Pergantian Tahun di Hong Kong (1): Tak Seribet Tiongkok

Pergantian Tahun di Hong Kong (1): Tak Seribet Tiongkok

BERSAMA KELUARGA, Nathania Christiyanto (kiri) berswafoto setibanya di Hong Kong International Airport, 28 Desember 2022.-Nathania Christiyanto-Harian Disway-

Kerinduan ke Hong Kong tak terbendung lagi. Pandemi Covid-19 tiga tahun belakangan mencegat hasrat travelling orang sedunia. Tetapi, keindahan Hong Kong saat menyambut tahun baru 2023 akhirnya bisa teraih. Meski masih harus menghadapi sederet aturan perjalanan yang njelimet. Berikut ini adalah catatan perjalanan NATHANIA CRISTIYANTO, chief designer Harian Disway.

 

CAUESEWAY Bay selalu bikin orang jatuh hati. Kawasan yang masuk Distrik Wan Chai, Hong Kong, itu setara dengan Fifth Avenue di Manhattan, New York, Amerika Serikat. Surga bagi para traveler yang hobi belanja.

 

Saya pun demikian. Tak pernah lupa dengan asyiknya jalan kaki di Paterson Street atau Great George Street. Sambil tentu saja menikmati gemerlap warna-warni lampu gedung pertokoan di malam hari.

 

Meski sudah berkali-kali ke sana, tapi selalu saja ada semacam magnet yang membuat kami ingin kembali lagi. Inilah yang mengagetkan. Saya tak pernah menyangka kunjungan pada Januari 2020 silam adalah kunjungan terakhir. Maksudnya, tak pernah tahu jika bakal susah kembali ke Hong Kong.  

 

Mimpi buruk itu tiba saat giliran makhluk kecil bernama Covid-19 yang punya hasrat jalan-jalan. Semua orang dipaksa ngumpet di rumah. Bonus rasa cemas dan takut yang menghantui setiap saat.

 

Tapi, saya percaya setiap penantian panjang selalu ada ujungnya. Setiap puasa selalu dipungkasi hari raya. September 2022 lalu, kami sekeluarga tak tahan lagi menyembunyikan kerinduan pada Kota Mutiara dari Timur itu.

 

"Tahun baru pokoknya harus di sana," pinta saya pada Papa. Akhirnya, rencana mulai dieksekusi. Langkah pertama mengumpulkan semua informasi tentang syarat masuk ke Hong Kong.

 

Sebab, Hong Kong memang terkenal mengikuti kebijakan zero Covid-19. Hampir seketat Tiongkok yang sangat disiplin menjaga pertahanan agar tak kebobolan. Tentu dengan seperangkat aturan. Tidak seperti saat ini yang sudah dibebaskan.

 

Dulu, para turis diwajibkan tes PCR di laboratorium khusus dari pemerintah Tiongkok. Dan harus menjalani 7+3 hari masa karantina yang super ketat. Saya tahu itu setelah membaca catatan perjalanan ke Tiongkok yang ditulis Novi Basuki di Harian Disway pada November 2022.

 

Juga sempat membaca tulisan berseri wartawan Harian Disway Salman Muhiddin. Ia diundang Konjen Taiwan untuk lawatan ke Taiwan bersama 30 jurnalis dari banyak negara. Judul tulisan seri kedua yang menarik: Kapok ke Tiongkok, Taiwan Los Dol.

 

Novi ternyata kapok ke Tiongkok karena aturannya yang ribet. Salman merasa tak enak hati karena kunjungan ke Taiwan sudah nyaris kembali normal. Tanpa sehari pun masa karantina. 

 

Tentu saja terbit harapan agar Hong Kong seperti Taiwan. Tapi, harapan hanya tinggal harapan. Hahaha….


Nathania Christiyanto di Disneyland Hong Kong pada Januari 2020.-Nathania Christiyanto-Harian Disway-

 

Papa tak kalah getol mencari informasi. Menelepon kerabat bisnisnya yang tinggal di sana. Termasuk seorang temannya yang bekerja di maskapai Cathay Pacific. 

 

"Ternyata harus ngisi administrasi di website kalau tiba di airport nanti," kata Papa memberi tahu. Hong Kong memang tidak menerapkan kebijakan lockdown. Situasi pandemi Covid-19 sudah membaik di sana sejak akhir September 2022.

 

Pemerintah setempat terus memperbarui aturan perjalanan. Masa karantina di hotel terus dikurangi. Dari yang sebelumnya tujuh hari menjadi tiga hari lalu dihilangkan sama sekali.

 

Dan ada yang paling bikin ribet. Setiap pelancong harus berkali-kali tes untuk memastikan tidak terpapar Covid-19. Pertama, tes antigen mandiri lima hari berturut-turut sejak hari kedatangan. Kedua, tes PCR secara berkala tepat di hari kedatangan (H+0) dan hari ke-2.

 

Di Taiwan juga diberlakukan tes antigen seperti itu. Bedanya, Hong Kong bakal memberi denda sebesar 10 ribu dolar Hong Kong bagi yang tak mengunggah hasil tes itu ke website pemerintah. Itu hampir Rp 20 juta. Sementara Taiwan tidak.

 

Namun, aturan yang ribet itu tak membuat kami patah arang. Kami siap menaatinya. Saya pun segera bikin list siapa saja anggota keluarga yang mau ikut. Lumayan. Jumlahnya lebih banyak ketimbang kunjungan saat awal Januari 2020 lalu yang hanya berenam.

 

Kami pun memesan tiket pesawat untuk sebelas orang. Berangkat dari Bandara Juanda pada 28 Desember 2022 dan kepulangan pada 07 Januari 2023. Tujuh hari persis. Demi mengakhiri dan menyambut tahun di kota yang menyimpan sejuta kerinduan. (naskah ditulis oleh Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: