Travel Notes Niluh Sudarti dalam ICAS di Turki (1); Bergabung dengan Seniman 15 Negara
Barry Yeow (depan kiri) pendiri 5seventeen, sebuah firma yang bergerak di bidang art yang berbasis di Singapore, yang merekomendasikan saya ikut ICAS.-NILUH SUDARTI-
MAGELANG, HARIAN DISWAY - Siapa pun bisa ke Turki. Tapi buat saya, kepergian kali ini punya catatan perjalanan yang berbeda. Sebagai perupa, jalan-jalan ini amat berarti karena saya bisa berpartisipasi dalam International Contemporary Art Shows (ICAS) 16-24 September 2022 lalu di Kota Kusadasi.
Ini merupakan perjalanan saya pertama kali ke Kusadasi. Tapi soal jalan-jalan saya ke Turki, ini terhitung kedua kalinya. Namun baru kali ini titik tujuan utama saya berbeda. Acaranya sangat jauh berbeda pula.
Jika dulu untuk jalan-jalan semata. Terutama menjelajahi Kota Istanbul yang terkenal itu. Namun dalam perjalanan kedua ini saya hadir dalam perhelatan berbau seni.
Yang membedakan lagi, saya datang saat situasi Turki pasca-pandemi. Tentunya suasanya jauh berbeda. Terutama dalam hal hubungan sosial. Begitu sampai di Turki, saya merasakan bahwa orang-orang Turki tak sekaku dulu. Sekarang mereka sudah menjadi lebih cepat beradaptasi.
Karena itu perjalanan ke Turki kali ini terasa lebih bermakna dan berkesan. Maklum saya pergi setelah mengalami masa pandemi Covid-19 yang panjang dan tidak bisa ke mana-mana yang disebabkan kondisi mengharuskan semua negara menutup perbatasan.
Enggak terasa sudah sangat lama saya tidak melakukan perjalanan antar-negara karena parahnya Covid-19. Kondisi panjang shutdown yang menjadi faktor otomatis itu membuat sangat kangen akan travelling banget. Eh kok diundang ICAS.
ICAS dipimpin oleh Emel Atalay yang juga bertindak sebagai kurator. Bersama dua kurator lainnya, Professor Umur Türker dan Profesor Elçin Ünal, Emel adalah pembentuk ICAS.
Kebetulan komunitas seniman di Kusadasi yang telah bertahun-tahun menjalankan program art symposium mengundang seniman dari perwakilan negara-negara dari berbagai penjuru dunia untuk datang.
Saya dan sebagian peserta ICAS yang belum seluruhnya sampai di tempat kami menginal di The Grand Blue Sky International Hotel, di Kusadasi.-NILUH SUDARTI-
Pada tahun ini ada total 37 seniman yang diundang dari 15 negara yaitu Indonesia, Singapura, Qatar, Maroko, Norwegia, USA, Brazil, Pakistan, Bahrain, Turkey, Iran, Belanda, Palestina, Tajikistan, dan Algeria. Sayang ada dua seniman urung hadir karena sakit.
Bersama seniman-seniman itu Saya mengikuti ICAS yang diselenggarakan sebagai program art simposium, dialog internasional, dan ekshibisi karya seni rupa. Karen itilah perjalanan kedua ini membuat saya senang berlipat.
Sebab selain travelling di tempat-tempat yang sarat sejarah, saya sekaligus bisa berkarya, membangun relasi, menjadi peserta pameran seni lukis kontemporer sebanyak dua kali.
Yang penting lagi adalah bisa menimba ilmu dalam setiap program dan proses yang dijalankan dalam ICAS. Pastinya ya membangun tali silaturahmi dengan semua pihak dari berbagai negara dalam kegiatan seni rupa dan saat saling memperkenalkan budaya masing-masing.
Inilah yang membuat saya tertarik dan bangga menjadi bagiannya. Untuk bisa menjadi peserta dalam ICAS, saya beruntung direkomendasikan oleh 5seventeen. Sebuah firma yang bergerak di bidang art yang berbasis di Singapura yang didirikan oleh seniman ternama Singapura, Barry Yeow.
Dalam penyelenggaraannya, ICAS bekerja sama dengan berbagai pihak. Di negara yang ditunjuk itulah, panitia setempat harus mampu menjadi tuan rumah bagi para seniman yang diundang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: