Mereboet Benteng Kedung Tjowek Libatkan Warga Sekitar

 Mereboet Benteng Kedung Tjowek Libatkan Warga Sekitar

Penampilan Teaterikal Perlawanan Kedung Cowek.-Praska Bramasta-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Teatrikal Benteng Kedung Cowek digelar Karang Taruna Kecamatan Bulak kemarin pagi, Minggu, 20 November 2022. Pertunjukan tersebut melibatkan generasi muda yang didorong untuk ikut merawat bangunan bersejarah. Terlebih, bila saksi bisu sejarah itu masuk wilayah sekitar tempat tinggal mereka.

—-

Di depan benteng yang dibangun awal abad ke-20 itu, tentara Jepang kembali datang membombardir Surabaya. Ibu-ibu dan anak disekap. Adu tembak tak terelakkan. Suara petasan yang menggantikan suara tembakan membuat teatrikal makin seru.

Pertempuran tersebut terjadi setelah kemerdekaan diproklamasikan Bung Karno. Kabar itu disambut sukacita oleh seluruh rakyat di segala penjuru. Namun, tidak untuk para penjajah. Mereka terus membombardir Surabaya. Pertempuran terjadi dua bulan berturut-turut.

Lalu, puncaknya meletus saat pertempuran 10 November. Tak hanya di pusat kota, pertempuran juga terjadi di wilayah pesisir. Benteng Kedung Cowek menjadi tempat pertahanan para pejuang melawan sekutu dari serangan laut.

Arek-arek Suroboyo tak berjuang sendiri. Mereka dibantu pemuda dari Batalyon Sriwijaya. Itu adalah pemuda yang berasal dari Tapanuli, Aceh, Deli, dan beberapa daerah di Sumatera. Mereka singgah sebentar di Kota Pahlawan untuk kembali ke kampung halamannya.

Namun, setelah bertemu pasukan arek-arek Suroboyo, mereka lantas bergabung untuk turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang saat itu terancam oleh kedatangan sekutu.

Para pejuang tersebut habis-habisan menjaga wilayah pesisir. Adu senjata tak terelakkan. Suara ledakan lagi-lagi terdengar. Suasana pertunjukan makin mencekam. Penonton pun serius mengamati tiap adegan drama kolosal tersebut.

Ayo, ojo wedi-wedi (Ayo, jangan takut-takut),” teriak salah seorang pemeran pejuang dalam teatrikal itu.

Namun, mereka tak mampu membendung kekuatan sekutu yang jumlahnya kian bertambah. Sekitar 200 pejuang gugur di benteng peninggalan Belanda itu. Peluru-peluru tajam sekutu menghunjam mereka. Hujan tangis menuntun kepergian para pejuang menjadi penutup teatrikal tersebut.

Lalu, disambut tepuk tangan penonton mengakhiri pertunjukan itu. 

Ya, peristiwa merebut kembali Benteng Kedung Cowek itulah yang sedang disuguhkan pemuda-pemudi dan Karang Taruna Kecamatan Bulak.

”Momentum drama ini memang untuk merefleksikan bahwa merebut benteng ini sama pentingnya untuk mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia,” ujar sutradara drama kolosal Nur Setiawan.

Para pemain drama kolosal itu semua dari warga Kecamatan Bulak. Mereka baru pertama unjuk gigi dalam berteater. Apalagi, menceritakan peristiwa penting peringatan Hari Pahlawan. 


Kedatangan Eri Cahyadi di Teaterikal Perlawanan Kedung Cowek.-Praska Bramasta-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: