Penelusuran Jejak Gempa-Tsunami di Jatim (4): Teliti 2 Pantai, 1 Situs, dan 3 Candi
Ketua Divisi Sejarah Rakai Hino (kiri) menjelaskan tentang relief Candi Jago kepada anggota tim.-Tim Ekspedisi Jawadwipa-
MALANG, HARIAN DISWAY- Jejak letusan Gunung Kelud masih terus ditelusuri. Setelah Blitar tuntas, mereka melanjutkan pelacakan ke sejumlah situs dan candi di Kota Malang. Sekaligus melacak jejak tsunami Banyuwangi 1994 di kawasan pesisir Malang Selatan.
—-----------------
JARAK Blitar ke Kepanjen, Kabupaten Malang, cukup dekat. Rombongan 11 pemuda peneliti itu cukup menempuh perjalanan dua jam. Mereka berangkat pukul 19.00 seusai riset di Candi Sawentar, Blitar. Baru tiba sekitar pukul 21.00.
Tentu saja, seperti di kota-kota sebelumnya, mereka langsung menuju tempat penginapan yang sudah di-booking. Istirahat untuk menghemat tenaga. Apalagi, misi di Malang itu cukup berat.
Ban mobilTim Ekspedisi JawaDwipa bocor di tengah jalan saat perjalanan menuju Pantai Balekambang.-Tim Ekspedisi Jawadwipa-
Di hari pertama, mereka harus mengunjungi banyak lokasi riset. Sebelas pemuda itu berpencar. Ada yang ke situs dan candi. Semua objek penelitian itu di Kota Malang. Mereka harus menempuh waktu sekitar sejam.
Tim pertama meluncur ke Situs Watugong di Ketawanggede. Lokasinya di Jalan Watugong, berdekatan dengan Universitas Brawijaya. ”Mahasiswa di Malang pasti tahu. Karena situs purbakala ini memang dekat sekali dengan kampus,” ujar Ketua Tim Ekspedisi JawaDwipa Nugrah Aryatama.
Namun, itu mungkin relatif sulit bagi orang awam. Mengingat, lokasi situs yang seperti pendopo itu persis di belakang area parkir restoran cepat saji. Dikelilingi pagar tembok berukuran sekitar 5 x 5 meter. Belum lagi, nyaris tak ada plakat tanda sebagai petunjuk ke situs tersebut.
Untungnya, Tim Ekspedisi JawaDwipa mudah menuju ke lokasi. Sebab, mereka ditemani Rakai Hino yang sekaligus menjadi ketua divisi sejarah. ”Mas Rakai sendiri kebetulan orang asli Malang,” ujar Nug –sapaan karib Nugrah Aryatama.
Di Situs Watugong itu, mereka menemukan belasan batu. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang menyerupai gong alias komponen alat musik gamelan. Juga, beberapa batu besar berbentuk persegi dengan lubang di tengah.
Situs purbakala itu juga dikenal dengan nama Situs Ketawanggede. Yakni, peninggalan sejarah dari Kerajaan Kanjuruhan. Namun, tentu saja, fokus mereka tidak hanya ke situ.
Tetapi, ke banyak bongkahan bebatuan berbentuk acak. Yang ternyata merupakan reruntuhan dari berbagai candi di Kota Malang. Nah, mungkin reruntuhan itu punya sebab yang sama seperti Candi Sawentar di Blitar.
Yakni, rontok lantaran terguyur batu dan pasir dari abu vulkanik letusan Gunung Kelud. Mengingat, jarak Malang-Blitar pun cukup dekat. Dan pernah terjadi beberapa kali letusan besar di era kerajaan.
Namun, itu masih kemungkinan. Tim Ekspedisi JawaDwipa pun harus mengecek ulang. Karena itu, tim kedua juga menuju ke tiga candi di tempat yang berbeda. Di antaranya, Candi Jago, Candi Singosari, dan Candi Badut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: