Kunjungan 31 Jurnalis Lintas Benua di Taiwan: Khawatir Serangan Tiongkok, tapi Cuek (8)

Kunjungan 31 Jurnalis Lintas Benua di Taiwan: Khawatir Serangan Tiongkok, tapi Cuek (8)

Jubir Delta Electronics Alessandro Sossa menerangkan pengembangan mobil listirk dan pengisian daya ke para jurnalis internasonal.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Taiwan dan Tiongkok sudah berseteru selama 70 tahun. Namun, banyak rakyat Taiwan yang tidak percaya bahwa perang akan terjadi. Sementara itu, sektor bisnis menghindari urusan politik tersebut. Toh, perdagangan dengan Tiongkok tetap jalan.

SEBELUM berangkat ke Taiwan, seorang teman mengingatkan untuk berhati-hati. ”Kemarin digempur sama Tiongkok. Jangan ikutan perang. Setelah liputan, langsung pulang!” ujarnya dengan sedikit bergurau. 

Tiongkok memang mengepung Taiwan Agustus lalu. Ada latihan militer skala besar karena Amerika Serikat (AS) dianggap melanggar janjinya: Ketua DPR AS Nancy Pelosi tidak jadi ke Taiwan. Eh, rupanya tetap datang.


Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Ketua DPR AS Nancy Pelosi di Taipei Guest House, Selasa, 2 Agustus 2022.-Kemenlu Taiwan-

Saya membahas serangan itu dengan Cornelius Dieckmann. Ia jurnalis berdarah Jerman-Taiwan. Wartawan muda tersebut juga sudah lama tinggal di Republik Tiongkok. Tiongkok versi demokratis itu.

”Saya ngobrol dengan warga dan turis di Taiwan. Mereka tidak takut perang. Padahal, kemarin Tiongkok melakukan latihan militer besar-besaran. Roket Tiongkok melintasi langit Taiwan,” ujar saya saat makan malam di gedung ikonik Taiwan: TAIPEI 101.

Mendengar pernyataan itu, perhatian Cornelius berubah. Ia tak lagi menatap layar laptopnya. Malam itu ia harus segera menyelesaikan artikel. Sudah deadline.

”Itu sudah biasa. Sering terjadi. Coba cek Twitter pemerintah Taiwan. Kemarin ada pesawat Tiongkok yang melintas. Banyak sekali laporan seperti itu,” katanya, lalu melanjutkan mengetik.

Masyarakat Taiwan memang tidak menampik bahwa hubungan dengan Tiongkok memang mulai memanas. Namun, tak terlihat sama sekali kepanikan di wajah mereka.

Seusai obrolan itu, saya mencari riset tentang pandangan orang Taiwan terhadap potensi perang tersebut. Ketemu. Ada di Institut Brookings asal Washington, Amerika Serikat (AS).

Mei tahun lalu mereka menyurvei 1.000 penduduk Taiwan dari berbagai latar belakang dan usia. Ada kalimat menohok di bagian introduksi riset itu. Taiwan disebut sebagai pulau paling berbahaya di dunia. Kalimat yang patut memicu perdebatan.

Di penelitian itu juga disebutkan bahwa mayoritas pejabat AS cenderung berpikir bahwa penduduk Taiwan cuek dengan kondisi terkini. Konflik sudah terjadi selama 70 tahun. Ancaman berupa latihan militer sudah jadi agenda rutin. Rutinitas yang nyatanya tidak membuat hidup mereka kacau.

Penjelasan kedua adalah orang Taiwan percaya bahwa serangan itu tidak rasional dan tidak mungkin terjadi.

Namun, riset tersebut juga mengungkap bahwa rasa kekhawatiran itu makin meningkat. Sebanyak 57,6 persen responden mulai khawatir perang bisa terjadi. 


Hasil survei Brookings.-Brookings-

Itu ada kaitannya dengan terpilihnya Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik sebagai presiden Taiwan. Dia pro kemerdekaan. Tiongkok tak suka itu.

Pada Juni 2016, Tiongkok menangguhkan semua komunikasi dengan pemerintahan baru Taiwan. Di penghujung tahun itu presiden terpilih AS Donald Trump berbicara langsung dengan Tsai melalui telepon. Suasana makin keruh sampai sekarang.

Sikap rakyat Taiwan rupanya terbelah. Ada yang cuek dan ada yang mulai khawatir. Ada yang khawatir tapi cuek.

Lantas, bagaimana sikap korporat? Delta Electronics yang kami kunjungi memilih netral. Bisnis perlu dipisahkan dengan urusan politik.

”Sebagai sebuah perusahaan, kami harus menghindari masalah politik,” ujar Kepala Humas Korporasi Delta Electronics Alessandro Sossa pada 15 November 2022. Pria asal Italia itu sudah tinggal di Taiwan bertahun-tahun. 


KENBUN INDOOR Delta Electronics ditumbuhi sayur mayur yang sangat subur. Teknologi itu bisa membantu ketahanan pangan negara-negara di musim dingin.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Ia menyadari bahwa situasi politik memang runyam. Namun, ia merasa tenang tinggal di Taiwan. Mungkin perasaan ambigunya mewakili sebagian besar rakyat Taiwan. Khawatir, tapi cuek. 

Delta fokus mendedikasikan diri di sektor teknologi ramah lingkungan. Mulai teknologi pertanian, panel surya,  hingga mobil listrik. ”Kami sangat optimistis, kami berekspansi di Tiongkok,” jelas Alessandro Sossa.

Ia menambahkan bahwa rahasia kesuksesan Delta adalah memberikan apa yang dicari pasar. Tak peduli itu Tiongkok atau AS. 

Untuk saat ini, status quo politik Taiwan-Tiongkok tampaknya cocok untuk semua orang. Namun, sampai berapa lama itu bertahan?


Jurnalis internasional berkumpul di galeri Delta Electronics.-Salman Muhiddin/Harian Disway-
(Salman Muhiddin)

 

Terlalu Khawatir Tak Ada Gunanya. BACA BESOK!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: