Sebelum Meninggal, Remy Sylado Berencana Sambut Natal dengan Ketupat
REMY SYLADO, begawan sastra Indonesia, meninggal pada Senin, 12 Desember 2022.-Facebook Remy Sylado-
JAKARTA, Harian Disway - Budayawan Remy Sylado tutup usia pada Senin, 12 Desember 2022, dalam usia 77 tahun. Kepergiannya menyisakan duka bagi banyak pihak. Ia meninggalkan kesan mendalam bagi dunia sastra dan kesenian di Indonesia.
Kabar kepergian pria bernama asli Japi Panda Abdiel Tambajong disampaikan, salah satunya, oleh politikus Fadli Zon. Melalui Twitter, Fadli menulis, ’’Selamat jalan Bang Remy Sylado. Baru beberapa hari lalu ngobrol tentang Elvis Presley dan manajernya, Kolonel Tom Parker. RIP.’’ Dalam unggahan itu, Fadli membagikan fotonya saat sedang menjenguk Remy.
Remy, yang lahir di Makassar, 12 Juli 1945 itu, diketahui sakit dalam beberapa bulan terakhir. Budayawan sekaligus sastrawan, wartawan, dosen, penyair, penyanyi, novelis, penulis, dan aktor, tersebut dirawat di rumah selama setahun karena kekurangan biaya. Remy baru dapat kembali dirawat ke rumah sakit setelah biaya pengobatan ditanggung Pemprov DKI Jakarta.
Remy pun sempat melakukan operasi pengangkatan hernia. Namun karena komplikasi, maka Remy harus berkali-kali dirawat di rumah sakit.
Penulis dan wartawan senior Benny Benke menceritakan pertemuannya dengan Remy dan sang istri, Emmy Louisa Tambayong, pada Minggu 11 Desember 2022. Remy berkata bahwa ia akan pergi. ’’Saya sudah dibersihin sama Bunda Maria. Setan-setan di tubuh saya udah diinjek sama Bunda Maria. Tolong kamu doain saya terus, ya,’’ Benny mengutip ucapan Remy, yang dituturkan oleh Emmy.
Emmy berjanji membacakan doa Rosario buat sang suami. Mereka masih sempat berbincang hingga larut malam. Salah satu obrolan mereka adalah soal rencana menyambut Natal. Menurut Emmy, tahun ini adalah Natal ketiga yang mereka lalui dalam keadaan Remy sakit.
’’Ia pengen dan mau bikin ketupat. Nanti akan banyak tamu, katanya. Tapi sayang, ia udah pergi,’’ ungkap Emmy, masih dikutip Benny. Meski begitu, Emmy akan tetap membuat ketupat, lengkap dengan opor dan sambal goreng. ’’Bedanya, tanpa Remy,’’ imbuh dia pendek.
Senin pagi, Remy masih sempat minta dibuatkan kopi. Juga mengudap kue talam kesukaannya. Namun, setelah itu, Remy enggan makan. Perutnya bengkak. Karena kesakitan, Remy hendak dibawa ke IGD. Namun, dia kesulitan mendapatkan ambulans. Emmy khawatir ia dehidrasi.
Alih-alih ke rumah sakit, Emmy akhirnya menelepon dokter jaga di daerah Duren Tiga. Ia datang 30 menit kemudian. Namun, saat itu Remy sudah mengembuskan napas terakhir. Ia meninggal di kediamannya, kawasan Cipinang Muara, Jakarta Timur.
Remy adalah salah seorang budayawan terbesar Indonesia abad ini. Kariernya membentang lebih dari lima dekade. Sebagai aktor, ia muncul di belasan film layar lebar. Sebagai penulis, ia telah menghasilkan lebih dari 50 judul buku. Beberapa karyanya telah diadaptasi ke layar lebar. Salah satunya, Ca-Bau-Kan (2002), buatan sutradara Nia Dinata. Ia juga aktif di dunia teater, puisi, dan bahkan musik. Selamat jalan, Begawan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: