Senja Kala Industri Mebel di Kota Pasuruan

Senja Kala Industri Mebel di Kota Pasuruan

SEJUMLAH pekerja mebel mulai mengalami PHK imbas makin sepinya pembeli.-Lailiyah Rahmawati-

PASURUAN, HARIAN DISWAY – Senja kala menghantui industri mebel di kawasan Bukir, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan. Terhitung sejak enam bulan ini mulai ada pemutusan hubungan kerja (PHK) dan beberapa bedak (sebutan showroom) mulai tutup total.

Banyak hal yang memengaruhi makin hancurnya bisnis mebel di kawasan Bukir itu. Di antaranya, serbuan produk Tongkok dengan harga lebih murah, perubahan selera pasar, kurangnya skill marketing, dan tidak ada dorongan dari pemda setempat.

Padahal, sentra industri mebel di kawasan Bukir sudah berusia puluhan tahun dengan produk mebel terbuat dari kayu jati.

”Pekerja saya yang menunggu bedak dari lima orang, sekarang hanya dua orang karena saya sudah tidak kuat lagi menggaji,” ujar Ikhwan, salah seorang pemilik bedak.

Ada banyak juragan mebel yang lebih dulu melakukan pengurangan pekerja, mulai tukang kayu, tukang pelitur, hingga penjaga bedak. Sebab, lima tahun terakhir merupakan tahun terburuk.

”Yang ramai ya zamannya Gus Dur dan SBY jadi presiden,” ujar Udin, pemilik bedak lainnya.

Selera pasar yang kini lebih menyukai barang sekali pakai dan dari bahan kayu tiruan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi perajin mebel di sepanjang Jalan Urip Sumoharjo sampai Jalan Gatot Subroto, Kota Pasuruan. Selain itu, kebanyakan pedagang tidak memiliki keahlian marketing kekinian.

”Masyarakat sekarang cenderung menyukai barang yang dipasarkan dan dibeli via online. Padahal, untuk menjangkau pasar online, kebanyakan para pedagang masih minim skill dan pengetahuan,” ungkap Andayani, salah seorang pengusaha mebel.

Dari masalah-masalah tersebut, industri mebel di kawasan Bukir justru tidak banyak dilibatkan saat ada pameran ke luar kota. Hanya produk dari showroom mebel-mebel yang sudah punya nama yang dipromosikan Pemkot Pasuruan.

”Yang dipromosikan yang masuk di buku katalog pemkotnya malah toko-toko yang sudah punya nama. Kenapa tidak memasarkan serempak saja atau membantu kemudahan urusan izin pembuatan CV,” tandas pengusaha lainnya.

Kini, jika terus dibiarkan berlarut tanpa bantuan dari pemprov atau pemkot setempat, bukan tidak mungkin dalam lima tahun ke depan hanya tersisa separuh saja industri mebel di kawasan Bukir, Kota Pasuruan. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: