Warga Perumahan Bumi Semeru Damai Mulai Pulang

Warga Perumahan Bumi Semeru Damai  Mulai Pulang

Aktivitas warga di Perumahan Bumi Semeru Indah yang merupakan hunian tetap warga yang direlokasi saat erupsi Gunung Semeru 2021.-Foto: Julia Romadhon-Harian Disway-

Dari kejauhan, Gunung Semeru selalu terlihat begitu megah. Tapi, lain terasa bagi warga yang tinggal di hunian tetap (tetap) atau Perumahan Bumi Semeru Damai. Keindahan gunung tertinggi di Jawa itu justru menerbitkan rasa trauma.

--

TIDAK ada siang tanpa hujan. Itu terjadi di Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, sejak Gunung Semeru erupsi pada Minggu, 4 Desember lalu.

Begitu juga pukul 12.00, Selasa, 6 Desember 2022. Gerimis yang jatuh agak ritmis mengiringi perjalanan kami ke perumahan Bumi Semeru Damai di Desa Penanggal. Jika rumah ibarat surga, maka rumah-rumah yang berjejer itulah surga baru.

Erupsi Semeru 2021 silam membuat ribuan rumah di dua desa hancur lebur. Mereka pun direlokasi ke perumahan yang baru tuntas dibangun April lalu itu. Lokasinya hanya berjarak sembilan kilometer dari kaki Semeru.

Tentu saja pemandangannya sangat indah. Jika cuaca cerah, kegagahan gunung setinggi 3.646 mdpl itu akan terlihat bagai latar permukiman yang elok. Sayang, siang masih betah bersahabat dengan hujan sejak tiga hari belakangan.

Saat hujan makin deras, surga-surga baru itu terasa sunyi. Melompompong. Kami pun berhenti. Lalu berteduh di gazebo sederhana dekat masjid baru. Tepatnya di sekitar blok D-10.

BACA JUGA:Jalur Lahar Baru Semeru Lewati Permukiman

Suasananya lengang. Nyaris tak terlihat seorang pun dari rumah-rumah berdesain kembar itu. Bahkan puluhan rumah yang sempat terlewati pun terlihat kotor. Tanda belum berpenghuni. Bahkan tercatat 780 unit rumah yang masih kosong.

Meski beberapa rumah yang lain tampil cukup beda. Ada yang menambahkan gerobak maupun laci-laci kaca berisi barang dagangan. Diletakkan persis di sisa halaman rumah.

"He! Itu ada yang memanggil. Ke sana cepat," ujar Julian Romadhon, fotografer Harian Disway, sambil menepuk lutut saya. Saya pun beranjak bangun dari rebahan.

Ada seorang nenek di blok seberang barat sana melambaikan tangan. Sambil menenteng benda kecil merah muda sewarna dengan daster yang dikenakannyi.

Hujan sudah lumayan reda. Saya lari kecil menghampiri si nenek. Dia berdiri di depan rumahnyi, Blok C10-07. Rupanya, si nenek mengantarkan rezeki buat kami.

"Ini silakan diminum bareng-bareng, Nak," ujarnyi dengan Bahasa Madura lantas menyorongkan satu gelas besar putih berisi kopi panas. Dan dua gelas plastik merah muda. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: