Bantu Dongkrak Penjualan dan Harga: Start-up Jadi Bintang dalam Bisnis

Bantu Dongkrak Penjualan dan Harga: Start-up Jadi Bintang dalam Bisnis

Arief Budiono melakukan mentoring ke salah satu stand start up yang ada di UniversitasWijaya Kusuma.-Afdholul Arrozy-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- THE Dot-com Bubble di Amerika Serikat menjadi awal pertumbuhan start-up di dunia. Ditandai dengan banyak perusahaan berbasis internet berdiri. Ketika itu, internet dianggap sebagai penemuan hebat dan prospek. Dengan demikian, internet banyak dilirik berbagai kalangan.

Salah satu perusahaan yang muncul memanfaatkan teknologi internet adalah Amazon dan eBay. Di era itu, perusahaan berbasis internet memang sangat menarik minat investor. Karena itu, timbul persaingan ketat di dunia bisnis.

Beberapa perusahaan pun akhirnya menonjolkan sisi start-up-nya. Mereka pasti menambahkan awalan e- atau akhiran ”.com”. Dengan cara seperti itu, harapannya dapat menaikkan harga saham perusahaan mereka.

Di tanah air, ekosistem start-up dimulai pada 2010. Bermula ketika East Ventures menggelontorkan dana segar ke platform Tokopedia. Di tahun yang sama, PT Telekomunikasi Indonesia juga menyuntikkan modal ke Blanja.com.

Setelah itu, banyak platform start-up yang bermunculan. Ekosistem start-up digital baru terbilang matang pada 2014. Sejak saat itu hingga 2021, jumlah start-up di Indonesia terdata sudah 2.319 platform. Angka tersebut membawa Indonesia menempati peringkat ke-5 dunia.

Mayoritas pengusaha start-up berasal dari kawula muda. Mahasiswa yang baru lulus dan mengembangkan platform yang mereka inginkan. Salah satunya adalah platform Kasir Pintar. Didirikan alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Platform itu resmi berdiri pada 2018. Pernah diikutsertakan dalam perlombaan di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Ketika itu mereka kalah. Lalu, mereka mengikuti lagi pameran sejuta start-up digital di Surabaya pada 2016.

”Dari pameran itu, akhirnya kami sadar bahwa start-up bisa juga digunakan untuk membuka lapangan pekerjaan. Awalnya kami berlima. Tapi, teman kami satu keluar,” kata founder Kasir Pintar Sitti Raisya kepada Harian Disway, Rabu, 9 November 2022.

Mengembangkan start-up itu memang sangatlah sulit. Sebab, mereka harus bersaing dengan beberapa perusahaan kompetitor yang sudah lama berdiri dan dikenal banyak orang. Namun, melihat perkembangan teknologi, mereka terus mengembangkan platform yang mereka miliki.

”Saya bersyukur, dulu kami hanya seribu user. Sekarang sudah memiliki 1,5 juta user,” bebernyi. Hingga saat ini, perusahaan start-up yang dia dan teman-temannyi dirikan itu sudah mempekerjakan sekitar 53 orang.

Pengguna Kasir Pintar kini didominasi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). ”Kebanyakan user kami memang dari kalangan itu (UMKM). Sejak awal, memang merekalah segmen kami,” ucapnyi. 

Di sisi lain, Arief Budiono, koordinator East Java Start-up Ecosystem, kini lebih fokus untuk mengajak generasi milenial menjadi pengusaha di bidang start-up. Sebab, saat ini Indonesia memiliki banyak masyarakat berusia produktif. Sekitar 175 juta orang.

”Minimal mereka membuka usaha untuk menghidupkan diri mereka sendiri. Jadi, tidak harus mencari pekerjaan. Bayangkan, jika mereka semua harus bersaing untuk mencari pekerjaan, sementara lapangan kerja terbatas,” ungkapnya.

Ia mengakui bahwa dirinya hingga saat ini tidak memiliki start-up sendiri. Ia hanya terfokus pada penggerak ekosistem. ”Kalaupun saya punya start-up sendiri, itu pasti saya mengakuisisi platform yang sudah jalan. Bukan buat baru,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: