Guru Besar Asli dan Aspal

Guru Besar Asli dan Aspal

-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Bagi dosen, aturan tentang Quartil itu sering kali menyulitkan, karena bisa saja terjadi ketika artikel dikirim, Quartil jurnal yang bersangkutan masih terindeks Q1 s.d. 3. Tetapi, ketika artikel dipublikasikan, ternyata Quartil jurnal tersebut turun menjadi Q4. Alhasil, mimpi dosen yang bersangkutan menjadi guru besar harus tertunda.

Ketiga, berkaitan dengan dukungan berkas atau dokumen dari PT yang bersangkutan. Saat ini, sebagai tambahan, salah satu syarat berkas yang harus dilampirkan dalam proses pengajuan menjadi guru besar adalah road map pengembangan SDM fakultas yang mendukung bidang keilmuan calon guru besar yang bersangkutan. 

Seorang calon guru besar diupayakan agar tidak mengajukan bidang keilmuan yang sama dengan seniornya atau sudah ada sebelumnya. Bagi dosen-dosen tertentu, ketentuan tambahan itu tidak jarang menyulitkan karena tidak semua fakultas sudah menyusun road map pengembangan SDM yang dibutuhkan. 

 

Jalan Pintas

Menghadapi syarat tambahan dan kendala yang menjadikan proses menjadi guru besar tidak lagi mudah, sebagian dosen memang tetap gigih dan berusaha meraih melalui rute terhormat. Tetapi, tidak tertutup kemungkinan sebagian dosen yang lain lebih memilih jalan pintas untuk menyiasati kendala yang dihadapi.

Pertama, bukan tidak mungkin sebagian dosen memilih jalan pintas melakukan upaya instan untuk segera memiliki artikel jurnal internasional bereputasi. Berbagai kasus plagiarism yang muncul di PT adalah implikasi dari keinginan sebagian oknum dosen untuk segera memenuhi ketentuan yang berlaku. 

Bukannya berjuang keras menulis sendiri artikel jurnal yang bisa dibanggakan, mereka terkadang memilih menjiplak artikel orang lain, kemudian diparafrasa seperlunya agar artikel yang dihasilkan dapat segera di-submit dan terpublikasi. Praktik kotor seperti itu, sebagian terbongkar, tetapi bukan tidak mungkin ada pula yang lolos dari verifikasi yang dilakukan Dikti.

Kedua,`upaya jalan pintas lain yang sering kali dilakukan oknum dosen untuk menghasilkan artikel jurnal internasional bereputasi adalah mengandalkan bantuan dan dukungan ghost writer. Seorang dosen yang sudah disibukkan dengan berbagai tugas mengajar atau menjadi pimpinan PT, mereka tak jarang lebih memilih meminta bantuan ghost writer untuk membuatkan artikel dengan kompensasi ekonomi maupun kompensasi lain.

Menjadi guru besar adalah sebuah jabatan yang terhormat dan membanggakan. Untuk menjadi guru besar, tentu ada banyak cara yang bisa dipilih. 

Seorang calon guru besar yang menghalalkan segala cara agar bisa meraih jabatan tertinggi secara akademik, mereka sesungguhnya adalah guru besar abal-abal alias aspal (asli tapi palsu). Kehormatan atas jabatan yang diraih hanyalah kebanggaan semu. 

Menjadi guru besar sesungguhnya adalah proses yang harus diraih dengan penuh dedikasi. Melakukan plagiarism dan mengandalkan ghost writer untuk menghasilkan artikel yang menjadi syarat khusus guru besar sesungguhnya adalah praktik yang jauh dari mulia –dan bahkan memalukan. (*)

 

*) Dekan Fakuktas Perikanan dan Kelautan Unair

**) Dekan FISIP Unair

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: