Digitalisasi UMKM dan Ancaman Resesi Global

Digitalisasi UMKM dan Ancaman Resesi Global

Rahma Sugihartati-FOTO: BOY SLAMET-HARIAN DISWAY-

OPTIMISTIS dan pesimistis.  Dua pendapat biner itu seringkali muncul dan berkontestasi menjadi wacana dominan yang menjelaskan kondisi perekonomian pada 2023. Resesi global yang kini menghantui banyak negara, termasuk tiga negara besar di dunia—Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok— di satu sisi dinilai sebagai ancaman. Tetapi, di sisi yang lain tidak sedikit pengamat yang berharap ancaman resesi sebagai peluang yang justru menguntungkan upaya perkembangan dan pengembangan aktivitas ekonomi di Indonesia.

Tahun 2023 memang disepakati banyak pengamat merupakan tahun penuh tantangan. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2023 bakal lebih pelan atau melambat. Menurut prediksi Gubernur BI Perry Warjiyo pertumbuhan ekonomi global pada 2023 hanya sekitar 2,6 persen dalam basis tahunan alias year-on-year (yoy). Prediksi itu lebih rendah daripada perkiraan 2022 yang sebesar 3 persen yoy. Kondisi perekonomian diprediksi menurun, karena sepertiga negara di dunia diperkirakan akan mengalami efek domino resesi global.

Penerapan kebijakan suku bunga tinggi yang kini dikembangkan banyak negara akan menyebabkan aktivitas ekonomi mengalami kontraksi. Sehingga dunia harus menghadapi ancaman resesi. Menurut ramalan Bank Dunia, angka pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya 3 persen. Angka itu lebih kecil dari prediksi tahun sebelumnya.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi Bank Dunia dalam laporannya, Global Economic Prospects, pada Januari 2023 hanya sekitar 4,85 persen. Walaupun masih di atas angka pertumbuhan ekonomi global, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diprediksi akan turun bila dibandingkan 2022. 

Apa yang harus dilakukan agar imbas resesi global tidak membuat Indonesia kembali terpuruk? Pertanyaan itulah yang perlu dikaji agar Indonesia yang berhasil mempertahankan performance perekonomian 2022 dan tidak terpuruk di tahun 2023.  

Peran UMKM

Menurut Otoritas Jasa Keuangan, secara umum resesi ekonomi dimaknai sebagai suatu kondisi ketika perekonomian suatu negara mengalami penurunan berdasar produk domestik bruto (PDB), meningkatnya jumlah pengangguran, maupun pertumbuhan ekonomi yang bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut. Sebagai negara yang digadang-gadang menjadi lima besar negara dengan perkembangan ekonomi yang baik di dunia, Indonesia tentu harus mempersiapkan skenario yang tepat untuk menyiasati tekanan resesi global.

Pengalaman selama ini telah membuktikan bahwa selama masa-masa sulit sebelumnya, seperti krisis 1998 dan masa pandemi Covid-19, UMKM adalah garda terdepan yang dapat bertahan dan menjadi solusi dalam menghadapi ancaman krisis ekonomi. Pada 2023, pemerintah perlu menaruh perhatian khusus dalam upaya mendorong perkembangan UMKM yang benar-benar tahan pukul. UMKM pada 2023 diharapkan menjadi media dan aktivitas usaha yang mampu meredam dampak pandemi Covid-19. Bahkan menjadi andalan menghadapi ancaman resesi ekonomi.

Menteri Keuangan,Sri Mulyani Indrawati, dalam beberapa kesempatan  elah menjelaskan bahwa kondisi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja. Itu bisa dilihat dari adanya ancaman resesi ekonomi yang kini menghantui banyak negara di dunia. Tak terkecuali Indonesia. Meski ancaman masih mungkin terjadi dan harus dialami, apa yang dilakukan Indonesia sepanjang tahun 2002 telah membuktikan bahwa kita berhasil menjadi bangsa yang tangguh. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang menjadi negara industri, Indonesia berhasil menyiasati tekanan krisis ekonomi dengan baik. 

UMKM yang telah berkali-kali membuktikan diri sebagai sektor perekonomian yang liat dan tangguh, kembali menjadi andalan bagi Indonesia agar dapat survive pada 2023. Menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM), jumlah pelaku UMKM di Indonesia saat ini sekitar 64,2 juta atau 99,99 persen dari jumlah pelaku usaha di Indonesia. UMKM tersebut didominasi oleh pelaku usaha mikro yang berjumlah 98,68 persen dengan daya serap tenaga kerja sekitar 89 persen.

UMKM layak menjadi andalan ekonomi Indonesia dalam menghadapi ancaman resesi, karena sejumlah kelebihan sebagai berikut:

Pertama, UMKM berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja, sehingga memperkecil angka pengangguran di tanah air. Seperti disinggung di atas, UMKM umumnya memiliki daya serap tenaga kerja sangat besar. Tiap tahun, sektor ini memberi persentase yang besar dalam pengurangan jumlah pengangguran di Indonesia. Dengan jumlah UMKM yang selalu bertambah setiap tahun, secara tidak langsung jumlah pengangguran juga akan dapat terkurangi. Ptensi untuk masuk dalam pusaran resesi ekonomi menjadi lebih kecil.

Kedua, sebagian besar atau bahkan semua UMKM di Indonesia memiliki tingkat ketergantungan yang relatif kecil terhadap nilai dolar. Berbeda dengan usaha perekonomian firma yang sangat tergantung pada fluktuasi nilai tukar dolar, pergerakan UMKM umumnya tidak dipengaruhi naik-turunnya nilai dolar di dunia.

Ketiga, produktivitas UMKM umumnya tidak tergantung pada bahan baku impor yang rawan mengalami kenaikan harga akibat resesi. Selama ini, bukan rahasia lagi bahwa banyak pelaku UMKM yang mampu menghasilkan produk ekonomi kreatif dengan memanfaatkan sumber daya lokal dalam rangka penciptaan peluang usaha dan lapangan kerja yang seluas-luasnya untuk peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Tanpa harus takut pada kenaikan harga bahan baku impor, UMKM seringkali mampu membuktikan dirinya dapat bertahan hidup. Nahkan mencuri peluang di tengah kondisi ekonomi yang makin sulit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: