Bahkan, diperkirakan menghabiskan Rp 500 miliar dengan skema pembiayaan tiga tahun. Sengaja dikebut supaya mengurangi kepadatan RS Soewandhi.

Lalu, bagaimana nasib rencana pengadaan fasilitas kedokteran nuklir di Rumah Sakit Bhakti Dharma Husada (BDH)? ”Tahun depan belum bisa. Nanti kami kaji kembali untuk tahun berikutnya,” kata Kepala Dinas Kesehatan Nanik Sukristina kepada Harian Disway di gedung DPRD Kota Surabaya pada Senin, 24 Oktober 2022.

Rencana pembangunan fasilitas kedokteran nuklir RS BDH itu sebetulnya dicanangkan pada 2019. Namun, karena ada pandemi Covid-19, terjadi refocusing anggaran. Artinya, kata Nanik, Kota Surabaya memang butuh fasilitas kesehatan dengan teknologi mutakhir tersebut.

”Kami juga menyayangkan. Karena bagaimanapun, RS BDH harus dikembangkan seperti RS Soewandhi,” ujar Ketua Komisi D Khusnul Khotimah, Selasa, 25 Oktober 2022. Baginyi, arah kebijakan kesehatan Pemkot Surabaya belum menjawab tantangan. 

Pembangunan RS di Surabaya Timur itu tidak boleh menafikan keberadaan RS BDH. Sebab, fasilitas tersebut sangat ditunggu masyarakat. Terutama bagi para penderita kanker. 

Terlebih, jumlah penderita kanker di Surabaya tidak bisa dibilang sedikit. Dalam tiga tahun terakhir, angkanya masih sekitar 2.000 orang per tahun. 

”Makanya, kami dorong pengembangan layanannya. Komitmen pemkot terkait arah kebijakan kesehatan harus jelas,” tandasnyi. Sebetulnya, tinggal menunggu komitmen itu. Harus bisa menjawab tantangan zaman. Apalagi, jumlah pasien cuci darah di Surabaya banyak yang berusia 30-an tahun. 

”Di RS BDH itu infrastruktur sudah tersiapkan,” tandasnyi. Mulai dokter yang kompeten hingga kajiannya sudah siap. Seluruh potensi itu bakal sia-sia jika tidak segera dilengkapi dengan fasilitas kedokteran nuklir.

Komisi D tetap sepakat terhadap pembangunan RS Surabaya Timur. Cuma, Khusnul berharap agar pemkot berkomitmen memberikan pelayanan yang terbaik. Termasuk pemenuhan layanan dasar kesehatan. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: