Review Like & Share, Film yang Lantang Bercerita tentang Kekerasan Seksual

Review Like & Share, Film yang Lantang Bercerita tentang Kekerasan Seksual

DUA SAHABAT yang mengeksplorasi dunia, Lisa (Aurora Ribero, kiri) dan Sarah (Arawinda Kirana) dalam trailer Like & Share. Bermula dari membuat video ASMR, mereka terjerumus ke dalam sisi gelap dunia digital. -StarVision Plus-

Oleh:
Sarah Adelia
wartawan magang Harian Disway

Gina S. Noer, sutradara yang populer lewat Dua Garis Biru, kembali mengangkat topik sensitif. Kali ini, Gina mengangkat isu mengenai kekerasan seksual di era digital. Judulnya Like & Share. Sangat relatable, sangat meresahkan, dan berhasil meningkatkan kewaspadaan.
---

LIKE & SHARE berfokus pada dua gadis remaja berusia 17 tahun. Lisa (Aurora Ribero) dan Sarah (Arawinda Kirana). Mereka bersahabat. Lantaran sama-sama broken home. Lisa dan Sarah merasa saling mengerti satu sama lain. Hingga kedua remaja itu memutuskan untuk mengeksplorasi dunia bersama. Salah satunya, dengan membuat video ASMR makanan.

Namun, mereka kemudian terjebak dalam sisi gelap dunia digital. Lisa menjadi kecanduan pornografi. Dia menonton video Shinta (Aulia Sarah), yang menjadi korban eksploitasi seksual. Di lain sisi, Sarah terjerumus dalam hubungan toxic dengan Devan (Jerome Kurnia). Cowok yang lebih tua 10 tahun dari dia.

Lisa merasa Devan hanya memanfaatkan sang sahabat. Namun, Sarah menganggap, Lisa iri kepada hubungan dia dan Devan. Mereka pun berpisah jalan.

Lisa akhirnya bertemu dengan sosok perempuan yang dia tonton di video porno. Fita namanya. Gara-gara videonya viral, perempuan itu terpaksa mengubah identitas menjadi Fita. Kini berjilbab, Fita memandu sebuah kelas memasak. Lisa memutuskan untuk mengikuti kelas baking yang dipandu Fita. Dari situ, keduanya mulai dekat.

Berbagai konflik bermunculan. Baik di keluarga, maupun hubungan Lisa dan Sarah. Sarah, yang mengalami pelecehan, mulai menutup dan menyalahkan diri. Alih-alih pergi, Lisa ingin menjadi support system yang baik untuk sang sahabat. Namun, hanya penolakan yang dia dapatkan…

Paket Komplet

Film ini memang berfokus pada persahabatan Lisa dan Sarah. Namun, Gina tak lupa untuk mengeksplorasi berbagai hal. Yang menjadi background atas situasi yang menimpa dua gadis muda tersebut. Seperti konflik Lisa dengan sang ibu, yang tiba-tiba menikah lagi. Lisa sangat tersiksa. Apalagi, ibunya tak pernah memberi ruang bagi dia untuk mengungkapkan perasaan.


AKTING Aurora Ribero dalam film ini memukau fans.-StarVision Plus-

Sarah juga begitu. Dia tinggal bersama sang kakak, yang diperankan oleh Kevin Julio. Sarah kerap merasa sendiri. Lisa jadi satu-satunya teman yang bisa dia ajak mengeksplorasi banyak hal baru.

Penonton lantas diajak masuk ke konflik utama. Hubungan Sarah dengan Devan menjadi potret kekerasan seksual yang banyak dialami remaja saat ini. Bagaimana anak-anak muda dengan mudahnya terjerumus pada hubungan toxic. Biasanya, karena dimanipulasi pasangannya. Itu tampak dari Sarah yang berusaha menolak fakta bahwa dia dilecehkan oleh Devan. Denial.

Konflik hubungan juga digambarkan melalui karakter Fita. Seorang penyintas kekerasan seksual yang berusaha untuk bangkit. Like & Share berusaha menekankan bahwa kekerasan seksual bisa terjadi kepada siapa saja. Dengan konteks apa saja. Baik pertemanan, pacaran, bahkan dalam pernikahan. Banyak sudut pandang dihadirkan oleh Gina dalam film ini.

Sensual dan Tajam

Like & Share menghadirkan adegan-adegan sensual yang intens. Tak heran, Gina mematok rating 17+. Meski adegan-adegannya banyak menuai pro dan kontra, menurut saya, langkah berani inilah yang mampu menyentil penonton.

Rasa tak nyaman yang ingin Gina sampaikan benar-benar terasa. Perasaan penonton dibuat campur aduk. Tak terima. Marah. Empati. Sedih. Dan perasaan lainnya. Semua terasa nyata melalui adegan dewasa yang ditampilkan di layar.


HUBUNGAN TOXIC Sarah dan Devan (Jerome Kurnia, kanan) adalah potret nyata fenomena yang menimpa anak-anak muda di masa kini. Mereka tidak sadar menjadi korban manipulasi dan kekerasan seksual. -StarVision Plus-

Saya berpikir, bila adegan tersebut tak ditayangkan, mungkin perasaan-perasaan kesal dan marah tak akan menusuk sedalam ini. Jika adegan-adegan itu di-skip, penonton tak akan sepenuhnya paham. Bagaimana perasaan takut, sedih, dan kesakitan yang dialami korban kekerasan seksual. Dan bagaimana hal itu menimbulkan trauma mendalam.

Film ini juga menyorot toxic relationship lewat karakter Devan. Sosok manipulatif dan tipikal cowok penuh red flag. Mengatasnamakan cinta untuk mengambil keuntungan dari kekasihnya. Yang biasanya lebih muda. Atau lebih polos.

Like & Share juga tajam dalam mengkritik banyak hal. Misalnya, sistem hukum di Indonesia yang tak berpihak pada korban. Juga kebiasaan netizen yang main hakim sendiri dan cenderung menyalahkan korban.

Ada satu scene yang menurut saya sangat berani. Yakni, saat kakak Sarah mengatakan ingin menuntut Devan atas pelecehan yang dialami sang adik. Bahkan pengacaranya pun mengingatkan, bisa-bisa Sarah yang dihukum. Karena dianggap berkontribusi dalam pembuatan video porno. Sang pengacara dengan jelas berkata, ’’Ini kan Indonesia.’’

Banyak dialog tajam yang mampu menyadarkan penonton terkait sistem hukum dan realita sosial di masyarakat terkait kekerasan seksual. Salah satu dialog yang saya ingat adalah saat Lisa berkata bahwa dia akan selalu mempercayai Sarah. Dan balasan Sarah adalah, ’’Tapi bukan lo hakimnya.’’ Aduh… dalem banget…

Colorful Tapi Pedih

Jika diperhatikan, Like & Share memiliki tone yang sangat cerah untuk film bertema gelap. Pink, merah, ungu, kuning, memenuhi layar. Ceria banget. Menurut Gina, itu ada maknanya. Dia terinspirasi oleh pelukis bernama I Gusti Ayu Kadek Munarsih. Atau IGAK Munarsih.


FITA (Aulia Sarah), korban eksploitasi seksual yang berusaha bangkit. Mewakili mereka yang dikucilkan publik penganut victim blaming.-StarVision Plus-

Lukisan-lukisan Munarsih merupakan perlawanan atas tidak perkosaan yang dia terima dari ayahnya sendiri. Kisah pedih itu dia tumpahkan dalam karya-karya yang colorful. ’’Warna-warna itu adalah bagian dari akar, bagaimana seorang seniman Indonesia memaknai traumanya,’’ jelas Gina dalam kunjungan ke kantor Harian Disway, 4 Desember 2022.

Meski pada bagain awal, alur Like & Share terkesan lambat, film ini sukses menjaga rasa excited penonton. Alur lambat sengaja dibangun agar kita bisa turut menyelami perasaan setiap karakter. Memasuki pertengahan, penonton dibuat makin fokus pada konflik yang complicated. Overall, Like & Share menjadi film edukasi yang dibutuhkan di masa-masa ini.

Oh, ya. Film ini diboikot oleh netizen yang mempermasalahkan kehidupan pribadi salah seorang aktornya. Sehingga terancam turun layar lebih cepat dari seharusnya. So, segera tonton di bioskop sebelum hilang! Saya jamin, enggak nyesel menonton Like & Share. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: