Diskusi Film: Titanic Remastered 25th Anniversary (2023)

Diskusi Film: Titanic Remastered 25th Anniversary (2023)

ADEGAN IKONIS saat Rose (Kate Winslet) dan Jack (Leonardo DiCaprio) berdiri di ujung dek kapal Titanic dalam Titanic (1997). Film ini di-remaster dalam format 3D dengan kualitas gambar 4K.-Universal Studios-

Oleh:
Re Carlina,
ibu rumah tangga
member Group Hobby Nonton

Setelah Avatar: The Way of Water membuat penonton membanjiri bioskop di pengujung 2022, James Cameron merilis kembali Titanic. Film lansiran 1997 itu di-remaster dengan kualitas 4K HDR dan sensasi 3D dengan detail yang ciamik soro. Memberi kita pengalaman sinematik yang luar biasa pada awal 2023.


SAAT Titanic masuk bioskop Indonesia pada 23 Januari 1998, saya masih kelas 2 SMP. Terlalu kecil untuk bisa menontonnya. Meski akhirnya dipangkas oleh LSF, hingga rating-nya menjadi PG-13 pun percuma. Di kota tempat saya tinggal, tak ada jaringan bioskop 21. Hanya bioskop lokal yang menayangkan film-film Indonesia yang judulnya seperti komik dewasa stensilan.

Di saat itu, cara kami menonton film baru hanyalah melalui VCD bajakan yang disewa dari kios rental di pasar kota. Dasar bajakan, videonya adalah hasil dari rekaman illegal di bioskop. Kualitas audio dan gambarnya benar-benar parah. Tapi kami tetap enjoy aja. Daripada enggak nonton sama sekali.

Di tengah terjangan krisis moneter sejak 1997, gempita Titanic juga menggelora di Indonesia. Soundtrack-nya menggema di mana-mana. Meski tak jago bahasa Inggris, saya dengan mudahnya hafal menyanyikan My Heart Will Go On. Suara emas Celine Dion yang menyayat benar-benar merasuk. Cocok jadi theme song patah hati orang Indonesia yang diterjang badai krisis moneter.

Efeknya, saat orang-orang dewasa sibuk demonstrasi di berbagai kota, saya malah sibuk mencari poster dan foto Leonardo DiCaprio untuk dikoleksi. Cute abis, deh. Setelah memikat gadis-gadis muda lewat Romeo + Juliet (1996), siapa yang tak mengenal DiCaprio? Saat itu ketenarannya meroket mengalahkan boyband mana saja.

Dunia benar-benar dilanda demam Titanic. Ke manapun pergi, pasti My Heart Will Go On berkumandang. Adzan saja kalah. Bahkan ada berita konyol. Taliban menangkap 21 orang tukang cukur hanya karena para pemuda Afghanistan meminta potongan rambut bergaya “Leo”. Duh.

Titanic kala itu benar-benar mempesona dunia. Dan tentunya memecahkan banyak rekor. Ia jadi film termahal di dunia yang pernah ada dengan bujet tak masuk akal (untuk ukuran 25 tahun lalu), USD 200 juta (Rp 3 triliun). Lalu, jadi menjadi film berpenghasilan tertinggi, USD 2,2 miliar. Atau setara dengan Rp 33,25 triliun. Lebih dari satu dekade Titanic memegang rekor itu.  

Keberhasilan di box office diimbangi dengan prestasi di Academy Awards. Film kapal tenggelam ini menyabet rekor sebagai satu dari tiga film dengan nominasi terbanyak di Oscar. Titanic lagi-lagi memecahkan rekor sebagai film yang memenangkan Oscar terbanyak, dengan 11 piala. Termasuk Best Picture. Bersanding dengan Ben-Hur (1959).

Dari semua nominasi itu, hanya Leonardo DiCaprio yang kurang beruntung. Ia bahkan tidak masuk nominasi Aktor Terbaik. Padahal, kekuatan akting dan chemistry-nya dengan Kate Winslet turut mengantar Titanic sebagai kisah cinta terbaik yang pernah ada di zamannya.

Mengapa Kita Harus Menonton Titanic Lagi dan Lagi?


KEMEGAHAN kapal Titanic menjadi lebih terasa hebat ketika Titanic diluncurkan dalam format 3D. Benar-benar menghadirkan pengalaman sinematik yang istimewa.-Paramount Pictures-

Akhirnya, pada hari pertama Titanic versi remastered dirilis, Rabu, 8 Februari 2023, saya nonton juga di bioskop. Senang rasanya menikmati Titanic dengan pengalaman sinematik yang berbeda.

Entah sudah berapa kali saya menonton film ini. Tapi rasanya masih sama. Emosional. Teknologi 3D-nya membawa saya ke sebuah petualangan yang lebih intens. Kedekatan saya dengan layar seakan tanpa batas. Saat kapal tanpa awak masuk ke dalam laut dan menjelajah kapal Titanic, suasana mencekam itu terasa sekali.

James Cameron bukan kali ini saja merilis ulang Titanic. Pada 2012, untuk kali pertama Titanic dikonversi menjadi 3D. Sayang, ia hanya ditayangkan di London dan beberapa tempat khusus. Sedangkan pada tahun 2017, dalam perayaan 20th Anniversary, ia hanya tayang di AS. Untungnya, di peringatan 25 tahun ini, Indonesia kebagian hak tayang.

Titanic yang tayang di bioskop kali ini plot dan detail ceritanya tak ada yang berubah. Ini adalah film Titanic yang sama seperti saat dirilis pada 1997. Bahkan editing adegan vulgar itu masih sama. Bedanya, sekarang tanpa sensor. Yup, adegan Rose dilukis oleh Jack benar-benar ada. Lalu apa yang membuat penonton di seluruh dunia tak bosan melihat Titanic lagi dan lagi?

Dengan durasi 3 jam 14 menit, Titanic benar-benar menenggelamkan saya dalam kepuasan yang tak terkira. Setiap detiknya sangat berharga. Salah satu dari sekian banyak kelebihan Titanic yang membuat kenapa semua orang di dunia menontonnya berulang kali adalah kisahnya. Titanic dibangun dengan plot dan dialog yang dramatisasinya sempurna. Naskahnya sengaja dibuat untuk menjadi sebuah kisah yang tak lekang oleh zaman.


SALAH SATU scene paling memorable di Titanic, ketika Rose dilukis oleh Jack, kali ini tidak disensor. -Paramount Pictures-

Cameron benar-benar hebat dalam bertutur. Tak hanya bertutur melalui skenario, tetapi juga visual. Ia adalah seorang sineas paling perfeksionis dan ambisius yang pernah ada. Baginya, membuat film harus benar-benar total untuk mewujudkan visual yang otentik. Bahkan, demi itu, Cameron membuat ulang kapal Titanic dengan skala yang sama dengan ukuran aslinya. Sampai detail-detail terkecilnya.

Untuk kebutuhan riset dan visual, Cameron membuat ekspedisi khusus menyelam ke dasar laut,  di mana Titanic berada. Jadi, adegan di awal film saat penjelajahan bawah laut itu adalah scene asli kapal Titanic yang tenggelam.

Titanic seperti sebuah dongeng yang sempurna sepanjang masa. Ada drama cinta yang penuh kebaikan sekaligus tragis dan memilukan. Ada kisah bertahan hidup, tapi juga ada harapan. Ada kisah tentang pencarian hidup, tapi juga ada kerentanan. Dan dalam kisah cinta itu, ada pengorbanan.

Yang menarik lagi adalah, ada perjuangan kelas, antara yang kaya dan miskin. Sebuah petualangan yang bisa dialami banyak orang karena keberuntungan dan kesempatan. Tapi, pada akhirnya, Titanic hanya tentang sebuah kapal yang angkuh menuju takdirnya untuk tenggelam di pelayaran perdananya. (*)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: