Dokter Indro Klarifikasi Pesan Hoax Berantai Subvarian Omicron-XBB: Tidak Menyerang ke Paru-Paru!

Dokter Indro Klarifikasi Pesan Hoax Berantai Subvarian Omicron-XBB: Tidak Menyerang ke Paru-Paru!

Layar tangkap pesan berantai tentang varian XBB yang tersebar di medsos.-IST-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Sejak 1 November 2022 muncul pesan berantai tentang subvarian omicron-XBB. Peneliti Virus dr Indro Cahyono dapat pesan itu dan menemukan banyak hal yang perlu diklarifikasi.


drh Cahyo Indro peneliti virus----

Ada tiga halaman tangkapan layar yang tersebar. Dokter Indro menuliskan satu persatu klarifikasi itu kepada Harian Disway:

 

Klarifikasi halaman 1:

 

  • Virus SARS-Cov2 subvarian omicron XBB adalah virus SARS-Cov2 yang sama seperti semua varian sebelumnya dengan 98% kesamaan genome, sehingga TIDAK BERBEDA. Perbedaan HANYA di ujung spike protein S-RBD saja.
  • Virus SARS-Cov2 subvarian omicron XBB TIDAK MEMATIKAN seperti pernyataan dari banyak peneliti di dunia. 
  • Virus SARS-Cov2 subvarian omicron XBB TIDAK MENYERANG KE PARU-PARU sehingga tidak menyebabkan sesak napas dan gangguan pernapasan berat. Subvarian omicron XBB menyerang ke saluran pencernaan & hati sehingga menyebabkan diare, mual dan gangguan pada hati.
  • Virus SARS-Cov2 subvarian omicron XBB TIDAK LEBIH BERACUN DIBANDINGKAN DELTA & TIDAK MENIMBULKAN KEMATIAN YANG TINGGI, karena perbedaan reseptor protein S-RBD. Varian delta menyerang ke paru-paru & subvarian omicron XBB menyerang ke usus & hati.
  • Virus SARS-Cov2 subvarian omicron XBB masih bisa diatasi dengan sistem kekebalan manusia yang pernah divaksin virus utuh satu kali & penyintas, karena memiliki 98% kesamaan dengan varian awal Wuhan yang menjadi dasar semua jenis vaksin yang beredar. 
  • Jika TIDAK ADA GEJALA berarti badan kita SEHAT dam 98% antibody sistem kekebalan tubuh MENGENALI subvarian omicron XBB yang diikuti proses penghancuran virus oleh makrofag.

 

Klarifikasi halaman 2:

 

  • Virus SARS-Cov2 subvarian omicron XBB mampu melekat erat di saluran nasofaring menimbulkan radang ringan seperti batuk & pilek, tapi tidak menimbulkan gangguan pernapasan karena tidak merusak paru-paru.
  • Pneumonia dada bisa disebabkan oleh banyak penyebab seperti bakteri atau virus non SARS-Cov2 seperti Influenza, parainfluenza, rhinovirus, adenovirus. Virus SARS-Cov2 subvarian omicron TIDAK MENYEBABKAN PNEUMONIA karena tidak memiliki reseptor di paru-paru.
  • Virus SARS-Cov2 subvarian omicron XBB TIDAK MENYEBABKAN NEGATIF PALSU pada uji swab nasofaring pada rapid test antigen, karena rapid test antigen mendeteksi bagian batang spike virus SARS-Cov2 yang masih sama untuk semua virus SARS-Cov2 varian apapun. Rapid test antigen mendeteksi semua varian virus SARS-Cov2 tapi tidak bisa membedakan antar varian.
  • Berbagai virus SARS-Cov2 semua varian tetap menyebar ke masyarakat termasuk subvarian omicron XBB. Vaksin virus utuh satu kali atau pernah menjadi penyintas akan bisa membuat sistem kekebalan tubuh mengatasi 98% virus SARS-Cov2 varian apapun.  
  • Virus SARS-Cov2 subvarian omicron XBB tidak menyebabkan stress pernapasan akut, jika terjadi stress pernapasan akut itu diakibatkan oleh bakteri atau virus selain virus SARS-0Cov2 subvarian omicron XBB. 

 

Klarifikasi halaman 3:

 

  • Virus SARS-Cov2 subvarian omicron XBB tetap akan menyebar tetapi tidak akan menjadi ganas & tidak mematikan, data dari CDC mengkonfirmasi hal ini.
  • Gunakan masker sesuai keperluan & kegunaannya, serta menjaga kebersihan tanpa harus saling mencurigai sesama saudara yang sehat. Virus hanya bisa ditularkan dari orang yang sakit & orang sehat tanpa gejala tidak bisa menularkan virus.
  • Gelombang virus SARS-Cov2 subvarian omicron XBB tetap akan terjadi tetapi tidak akan lebih mematikan dibandingkan gelombang awal, karena hampir semua manusia sudah memiliki kekebalan terhadap virus SARS-Cov2 baik lewat vaksinasi ataupun lewat infeksi alami sebagai penyintas.
  • Waspada terhadap virus SARS-Cov2 subvarian omicron XBB dengan mempelajari sifat virus & kelemahannya lewat data ilmiah, bukan lewat sebaran ketakutan dari media atau grup medsos yang tidak memahami virologi, imunologi, & vaksinologi. (*)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: