Saat Kasus Eks Polisi Tabrak Pemotor Disoal Publik

Saat Kasus Eks Polisi Tabrak Pemotor Disoal Publik

-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Itu mewakili kesalahan individu yang telah menanggung penderitaan, kesulitan, atau kemalangan lainnya dengan sebagian atau seluruh tanggung jawab atas peristiwa tersebut. 

Dalam bahasa kita sehari-hari disebut ”sudah jatuh ketimpa tangga”.

Teori itu mengandalkan premis, individu harus mengenali bahaya yang ada di masyarakat. Maka, setiap individu harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat keamanan diri sendiri.

Mereka yang tidak mengambil tindakan pencegahan seperti itu dianggap tercela atas kematian mereka. Meskipun sudah bertindak hati-hati.

Frasa ”hati-hati” di sini terkait atau punya hubungan kausalitas dengan frasa ”harus mengenali bahaya yang ada di masyarakat”. Contoh: Jangan dekat-dekat orang mabuk karena bahaya. Meskipun dilakukan dengan hati-hati.

Lerner kelihatan seolah membela pelaku tindak pidana atau menyalahkan korban di bukunya tersebut. Padahal, sebenarnya tidak. Sebab, ada kelanjutan di kalimat berikutnya. 

”Persepsi ini pada dasarnya menggeser kesalahan, dari pelaku kejahatan ke korban.”

Makjleb... di kalimat terakhir Lerner.

Para ilmuwan kriminologi-psikologi di AS mengakui bahwa Lerner pelopor teori ”The Belief in a Just World” alias ”Keyakinan pada Dunia yang Adil”.

Sebab, Lerner menyebut kata tersebut jauh sebelum buku di atas diterbitkan. Teori ”Dunia yang Adil” dicetuskan Lerner pada 1965 melalui karya ilmiah psikologi sosial.

Inti ”Dunia yang Adil”, ya itu tadi: Semua orang harus mengenali bahaya di masyarakat. Maka, jangan mendekati bahaya tersebut. Jika teori itu dilanggar, bisa ketimpa sial. Dalam bahasa Lerner: ”.... menggeser kesalahan, dari pelaku kejahatan ke korban.”

Di kasus kecelakaan yang menewaskan Hasya, unsur bahaya itu ada di hujan gerimis dan jalanan becek. Pastinya kondisi jalan licin buat roda motor.

Menyitir teori Lerner, semua pengguna jalan harus paham, bahaya mengintai di jalan licin. Meskipun dilalui dengan hati-hati.

Dalam kasus ini, tinggal dihitung, berapa kecepatan motor Hasya dan mobil Eko? Adakah pengereman dari kedua pihak? Yang ternyata juga sangat sulit dikalkulasi. Pasalnya, di jalanan becek tidak dapat diinvestigasi tingkat pengereman secara akurat, dari serpihan karet ban pada aspal.

Akibatnya, menurut teori Lerner, bisa dengan gampang kesalahan bergeser dari pelaku kepada korban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: