Abaikan Tim Order, Max Verstappen Harusnya Bisa Meniru Ayrton Senna!
Max Verstappen saat merayakan gelar juara dunianya yang kedua.-redbullcontentpool.com-
Juara dunia formula satu sudah dipastikan ada di genggaman Max Verstappen. Pasalnya, ia telah mengunci gelar itu ketika masih menyisakan 5 balapan tersisa di GP Jepang pada Oktober silam.
Jarak poin antara Verstappen dengan peringkat kedua, Charles Leclerc sebesar 139 poin pasca balapan GP Sao Paulo, pada senin (14/11) kemarin. Praktis, ia sudah tidak terkejar lagi. Juara dunia, juara konstruktor, bahkan rekor 14 kemenangan dari 16 podium dalam satu musim sudah diraihnya.
Di Interlagos Verstappen kembali berulah. Berawal pada arahan kepada Verstappen untuk menyerahkan posisi keenamnya ke Segio Perez. Tim Red Bull menjelaskan bahwa jika Verstappen gagal mengejar Alonso, maka posisinya akan diberikan kembali.
Seakan bertindak sendiri, Verstappen mengindahkan tim order untuk memberikan posisi keenam kepada rekannya sendiri. Dalam komunikasi di radio, Verstappen mengomel tentang keputusannya itu.
“Sudah aku bilang kepada kalian untuk tidak meminta hal itu lagi. Oke? Apa ini sudah jelas? Aku punya alasan tersendiri,” omelnya di tim radio.
Sementara itu, pasca balapan, muncul sindiran dari rekan setimnya.
“Terima kasih untuk tim hari ini. Ini memperlihatkan seperti apa dirinya yang sebenarnya,” sindir Perez.
Sindiran itu bukan tanpa alasan. Checho -julukan Sergio Perez- benar-benar membutuhkan poin untuk mengamankan posisi dua klasemen. Lawan terdekatnya, Leclerc memiliki poin yang sama. Ini membahayakan posisinya.
Namun asa masih menyala di mata Perez. Masih tersisa satu balapan lagi di Abu Dhabi. Setelah huru-hara kemarin, dikabarkan bahwa urusan internal mereka telah berdamai.
Kepala tim Red Bull, Christian Horner berkata akan melakukan yang terbaik untuk Checo meraih tempat kedua klasemen. Verstappen pun berkata bahwa ia akan membantu Perez jika dibutuhkan.
Lantas apa yang membuat Verstappen ngotot untuk tetap mempertahankan tempatnya di posisi keenam dan tidak menghiraukan tim order Red Bull untuk memberikan tempatnya kembali kepada Sergio Perez yang lebih membutuhkan poin di Interlagos kemarin?
Beredar kabar bahwa melintirnya Checo ketika kualifikasi di GP Monaco membuat Verstappen marah besar dan masih mengingat itu sampai sekarang. Disinyalir oleh pembalap asal Belanda itu bahwa Checo melakukan hal tersebut dengan sengaja agar bendera red flag dikibarkan dan membuat catatan waktunya terhenti.
Apa yang dilakukan Verstappen sesungguhnya mencoreng reputasinya sendiri. Ia akan dicap sebagai pembalap yang angkuh dan lupa akan jasa dari rekan setimnya itu ketika bertahan habis-habisan melawan Hamilton di Abu Dhabi. Di akhir musim balap 2021. Ketika itu jika saja Checo berpikir melepas pembalap Britania raya itu sedetik saja, pasti gelar juara pertama Verstappen cuma angan-angan belaka.
Jika Verstappen ingin namanya dikenang sebagai pembalap yang garang kepada siapapun, namun memiliki empati kepada rekan setimnya, tirulah Aryton Senna! Salah satu momen yang diingat penggemar Formula 1 adalah ketika Senna mengalah untuk memenangkan rekan setimnya, Gerhard Berger di GP Jepang pada 1991 silam.
Pada saat itu, Senna telah meraih enam kemenangan. Empat di antaranya balapan pertama di tahun itu (AS, Brazil, San Marino dan Monako). Sedangkan lawan terberatnya, Nigel Mansell telah memenangkan lima balapan, tiga di antaranya berturut-turut (Perancis, Inggris, Jerman). Di Jepang, Senna unggul 16 poin atas Mansell.
Saat itu posisi McLaren cukup dominan di grid start. Berger berada di posisi terdepan, disusul Senna dan Mansell di urutan ketiga. Seperti halnya apa yang dilakukan Senna ketika di Spanyol, strategi Senna adalah menahan agar Mansell tidak dapat menyalipnya. Sementara rekan setimnya dapat melaju agar meraih kemenangan.
Kemungkinan yang terjadi pada saat itu adalah, jika Berger menang, dan posisi kedua masih ditempati Senna. Juara dunia masih aman di genggamannya. Apabila ia berada di posisi ketiga dan Mansell di posisi kedua, maka juara dunia Senna harus pupus.
Kerjasama yang dilakukan oleh duet McLaren tersebut akhirnya membuahkan hasil. Senna menjadi seorang pawang. Melindungi dirinya maupun posisi Berger dari Mansell. Sedangkan Berger cukup nyaman berada di garis terdepan. Mereka berdua pun saling adu salip hingga lap terakhir.
Seusai balapan Senna sempat berpikir bahwa menemukan gaya balapannya untuk menjadi yang tercepat dan meraih kemenangan.
"Aku hanya fokus ke memenangkan kejuaraan. Hanya itu kesempatan yang aku tunggu-tunggu, seperti yang pernah aku lakukan di GP Jepang pada 1988,” Katanya.
Namun saat menerima panggilan radio dari Ron Dennis, Senna tidak terlalu mendengarnya sehingga memintanya mengulangi isi pesan radio itu. Di lap terakhir, ia memutuskan melonggarkan kaki dari pedal gas dan membiarkan Berger lewat.
Ternyata, tim order dari McLaren mengatakan hal demikian untuk memberikan kredit kepada Berger atas usahanya selama balapan dan kerjasama tim. Selama ini, pembalap Austria itu tidak pernah menang selama membela McLaren.
Dalam wawancara dengan media Senna mengatakan: “Jika aku tidak mengerti permintaan itu, mungkin orang-orang akan mempercayainya. Tetapi percayalah, bahwa apa yang Berger lakukan di trek menujukkan performa yang luar biasa dan pantas mendapatkan kemenangan dibandingkan aku,” Tukasnya.
Tentu, Verstappen bukanlah Senna, dan Checho bukanlah Berger. Mereka berdua memiliki karakter yang berbeda dan berada di kondisi yang berbeda pula. Namun, mereka masih bisa memiliki kesamaan, yaitu saling berempati dan memahami kondisi satu sama lain. karakter itu akan teruji ketika balapan di Abu Dhabi nanti.(Affan Fauzan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: