Stunting sebagai Problem Kebudayaan

Stunting sebagai Problem Kebudayaan

-Ilustrasi: Gusti-Harian Disway-

Hal lain adalah terkait dengan kepercayaan sebagian masyarakat terhadap makanan. Banyak orang masih percaya dengan kepercayaan lama atau mitos yang berkaitan dengan makanan. 

Bahkan, sebagian besar mitos tersebut dikaitkan dengan wanita hamil dan bayi yang baru lahir. Di hampir semua daerah di Indonesia terdapat kepercayaan yang berkembang terkait dengan makanan untuk wanita hamil dan bayi yang baru lahir. 

Kehamilan di mana pun selalu diposisikan istimewa, terutama bagi mereka yang menjalani proses kehamilan secara wajar dan merupakan kehamilan yang diharapkan. Saking istimewanya posisi wanita hamil, segala hal diperhatikan, bahkan perhatian tersebut sering kali melampaui nalar manusia dan melahirkan berbagai kepercayaan tanpa dilandasi sikap ilmiah. 

Masa kehamilan dan persalinan menjadi fokus perhatian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, harus dilindungi secara adat, religi, dan moral dengan tujuan menjaga ibu dan bayi. 

Sayangnya, banyak kepercayaan yang berkembang di masyarakat justru dampaknya berkebalikan untuk kesehatan dan keselamatan mereka, terutama kepercayaan terkait makanan. Banyak orang masih memercayai bahwa ketika wanita hamil, makanan-makanan dari luat akan menyebabkan bayinya kelak akan berbau amis. 

Makan buah tertentu juga dipercaya bisa menyebabkan keguguran. Kepercayaan atau mitos semacam itu justru merugikan wanita hamil beserta bayi yang dikandungnya karena akan kekurangan asupan gizi. 

Mitos semacam itu tidak hanya dipercaya secara individu, tetapi sudah merupakan kepercayaan yang menjadi bagian dari kehidupan keseharian masyarakat. Ia merupakan bagian dari kebudayaan yang berkembang dan terwariskan secara lintas generasi. 

Celakanya, mitos mengenai makanan tidak hanya yang terwariskan dari zaman dulu saja, tetapi pada setiap periode juga lahir mitos baru yang lahir secara spontan. Lahirnya mitos baru biasanya akibat dari persepsi seseorang terhadap sesuatu yang dirasakan atau dilihat tanpa dikonfirmasi kebenarannya. 

Persepsi yang semula lahir dari individu akhirnya tersebar dan menjadi kepercayaan komunitas. Rendahnya budaya literasi menjadi salah satu penyebab lahirnya mitos-mitos baru yang penyebarannya setara dengan penyebaran berita bohong (hoax).

Jika masalah pemenuhan gizi diposisikan sebagai bagian dari kebudayaan, upaya untuk mencukupinya juga harus dengan jalan kebudayaan. Masyarakat harus diberi bekal kepercayaan yang berbasis pada pengetahuan ilmiah bahwa makanan bergizi adalah sebuah kebutuhan mutlak, terutama bagi wanita hamil dan bayi yang baru lahir. 

Bagi masyarakat yang masih berpegang kuat pada kepercayaan lama atau pada mitos-mitos, upaya yang harus dilakukan adalah merancang sebuah strategi baru yang diperuntukkan pada mereka. Strategi baru tersebut dalam lingkup ilmu budaya disebut sebagai strategi kebudayaan. 

Yaitu, upaya manusia untuk merancang jalan baru untuk masa depan mereka beserta seluruh komunitas pendukungnya. Strategi kebudayaan mutlak dilakukan jika bangsa Indonesia ingin menurunkan prevalensi stunting. (*)


Santi Martini dan Purnawan Basundoro--

*) Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: