Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Di Makam Ibu, Jean Marah ke Belanda (85)

Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Di Makam Ibu, Jean Marah ke Belanda (85)

Jean-Luc bersama dua kakaknya menangis di makam ibu: Rohani.-Dok Jean-Luc-

Jean-Luc tak kuasa menahan tangis ketika kali pertama nyekar ke makam ibunya, Rohani, Rabu, 16 November 2022. Perasaannya campur aduk. Senang, sedih, bercampur marah. Marah ke siapa?

No, no. I am not angry at my mother. I forgave her. I also prayed and told her to rest in peace (Tidak, tidak. Aku tidak marah ke ibuku. Aku sudah memaafkannya. Aku juga mendoakan dan mengatakan kepadanya beristirahatlah dengan damai, Red),” ujar Jean, Senin, 21 November 2022. 

Kami ngobrol lewat telepon. Jean masih di Bandung, tidur di hotel yang dekat dengan rumah kakak tertuanya: Nurhayati.

Beberapa hari sebelumnya, Nurhayati mengantar Jean nyekar ke makam ibunya. Nurhayati duduk di sampingnya demi menenangkan sang adik.


TANGISAH PECAH ketika Jean-Luc nyekar ke makam sang ibundanya di Bogor. Salah satu kakak perempuan duduk mendampinginya.-Dok Jean-Luc-

Terlalu banyak air mata yang keluar. Sampai Jean tak bisa melihat apa pun di sekitarnya. ”I almost fainted. Couldn’t see anymore (Aku nyaris pingsan. Tak bisa melihat apa pun, Red),” lanjut pria 40 tahun itu.   

Untuk kali pertama, Jean merasakan kasih sayang yang sesungguhnya. Inilah tempat pulang sebenarnya. Jean tak merasakan hal itu di Belanda.

Jean tak marah kepada ibunya. Ia sudah memaafkannyi. Setidaknya Jean pernah berada dalam kandungannyi. Sang ibu tetap melahirkan Jean. Gara-gara kondisi ekonomi, dia merelakan anak bungsunyi untuk orang lain.

Ia marah ke Belanda yang menjajah Indonesia. Mereka yang membuat Indonesia terpuruk setelah ratusan tahun jadi negara koloni. ”They made Indonesia poor. They made my family poor so my mother couldn’t raise me (Belanda membuat Indonesia miskin. Mereka membuat keluargaku miskin sehingga ibu tak bisa membesarkanku, Red),” lanjut Jean.

Jean baru menyadari itu beberapa tahun belakangan. Perasaan marah ke Belanda makin mnyeruak seusai ia bertemu keluarga besarnya.

Jean juga merasa sedih. Ia harus ke Belanda dalam waktu dekat. Durasi visa kunjungannya sudah habis. ”I don’t belong to the Netherlands. I’m so sad, I have to go back there (Aku bukan milik Belanda. Aku sedih, aku harus kembali ke sana, Red),” ucap DJ dengan nama panggung Kaki Tiga itu.

Ketika berkumpul dengan tiga kakak dan keluarga besarnya di Bogor, Jean merasa aneh. Untuk kali pertama ia merasakan cinta sesungguhnya.


KAKAK PERTAMA Jean-Luc, Nurhayati dan dua putrinyi memeluk Jean yang hilang selama 40 tahun.-Dok Jean-Luc-

Jean merasa sangat aman di dekat saudara kandungnya. Ia merasa semua orang berusaha membantunya. Bahkan, orang-orang yang bukan anggota keluarganya.

Edi alias Mat Jabanind, misalnya. Pengusaha travel itu tak hanya mengantar Jean. Ia benar-benar mengupayakan pencarian orang tua kandung Jean. 

How cool it is. I miss them all my life and they are here. They give me the feeling of belonging I never have (Betapa kerennya hal ini. Aku merindukan mereka semua dan mereka ada di sini. Mereka memberikan rasa memiliki yang tak pernah aku rasakan, Red),” ungkapnya. 

Katanya, orang Indonesia lebih hangat dan ramah. Tidak individualistis seperti orang Eropa pada umumnya. 

Pekan depan Jean kembali ke Belanda. Ia tak tahu akan bagaimana. Yang jelas, ia bakal menyusun rencana lagi untuk kembali ke Indonesia. Secepatnya. (Salman Muhiddin)

Menno Selalu Nonton Spoorloos. BACA BESOK!

Sumber: