Cuaca Ekstrem, Banjir Mengancam di Awal Tahun

Cuaca Ekstrem, Banjir Mengancam di Awal Tahun

Kondisi banjir di kawasan Petemon Surabaya, Jawa Timur.-Julian Romadhon-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Kali terakhir, banjir cukup besar terjadi di beberapa kota di Indonesia pada awal Januari 2020 silam. Termasuk saat itu bergiliran Jakarta dan Surabaya. banjir awal tahun baru itu pun berpotensi terulang pada awal Januari 2023 nanti.

"Kami khawatir terjadi seperti itu lagi," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat konferensi pers virtual, Selasa, 27 Desember 2022. Sebab, fenomena yang terjadi saat ini sangat mirip dengan awal 2020 lalu. Seruak dingin dari dataran Tibet dan angin muson Asia mulai masuk ke wilayah Indonesia.

Ditambah lagi ada aliran lintas equator dan aktivitas gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation. Sebetulnya, efek fenomena itu sudah berlangsung sejak Rabu, 21 Desember lalu. Kemudian diprediksi memuncak pada hari ini hingga besok, Kamis, 29 Desember 2022. Baru berakhir pada 2 Januari nanti.

Itulah kenapa curah hujan dalam sepekan ini cukup tinggi. Terutama puncak hujan lebat dua hari ke depan bakal terjadi di beberapa wilayah yaitu Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

"Bedanya saat ini level La Nina sudah rendah. Kalau 2020 dulu sedang berada di level medium. Makanya curah hujannya juga sangat tinggi," sambung Dwikorita. Namun, dia memastikan potensi cuaca ekstrem saat ini akan sangat tinggi. Curah hujan bisa mencapai 150 mm per 24 jam. Artinya, banjir pun tak akan terhindarkan.

Itu sudah terbukti di beberapa wilayah di Kupang, NTT, yang mulai banjir. Tentu akan merembet ke wilayah lain, terutama kota-kota besar di Pulau Jawa yang langganan banjir.

Dwikorita pun menyampaikan agar segera ada antisipasi dari pemerintah. Periode cuaca ekstrem ini akan berlangsung selama puncak musim hujan pada Januari hingga Februari. Maka infrastruktur tata kelola air perlu disiapkan lebih matang.

Sosialisasi harus disampaikan pula kepada masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Agar tetap waspada dan menyiapkan mitigasi. 

Kepala BNPB Suharyanto mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan strategi bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan TNI AU untuk mengantisipasi cuaca ekstrem tersebut. Yakni dengan teknologi modifikasi cuaca. Dengan begitu bisa mengalihkan awan hujan ke Laut Jawa atau danau.

"Itu sedang kami siapkan agar bisa meminimalkan efek cuaca ekstrem," katanya. Kesiapan itu juga untuk merespons isu badai dahsyat yang bakal terjadi di wilayah Jabodetabek. Bahwa badai tersebut tergolong siklon tropis. Pusaran angin kencang yang menyebabkan hujan lebat.

Saat ini, potensi badai terjadi di sisi utara Papua. Dan sedang berproses mengarah ke selatan dan barat Indonesia. Meski hujan ekstrem tak harus berupa badai. Sebab, tren sudah terlihat di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sementara itu, cuaca ekstrem ini juga mengakibatkan Kapal Layar Mesin (KLM) Kasman Indah 06 tenggelam di Perairan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Pencarian enam penumpang yang hilang pun terhambat.

Kepala Kantor Basarnas Sulsel Djunaidi mengatakan pencarian di hari kedua mengalami kendala. Sebab, terhalang oleh gelombang laut yang tinggi akibat hujan deras disertai angin kencang. "Sehingga dipastikan pencarian korban dengan kondisi cuaca seperti ini tidak akan bisa maksimal," kata Djunaidi, kemarin.

Wilayah pencarian korban berada pada jarak sekitar 102 mil dari Pos SAR Selayar. Persis titik kapal tenggelam. Pencarian dilakukan menggunakan Kapal RIB Basarnas Selayar dan melibatkan unsur SAR lainnya termasuk TNI-Polri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: