38 Perguruan Silat Berbaju Adat

 38 Perguruan Silat Berbaju Adat

Pembacaan deklarasi oleh Boyke Santoso Ketua IPSI.-Afdholul Arrozy-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Ribuan pemuda berkumpul di Taman Surya, Surabaya. Semuanya mengenakan baju adat dari seluruh Nusantara. Itulah gambaran peringatan Sumpah Pemuda Ke-94 yang digelar Pemkot Surabaya, Jumat, 28 Oktober 2022.

SUARA trompet Gita Bahana menggema di halaman Taman Surya, Surabaya. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berdiri seusai mendengar penanda dimulainya acara. 

Ia mengenakan baju adat Palembang berwarna merah dengan balutan emas. Wakil Wali Kota Surabaya Armuji mengenakan pakaian garis-garis merah putih khas Madura.

Mereka berdua sengaja tak memakai baju adat Surabaya karena tema perayaan Sumpah Pemuda tahun ini adalah Surabaya Bhinneka Tunggal Ika.

Di hadapan dua pimpinan Surabaya itu, ratusan peserta upacara ikut berdiri. Mereka juga mengenakan baju adat Nusantara. 

Hampir seluruh baju adat di berbagai provinsi ada di sana. Mulai Aceh hingga Papua. Sementara itu, tim paduan suara dari siswa siswi SMP se-Surabaya menggunakan kain batik.

Yang berbeda dari perayaan tahun sebelumnya adalah kehadiran 38 perwakilan dari perguruan pencak silat dan bela diri. Sehari sebelum upacara, Eri mengumumkan bahwa momentum Sumpah Pemuda tahun ini dibarengkan dengan Deklarasi Surabaya Damai.

Beberapa waktu terakhir ini memang marak kasus tawuran. Terutama yang melibatkan antar perguruan silat. Hari itu mereka disatukan.

Di depan ratusan peserta tersebut berdiri Andre Prasetyo Utomo. Dialah sang pemimpin upacara. Suaranya menggelegar tanpa gugup. Itu adalah momen istimewa bagi mahasiswa UPN Surabaya tersebut. Tak pernah sekali pun ia memimpin upacara kebangsaan.

Ia memandu pengibaran Sang Saka Merah Putih diiringi lagu kebangsaan. Semua peserta ikut melantunkan Indonesia Raya.

Seusai pengibaran bendera, perwakilan muda mudi Surabaya membacakan teks keputusan kongres yang disepakati pada 1928. 

Perumusan kongres kala itu membuahkan hasil dalam menyikapi perbedaan yang dapat diwarisi. Baik dari sikap primordial, menghargai suku, agama, ras, maupun kultur. 

Peringatan kali ini ingin memperkuat pesan bahwa bersatu padu adalah harga mati. ”Maka, pemuda Surabaya harus menjadi garda terdepan dalam perubahan dan pembangunan Surabaya,” kata Eri Cahyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: