Analisis Ringan Piala Dunia 2022: Der Panzer; Hanya Kekalahan, Bukan Kegagalan
-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-
DUA pertandingan yang sangat mengejutkan dalam Piala Dunia 2022 Qatar. Arab Saudi menggilas Argentina dan Jepang meruntuhkan Jerman, dengan skor yang sama: 2-1.
Argentina maupun Jerman sama-sama mencetak gol dari titik penalti pada babak pertama. Masih pertandingan perdana dalam babak penyisihan, belum menentukan apa pun. Jerman maupun Argentina masih sangat berpeluang lolos ke babak 16 besar.
Saya menjagokan Jerman sejak Piala Dunia 1986 Meksiko. Saat itu Jerman kalah 2-3 dari Argentina pada pertandingan final. Kekalahan tersebut dibalas Jerman empat tahun kemudian, Piala Dunia 1990 Italia. Jerman mengalahkan Argentina 1-0 melalui gol tunggal Andreas Brehme dari titik penalti. Jerman kembali menjadi juara dunia sepak bola pada 2010 setelah pernah menjadi juara pada 1954 dan 1974.
Dibandingkan dengan tim lain, timnas Jerman adalah tim dengan prestasi terbaik dalam sejarah Piala Dunia. Selain 4 kali menjadi juara, Jerman 4 kali menjadi runner-up, 4 kali menempati posisi ketiga, dan 1 kali menduduki posisi keempat.
Jerman selalu lolos dalam kualifikasi Piala Dunia. Jerman adalah tim yang memiliki konsistensi, determinasi, dan nasionalisme yang tinggi. Secara individu, Jerman jarang memiliki bintang. Namun, ketika bermain kolektif dalam timnas dan membawa bendera negara, Jerman sangat susah dikalahkan.
Semangat nasionalisme yang tinggi bangsa Jerman telah tertanam sejak berabad-abad lalu. Kekalahan dalam Perang Dunia I dan Perang Dunia II tidak pernah melunturkan nasionalisme tersebut. Nasionalisme yang tinggi itulah yang menakutkan bangsa-bangsa lain, dalam konstelasi politik internasional, bahkan dalam dunia olahraga.
Kekalahan Jerman pada Perang Dunia I melahirkan seorang Adolf Hitler, pemimpin fasis yang kebablasan. Kekalahan dalam Perang Dunia II melahirkan Jerman yang kuat dalam bidang ekonomi, teknologi, dan olahraga.
Itu menakutkan bagi sekutu, negara-negara Barat lain yang dikendalikan Amerika Serikat. Bahkan, untuk meredam kebangkitan semangat ultranasionalisme Jerman tersebut, judul dan syair lagu kebangsaan Jerman pun diubah menjadi ”lebih halus” oleh sekutu pemenang Perang Dunia II. Judul Deutschland Uber Alles atau Germany Above All (Jerman di Atas Segalanya) di judul dan syair dalam national anthem Jerman diganti dengan Jerman Tanah Airku.
Dalam bidang politik internasional, Jerman adalah raksasa yang tidur. Namun, dalam bidang sepak bola, Jerman tetaplah Der Panzer yang sulit dikalahkan. Seperti halnya pasukan panser Jerman dalam Perang Dunia II di bawah Jenderal Johannes Erwin Eugen Rommel yang sangat menakutkan lawan.
Jerman boleh kalah oleh Jepang Rabu malam, 23 November 2022. Namun, itu hanyalah sebuah kekalahan dalam pertempuran, bukan kekalahan dalam peperangan. Mengutip Charles de Gaules saat Prancis menyerah kepada Jerman pada 1940, ”Kamu boleh kalah dalam pertempuran, tapi harus menang dalam peperangan.”
Kekalahan 1-2 dari Jepang bukanlah sebuah kegagalan bagi Jerman. Melainkan, sekadar kekalahan dalam babak penyisihan. Masih ada dua laga lagi di grup E, yakni melawan Spanyol dan Kosta Rika, yang teoretis bisa diatasi dengan mudah oleh Jerman. Kita lihat saja nanti. (*)
*) Wartawan senior.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: