21 Perupa Melukis Semalam Suntuk Garap Tiga Gunungan

21 Perupa Melukis Semalam Suntuk Garap Tiga Gunungan

Para perupa yang terlibat dalam acara Melukis Semalam Suntuk Gunungan Wayang foto bersama di ketiga gunungan yang sudah diselesaikan.--

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Di tengah Kafe Taman Surabaya Suites Hotel, sebuah kain berukuran 20x6 meter dibentangkan. Dipakai sebagai media untuk membuat gunungan besar dalam acara Melukis Semalam Suntuk Gunungan Wayang. 

Ada 21 perupa dari Surabaya, Sidoarjo, Krian, Lamongan, dan Madiun yang ikut serta. Yakni Te Kamajaya, Budi Bi, Lukman Gimen, Ami Tri, Hence Virgorina, Choy, Dewi Ulantina, Nana Murtiana Jatmiko, Redhita, Pingki Ayako, Amir, Hariadi Petruk, Slamet Budiono, Nova CM, Syamdhuro, Adrinalia, Imam Mukhlis, Andreanus Gunawan, Sherine Aprilia, dan Annin.

Mereka bergotong royong melekan membuat tiga gunungan wayang yang biasa ada dalam pergelaran wayang sebagai pembuka. ”Dua gunungan dibuat dengan gaya kontemporer, kekinian, dan bebas. Satu gunungan dengan gaya pakem kayon,” kata Budi.
Keseruan para perupa saat mengerjakan bagian masing-masing yang boleh diluksi dengan gayanya sendiri.--

Dimulai pada Senin, 7 November setelah acara Melukis On The Spot Anoman Obong Si Keea Putih, pada pukul 7 malam, akhirnya melukis bisa diselesaikan pada Selasa, 8 November pukul 5 pagi. ”Jadi benar-benar semalam suntuk seperti spirit saat pertunjukan wayang. Kami bekerja non-stop dan tanpa jeda. Seru,” kata Hence.

Teknik yang diterapkan untuk membuat dua gunungan kontemporer itu sederhana. Setiap seniman bebas mengisi dengan objek dan gaya masing-masing. Ada yang melukis figur Srikandi, merak, ular, topeng, bunga, dan lain-lain. 
Gunungan yang sudah dilukis tampak megah ketika diambil gambarnya dari atas.--

Sementara khusus untuk satu gunungan pakem dikerjakan utamanya oleh Te, dibantu oleh beberapa pelukis. Te sengaja menggarap objek gunungan wayang pakem kayon sebagai ikon perwayangan agar para generasi milenial makin mengenal, peduli dan mau ikut melestarikan wayang sebagai warisan budaya asli Indonesia.

Dengan ukuran yang sangat besar itu, tiga gunungan wayang dihasilkan terlihat megah dan artistik. ”Begitu melihat hasilnya kami puas. Apalagi melukisnya penuh tantangan dan menuntun kekompakan. Selain harus cepat diselesaikan sebelum siang datang, kami semua berusaha saling menentukan agar komposisi terjaga apik,” tambah Te.
Di atas kain berukuran 20x6 meter yang dibentangkan di Kafe Taman Surabaya Suites Hotel, 21 perupa melukis bersama semalam suntuk.--

Menurut Ami, ide tersebut datang dari GM Surabaya Suites Hotel Firman S Permana. Saat menggelar program Wayang Sebulan Suntuk, pria pecinta wayang itu menggagas kegiatan melukis gunungan wayang raksasa. Semua seniman setuju karena untuk pertama kalinya hal itu dilakukan di Indonesia.

”Pak Firman berpikir bahwa acara itusangat  sesuai untuk mengisi rangkaian acara selama sebulan untuk memeringati Hari Wayang Sedunia pada 7 November dan meramaikan pameran tunggal Pak Te berjudul Wayang dalam Perspektif Te Kamajaya yang memulai peringatan sejak 1 November lalu,” tandas Ami. (Heti Palestina Yunani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: