Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Presiden Soeharto Tutup Semua Lembaga Adopsi (66)

Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Presiden Soeharto Tutup Semua Lembaga Adopsi (66)

Meilany (paling kiri) memiliki dua saudara adopsi dari Indonesia dan Tiongkok.-Dok Meilany-

Tiba-tiba Meilany termenung ketika menceritakan detail kisah adopsinya ke Belanda. Usianya baru dua bulan tetapi sudah dipindahkan ke tiga orang tua yang berbeda. 

 

Meilany tak diinginkan orang tua kandungnya. Sang ayah tak mau bertanggungjawab. Sedangkan keputusan sang ibu untuk melepas Meilany masih misterius. Mungkin ada penolakan dari keluarga besar.

Seorang petugas kebersihan RS Panca Dharma, Amini menyelamatkan Meilany. Namun ia tak punya uang untuk membeli susu. Meilany pun diserahkan ke orang tua ke tiga. Keluarga Amini sempat mengira yang mengadopsinya adalah orang Amerika. Ternyata Amini terbang ke barat: Belanda.

Pada bulan Juli 1983, orang tua angkat Meilany pergi ke Jakarta untuk menginap di Jalan Kramat VII. Di dekat tempat tersebut terdapat tempat penitipan anak. Meilany yang masih berusia dua bulan terbaring di sana. 

 Ibu angkat Meilany langsung merasa tersentuh ketika Meilany.  Ada banyak anak di sana. Meilany masih tak tahu mengapa dia yang dipilih.


Jalan Kramat VII Jakarta, tempat orang tua angkatnya singgah saat tiba di Jakarta.-Dok Meilany-

Kata orang tua angkatnyi, proses adopsi ke Belanda cukup sulit karena mereka harus melewati pos penjagaan di bandara. 

"Kata mereka ada pengetatan di Bandara. Pada saat itu, perbatasan hampir ditutup untuk semua proses adopsi ke luar negeri," ujar Meilany. Menurut data Mijn Roots, proses adopsi memang berlangsung pada 1973 dan 1983. Ada 3.040 anak adopsi dari Indonesia yang dibawa ke Belanda.

Angka adopsi menurun drastis jelang penutupan tahun itu. Presiden Soeharto mendapat banyak kritikan atas banyaknya kasus penculikan anak dan adopsi ilegal. 

Founder Harian Disway Dahlan Iskan teringat peristiwa itu ketika salah seorang anak adopsi datang ke kediamannya. Namanya Bud Wichers, kontributor Harian Disway untuk perang Rusia-Ukraina. 


Bud Wichers bertemu founder Harian Disway Dahlan Iskan April lalu sebelum berangkat ke Ukraina.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Saat itu Dahlan menugaskan wartawannya untuk menginvestigasi perdagangan manusia. Di akhir tahun 1970-an berita adopsi ilegal memanas. Apalagi banyak anak hilang karena diculik untuk dijual.

Investigasinya berhasil. Wartawan menemukan satu lembaga yang dekat dengan gereja. Di Pandaan, Pasuruan. Mungkin lembaga itu namanya Panca Dharma, tempat Meilany dilahirkan dan dititipkan 39 tahun lalu. 

Di situ ada panti penampungan bayi. Orang Belanda bisa datang ke panti itu. Ratusan bayi menunggu diadopsi. Dari hasil investigasi itu diketahui kebanyakan dari mereka berasal dari hubungan gelap. Banyak juga yang lahir dari keluarga yang sangat miskin.

Ada seorang ibu yang mengaku seperti ini: ”lebih baik anak saya diadopsi. Agar masa depannya lebih baik. Dari pada ia melanggengkan kemiskinan keluarga kami,” tulis Dahlan di artikel Belanda Budiman enam bulan lalu.

Kala itu ekonomi Indonesia memang amburadul. Industrialisasi  baru dimulai. Migrasi ke kota terjadi besar-besaran. Mereka cari kerja di pabrik dengan risiko menjalin hubungan gelap dengan orang kota atau rekan kerja dari kota lain.

Dahlan mengistilahkannya sebagai pancaroba sosial. Dari ekonomi miskin di pedesaan ke ekonomi industri di kota. Dari desa ke kota. Dari kultur desa ke kultur urban. Dari banyak kekangan ke kebebasan. “Bayi-bayi gelap tadi adalah salah satu konsekuensinya,” lanjut Dahlan.

Di sisi lain lembaga penampung anak beroperasi dengan kedok misi kemanusiaan. Yakni  mengatasi problem bayi terlantar. Daripada dibuang orang tuanya di toilet atau trotoar, mending dikirim ke Belanda. 

Heboh soal jual beli bayi ke Eropa itu akhirnya membuat pemerintah mulai berbenah. Prosesnya dibiarkan selama 10 tahun tanpa pengawasan. 

Dengan tangan besinya Presiden Soeharto langsung menutup semua lembaga adopsi. Tak hanya yang di Pasuruan. Tapi seluruh lembaga serupa ditutup massal. Tidak ada tapi.

Meilany meyakini bahwa proses adopsinyi ilegal. Lihat saya dokumen adopsinyi. Nama orang tua dipalsu. Pakai nama tukang bersih-bersih RSIA Panca Dharma itu: Amini.


Ine dan Toon Martens, orang tua angkat Meilany yang sangat merawat anak-anak adopsinya.-Dok Meilany-

Orang tuanya juga harus mengendap-endap di Bandara karena tahu yang mereka lakukan salah. Meski prosesnya ilegal, Meilany menganggap orang tua angkatnya tidak memiliki niatan buruk.

Amini diperlakukan seperti anak mereka sendiri. Ia juga punya kakak adopsi dari Indonesia juga. Diadopsi 1980. Ketika Meilany mulai bisa berbicara, mereka mengadopsi anak lagi. Kali ini tidak bisa dari Indonesia, tetapi dari  Tiongkok. 

Jadi, orang tua angkatnya memang gemar mengadopsi anak dari luar Eropa. Semua diperlakukan baik, seperti anak kandung. 

Namun perekonomian orang tua Meilani tak selalu mulus. Cobaan datang saat sang kakak jatuh sakit. Semua hidup sulit. (Lady Khairunnisa-Salman Muhiddin)

Dirawat Seperti Anak Sendiri, BACA BESOK!



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: