Indonesia Siap Jadikan ASEAN Pusat Pertumbuhan

Indonesia Siap Jadikan ASEAN Pusat Pertumbuhan

Presiden Jokowi menerima palu dari PM Kamboja Hun Sen sebagai simbol serah terima kekeutaan ASEAN dari Kamboja ke Indonesia.-TANG CHHIN SOTHY / AFP-

PHNOM PENH, HARIAN DISWAY - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-40 dan ke-41 ASEAN di Kamboja sudah rampung. Upacara penutupan diakhiri dengan penyerahan estafet keketuaan di Hotel Sokha, Phnom Penh, Minggu, 13 November 2022. 

Secara simbolis, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen pun memberikan palu ke Presiden Joko Widodo sebagai penanda Indonesia menjadi ketua ASEAN. ”Saya tunggu kehadiran Yang Mulia di Indonesia tahun depan,” ucap Presiden Jokowi saat memberikan sambutan.

BACA JUGA:Timor Leste Resmi Jadi Anggota ke-11 ASEAN

Keketuaan Indonesia, kata Jokowi, akan menjadikan ASEAN Matters: Epicentrum of Growth. Bahwa ASEAN harus menjadi kawasan yang stabil dan damai. Sanggup menjadi jangkar stabilitas dunia.

Tentu dengan terus konsisten menegakkan hukum internasional dan tindak menjadi proksi pihak siapapun. Dengan begitu, ASEAN bisa menjadi kawasan yang bermartabat serta tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi.

”Semua itu harus diperjuangkan dengan cara ASEAN konsisten dengan semangat kerja sama serta menjalankan Piagam ASEAN seutuhnya,” ungkapnya. Jokowi pun menyampaikan pandangan bahwa ASEAN harus menjadi kawasan ekonomi yang tumbuh cepat, inklusif, dan berkelanjutan.

Semua itu diperlukan untuk menjawab tantangan 20 tahun ke depan. Terutama harus ada peningkatan kapasitas institusi ASEAN. Sehingga ASEAN bisa lebih adaptif, responsif, dan berdaya saing pada 2045 mendatang.

Sebelumnya, Jokowi turut menghadiri Dialog ke-2 ASEAN Global di tempat yang sama. Ia membeber tiga hal yang harus menjadi fokus utama ASEAN dalam menghadapi tantangan ekonomi kawasan. Terutama pemulihan pasca pandemi Covd-19.

 Pertama, harus ada penguatan fiskal negara ASEAN. Dengan efisiensi belanja dan mengalokasikan ke program mitigasi dampak krisis. Kedua, penguatan dukungan keuangan internasional. 

Ketiga, perdagangan dunia harus diatur dengan mempertimbangkan hak pembangunan negara berkembang. Sebab, Jokowi menyoroti kesulitan yang dialami negara berkembang saat ingin melakukan hilirisasi. 

”Apakah dengan mengekspor bahan baku mentah negara berkembang dapatkan keuntungan yang memadai? Jawabannya tidak. Untuk itu, negara berkembang terus memperjuangkan hak untuk hilirisasi,” tegasnya.

Demikian pula saat sesi KTT Ke-17 Asia Timur. Menurut Jokowi, ASEAN berupaya memelihara stabilitas dan perdamaian di kawasan selama lima dekade terakhir. Oleh karena itu, negara KTT Asia Timur harus memperkukuh fondasi perdamaian di Indo-Pasifik. 

Bukan justru menabur benih permusuhan apalagi menabuh genderang perang. Indo-Pasifik jangan hanya dilihat dari perspektif sempit politik keamanan. Melainkan potensi kerja sama ekonominya. (Mohamad Nur Khotib)

 

Sumber: