Hutan Mangrove Wonorejo, Tempat Transit Burung Migran

Hutan Mangrove Wonorejo, Tempat Transit Burung Migran

Burung Gagang Bayam Timur tampak hidup berkoloni di Kawasan Wonorejo.-Boy Slamet-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Keberhasilan mengelola kawasan mangrove membuat Kota Surabaya dianugerahi Wetland City Accreditation oleh Konvensi Ramsar yang diselenggarakan di Jenewa, Swiss, Kamis, 10 November 2022.

AKHIRNYA, Kota Surabaya mendapat akreditasi kota lahan basah dunia. Pengembangan mangrove itu dikerjakan mulai 2020. Pemkot Surabaya mulai membangun waduk-waduk serta boezem untuk pengendalian banjir.

Selain itu, hutan mangrove dihadirkan sebagai wisata rekreasi dan edukasi. Tentu untuk menumbuhkan nilai ekonomi masyarakat di sekitar.

Pengolahan lahan basah itu menjadi komitmen pemerintah. Sebab, Indonesia sudah meratifikasi Konvensi Ramsar pada 1991 melalui Keputusan Presiden RI No 48 Tahun 1991.

Perlu diketahui, Konvensi Ramsar adalah perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Kota Pahlawan turut berperan dalam hal itu.

Hutan bakau di wilayah pantai timur Surabaya itu penyumbang keanekaragaman hayati. Tiap tahun menjadi tujuan burung migran dari penjuru dunia.

Tim dari ITS pernah meneliti mangrove Wonorejo. Di sana ada burung-burung yang menempuh jarak amat jauh. Dengan jalur migrasi Asia Utara hingga ke Asia Tenggara dan Australia.


Pintu Masuk Dermaga Mangrove Wonorejo.-Boy Slamet-

Burung-burung itu biasanya bermigrasi pada bulan-bulan tertentu. Pada September sampai Maret. Saat belahan timur dunia sedang dilanda musim dingin. Setiap bermigrasi, burung-burung itu datang secara bergerombol dengan jumlah mencapai ribuan.

Pengamat burung pantai migran Iwan Febrianto mengatakan, hutan bakau Wonorejo memang menjadi tempat paling sering disinggahi burung-burung migran.

”Burung itu lebih banyak istirahat sebenarnya, mereka cari makan di pantai karena pantainya berlumpur. Namun, saat air laut pasang, burung migran itu mencari makan ke tambak sekitar sana,” ungkap pria yang akrab disapa Iwan Londo tersebut, Jumat, 11 November 2022.

Ia satu-satunya pemegang lisensi bird banding di Indonesia. Profesi itu unik. Menangkap burung-burung, kemudian memberi penanda agar mudah dipantau.

Di label kecil itu terdapat data burung, mulai jenis burung, tanggal penangkapan, hingga berat dan besarnya. Data-data tersebut selain dicetak di gelang yang akan dipasang di kaki burung, juga dicatat tersendiri dan dilaporkan ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) serta East Asian-Australasian Flyway Partnership (EAAFP) yang ada di Korea Selatan.

Ya, Iwan Londo sudah paham betul bagaimana burung migran di kawasan pantai timur Surabaya (pamurbaya). Aktivitas itu sudah dilakukan lebih dari dua dekade. Selain meneliti burung migran, ia pernah meneliti keanekaragaman di mangrove yang luasnya lebih dari 1.000 hektare itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: